Friday, June 15, 2018

Sosialisasi Bahaya Perdagangan Manusia Bersama Perkemahan Claretian

Hari Rabu, 6 Juni 2018, tim Sahabat Insan bersama tim Claretian menuju ke Desa Oepaha Kecamatan Nekamese, Kupang untuk ikut bersama dalam Camping Rohani para frater Claretian sekaligus untuk melakukan sosialisasi tentang perdagangan manusia. Perjalanan ditempuh dengan mobil pick-up bak terbuka dalam waktu 2 jam. Suster dan Arta duduk di depan samping sopir, sementara pater dan beberapa orang frater duduk di bak bagian belakang pick-up. Desa ini merupakan desa yang terpencil, jauh dari keramaian. Suasana di desa ini masih sangat alami dan berada tepat di tepi pantai. Camping Rohani ini sendiri merupakan acara lepas tahun ajaran untuk para frater, aspiran dan postulan sebelum naik ke tingkat selanjutnya. Dalam acara ini, Suster Lauren akan mengisi salah satu sesi penyuluhan tentang perdagangan manusia bersama dengan para frater Claretian untuk masyarakat setempat pada hari Kamis, 7 Juni 2018.

Persiapan Camping Rohani: mendirikan tenda

Memasak untuk santap bersama

Malam harinya diadakan nonton film bersama warga Oepaha di sebuah gereja Protestan. Sinar infokus dipancarkan ke samping kanan dinding gereja dan warga duduk di atas pasir dan bebatuan yang tersusun rapi di halaman gereja. Film yang diputar kali ini berjudul "Beta Maluku", yang menceritakan nilai-nilai perbedaan yang dibalut dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Melalui film ini, peserta Camping Rohani Claretian ingin menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam benak semua warga yang malam itu berkumpul dalam berbagai rentang usia, baik anak-anak, mama-mama dan bapak-bapak. Setelah film selesai, tim sempat berbincang dengan Kepala Desa Oepaha untuk acara sosialisasi Bahaya Perdagangan Manusia yang akan diadakan keesokan harinya. Sang Kepala Desa mengatakan bahwa beliau sudah mengundang warga untuk hadir pada pukul 10.00 WITA di  kantor desa.

Keesokan harinya, seusai misa dan sarapan, seluruh tim menuju kantor desa untuk melaksanakan sosialisasi Bahaya Perdagangan Manusia yang sudah direncanakan sebelumnya. Namun sangat disayangkan, hingga pukul 12.30 WITA, tidak seorang pun warga yang muncul untuk mengikuti sosialisasi. Alasan mereka beragam: ada yang menyiram tanaman, ada juga yang memberi makan hewan peliharaan seperti babi, kambing, sapi dan ayam. Akhirnya sosialisasi dijadwalkan pada malam hari saat penutupan atau malam kreasi.

Malam harinya, di lokasi yang sama dengan pemutaran film di malam sebelumnya, akhirnya Suster Lauren berhasil melaksanakan sosialisasi tersebut yang diikuti oleh cukup banyak warga setempat yang sudah memenuhi halaman gereja. Mereka menyimak dengan sungguh-sungguh semua hal yang disampaikan oleh suster melalui tayangan slide. Ekspresi kasihan bahkan sedih tampak pada sebagian besar warga tersebut saat ditayangkan cuplikan video kesaksian korban perdagangan manusia yang bekerja pada pabrik sarang burung walet di Medan. Di akhir pemaparannya, Suster Lauren mengatakan bahwa semua warga yang hadir saat itu tidak usah segan-segan menghubungi suster jika ada sanak saudara yang sedang bekerja sebagai pekerja migran di luar negeri (terutama Malaysia) dan mengalami masalah, karena beliau siap membantu. Mereka juga diajarkan untuk memahami terlebih dahulu prosedur bekerja di luar negeri sebelum memutuskan untuk berangkat. Setelah pemaparan dari Suster Lauren selesai, para  frater Claretian juag menampilkan drama seputar korban perdagangan manusia dengan gaya khas mereka yang kocak. Kisah mengenai ibu dan anak yang menjadi PMI dalam kisah korban perdagangan manusia berhasil mereka perankan dengan baik dengan gaya yang cukup menggelitik.



Di akhir sesi, Pater John, CMF mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga Oepaha yang sudah menerima mereka dengan baik dan selalu antusias dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai tanda perpisahan, acara pada malam itu ditutup dengan menyanyikan bersama-sama lagu khas daerah NTT.


Keesokan harinya, pada pagi hari semua bergegas untuk melakukan persiapan sebelum kembali ke Kupang. Pembagian tugas pun dilakukan. Ada yang membongkar tenda, membuat pagar dari kayu di sekeliling perkebunan Claretian, dan memasak untuk sarapan dan makan siang. Setelah semuanya selesai, 2 buah truk dan 2 mobil pick up siap mengantarkan mereka kembali ke Kota Kupang dengan kesan yang akan selalu tersimpan dalam hati.