
Untuk Indonesia sendiri, GMFF diselenggarakan di 8 kota yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Kupang, Makassar, Medan dan Tanjung Pinang sepanjang tanggal 28 November - 18 Desember 2018. IOM menayangkan film-film yang telah diseleksi dari ratusan film dari profesional dan juga independent yang berpartisipasi dalam Annual Global Competition ke-3 yang diselenggarakan awal tahun 2018. Selain itu, IOM juga menyertakan film produksi orang Indonesia sendiri yang dibuat berdasarkan program IOM yang dilaksanakan di Indonesia tahun ini. Film ini menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh pekerja migran Indonesia dan juga pengungsi yang transit di beberapa tempat di negeri ini.
Di Kupang, Arta dan Suster Laurentina menghadiri GMFF yang diselenggarakan di Aula Museum Nusa Tenggara Timur pada Jumat, 30 November 2018. Saat sampai di sana, mereka diberikan brosur rangkaian acara GMFF yang akan berlangsung dua hari, yaitu tanggal 30 November dan1 Desember 2018. Yang menarik, dari sekian gambar, terdapat foto Arta dan Suster yang sedang berada dalam mobil ambulans saat mengantarkan jenazah migran yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas dari Kargo Bandara El-Tari Kupang ke RSUD Kupang. Mereka mendampingi jenazah tersebut karena tidak ada satu pun keluarga yang datang menjemput. Semua gambar yang ditunjukkan di galeri foto merupakan foto yang berhubungan dengan migrasi dan juga pengungsi.

Usai menyaksikan film-film tersebut dan beberapa penampilan, dilaksanakan diskusi interaktif mengenai maraknya perdagangan orang di Indonesia. Kali ini, panitia mengundang sutradara film "Impian Negeri Berkabut" yang sekaligus sebagai pemeran di film itu: Mba Jum alias Ibu Samas. Tak hanya itu, salah satu perwakilan dari LSM (Bapak Herman Sheran) dan perwakilan dari IOM (Ayu) memaparkan realita yang sebenarnya tentang maraknya korban perdagangan manusia di NTT.
Di Jakarta, Sahabat Insan mengikuti rangkaian acara GMFF ini di tiga tempat:
- Rabu, 5 Desember jam 18.00 - 20.30 @america Pacific Place Mall
- Selasa, 11 Desember jam 10.00 - 14.30 London School of Public Relation (LSPR), Prof. Dr. Djajusman Auditorium & Performance Hall.
- Jumat, 14 Desember jam 14.00 - 21.30 Auditorium Institut Français d'Indonésie (IFI) Thamrin.
"I Am Rohingnya: A Genocide in Four Facts" adalah film sebuah dokumenter yang menceritakan tentang usaha sebuah komunitas Rohingnya di Kanada yang ingin menyuarakan penderitaan kaumnya dengan cara menampilkan sebuah pementasan teater. Dalam teater tersebut, ditampilkan segmen-segmen saat mereka masih hidup dengan bahagia di tanah kelahirannya, kemudian datanglah para penguasa yang dengan sistematis berusaha menghapus dan menghilangkan sejarah dan budayanya melalui jalan kekerasan. Kemudian mereka berusaha menyelamatkan diri dengan lari ke negara lain dan memulai hidup baru di tempat baru tersebut dengan tidak mudah. Lewat pementasan ini, mereka ingin mengatakan kepada dunia bahwa saat ini mereka masih ada, tidak akan pernah bisa dihilangkan dan dibungkam. Duo sutradara film ini yaitu Yusuf Zine dan Kevin Young berusaha mengundang penonton untuk ikut merasakan bagaimana perjuangan dan usaha keras para pengungsi untuk lari dari tempat asalnya dan bagaimana kita bisa membantu mereka untuk memulai hidup baru secara manusiawi di tempat baru. Trailer film ini dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=g7XXolxFKi0
Film selanjutnya yang diputar adalah "Journey To The Darkness" yang terinspirasi dari kisah nyata mengenai lima pencari suaka yang hendak bermigrasi secara ilegal ke wilayah Australia dengan menggunakan perahu nelayan dari Jawa. Sebelum memulai perjalanan, mereka menginap di sebuah rumah tua berukuran besar di Yogyakarta. Salah satu dari mereka merekam semua perjalanan dengan video. Dan pada malam hari mulai terjadi hal-hal aneh di rumah tersebut yang membingungkan dan tidak masuk akal, seperti televisi yang tiba-tiba menyala, teman-temannya yang tiba-tiba menghilang, pintu yang tadinya terkunci rapat tiba-tiba sudah terbuka, lampu yang kadang-kadang menyala sendiri, ruangan yang berantakan, kemunculan wanita secara misterius, dan suara-suara aneh dari lantai bawah. Film kemudian ditutup dengan pemandangan di tengah laut lepas. Trailer film ini dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=u9_j_Erqno4

Film selanjutnya yang diputar adalah "Strangers" karya Jonathan Behr, yang bercerita tentang kisah dua anak perempuan (pengungsi) yang takut mimpi buruknya akan terjadi, yaitu ditahan dan dideportasi oleh petugas keamanan setempat. Film ini menunjukkan kondisi psikologis yang dialami oleh migran yang yang tidak memiliki dokumentasi setiap hari, yaitu ketakutan dan kegelisahan yang tidak berkesudahan karena terancam akan dipulangkan ke negara asal. Dengan hidup dalam situasi mencekam setiap harinya, tentu tidak memungkinkan bagi mereka untuk menata kehidupan yang lebih baik. Trailer film ini dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=UAXmTsPFLJo . Selain itu ditayangkan juga film "Abu Adnan", yang bercerita tentang tentang pengungsi dari Syria yang berprofesi sebagai dokter yang mengungsi bersama anaknya (Adnan) karena adanya perang dunia sehingga memaksa mereka untuk pindah ke Denmark dan memulai hidup baru. Dalam film ini disorot perjuangan mereka untuk mencoba beradaptasi di tempat yang sama sekali berbeda dengan tempat asalnya. Dari mulai kesulitan bahasa, konflik dengan anaknya yang lebih cepat mempelajari segala hal, perubahan sikap anaknya yang mulai mengikuti teman-teman sekolahnya dan kadang malu mengakui jati dirinya sebagai seorang pengungsi. Hal-hal ini yang jamak dialami oleh para pengungsi di tempat barunya dan butuh bantuan warga setempat untuk menolong mereka mengenali budaya yang mungkin tidak pernah mereka ketahui sebelumnya dengan langkah awalnya mencari persamaan-persamaan yang ada.
Selain pemutaran film, festival ini juga menampilkan karya-karya seni yang dihasilkan oleh para pengungsi, dalam bentuk lukisan, kuliner, serta pementasan cerita lokal Indonesia. Diharapkan, semakin kita mengenal mereka, semakin banyak masyarakat umum yang terketuk hatinya untuk menolong mereka yang kurang beruntung ini dengan berbagai cara yang bisa kita lakukan.