Pertama adalah jenazah seorang pria yang sampai di bandara pada tanggal 17 Desember 2019 pukul 13.17 WITA. Walaupun dijemput oleh seorang keponakannya, namun ia sama sekali tidak mengetahui data pamannya tersebut. Yang ia tahu adalah bahwa pamannya sudah lama pergi merantau, namun memutuskan untuk membujang sampai akhir hidupnya. Sakit yang diderita pamannya pun ia tidak tahu. Rencananya jenazah akan disemayamkan di RSUD W.Z. Johannes Kupang terlebih dahulu selama 3 hari sebelum diberangkatkan ke kampung halamannya di Bolla Sikka dengan menggunakan KM Umsini. Penyebab kematian lelaki ini pun tidak diketahui sama sekali.
Dua hari setelahnya, tepatnya tanggal 19 Desember 2019 pada pukul 13.39 WITA, tim kembali menerima jenazah seorang pekerja perempuan asal Malaka yang meninggal dunia di Malaysia karena sakit saluran pernafasan. Ia baru 7 bulan berada di Malaysia dan bekerja di perkebunan kelapa sawit. Namun ini bukan kali pertama ia ke Malaysia, karena sebelumnya ia sudah berulang kali pergi, sampai akhirnya pengembaraannya selesai di dunia. PMI ini sendiri sudah berkeluarga dan anaknya pun sudah dewasa, sehingga setidaknya ia tidak lagi menanggung hidup dari anak-anaknya selain dirinya sendiri. Usianya pun terbilang cukup muda yaitu 39 tahun. Dalam penjemputan kali ini ada keluarga yang turut serta hadir dan juga pihak BP3TKI yang senantiasa berjasa, serta Kakak Decky dan seorang relawan dari Rumah Harapan. Keluarga yang datang adalah keluarga yang cukup dekat dengan PMI yang meninggal ini. Mereka menempuh perjalanan dari Malaka hanya untuk bisa membawanya kembali ke kampung halamannya. Kembali kepada pangkuan ibu pertiwi, Tanah Timor tercinta. Keluarga bercerita, bahwa untuk pemulangan dari Kuala Lumpur ke Indonesia, mereka bersama-sama mengumpulkan uang, hingga akhirnya ada bantuan dari pemerintah, dalam hal ini BP3TKI yang sedikit banyak meringankan jumlah biaya pemulangan untuk sampai rumah duka di Malaka. Kedatangan jenazah yang disambut dengan hujan deras akhirnya membuat tim relawan dan keluarga mendoakan jenazah di dalam Area Kedatangan Kargo. Setelah doa yang dipimpin oleh Suster Elisa, PI selesai dipanjatkan, sirine ambulans mulai terdengar dan mobil mulai bergerak menuju kampung halamannya. Suara sirine menyatu dengan suara hujan yang menggema, meninggalkan kami dalam keheningan dan kepiluan menanggung duka mendalam atas berpulangnya putri NTT.
Jenazah PMI yang datang hari ini adalah seorang pria berusia 43 tahun yang pergi merantau bersama istrinya ke
Malaysia sejak 2016 lalu, dan sudah beberapa kali pulang pergi Malaysia. Hari
ini ia kembali ke tanah air dalam keadaan tak bernyawa dengan diantar oleh
istrinya meskipun istrinya memiliki jadwal penerbangan yang berbeda dengan
jenazah. Anak
kandung mereka ditinggalkan di kampung halaman bersama keluarga.
Hal biasa yang terjadi saat orangtua pergi merantau maka anak-anak akan
ditinggalkan bersama keluarga dekat, lalu dengan uang hasil kerja keras mereka
di perantauan mereka mengirimkan kasih sayang mereka. PMI ini meninggal pada 13 Desember 2019 pukul 05.00 waktu setempat karena Coronary Artery Disease.
Peti jenazah
akhirnya terlihat di kargo pukul 13.30 WITA, dan langsung dipindahkan ke mobil
jenazah BP3TKI. Di area parkiran kargo, doa dipanjatkan dipimpin oleh Jeny Lamao, dan setelahnya sirine langsung
dibunyikan dan ambulans langsung beranjak menuju kampung halamannya.
Hari ini adalah minggu terakhir menjelang Natal, dan di gereja-gereja sudah dinyalakan Lilin Adven ke-empat, tanda bahwa Masa Adven segera berakhir. Apakah jenazah ini juga merupakan jenazah terakhir tahun ini? Atau akankah ada lagi jenazah yang akan diterima sebelum tahun berganti? Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi di hari nanti. Yang pasti Tanah Timor yang akhir-akhir ini dibasahi oleh hujan seakan-akan mencerminkan dukanya yang berkepanjangan karena lagi dan lagi ia menerima putra-putri tercintanya kembali dalam pelukan bumi.