Bertemu langsung dengan murid calon penerima bantuan Sahabat Insan, merupakan agenda perjalanan Sahabat Insan ke Aceh di bulan Februari. Sepuluh hari tim Sahabat Insan, Suster Eugenia PBHK bersama Nino mengunjungi anak-anak penerima beasiswa Sahabat Insan di
Di tahun 2010 terdapat perubahan anak-anak calon penerima beasiswa yang dikelola oleh perguruan katolik dimana anak yang duduk di kelas 3 SMU tidak mendapatkan beasiswa dan diganti calon penerima beasiswa yang baru. Perubahan tersebut dikarenakan pihak lembaga ingin memberi kesempatan kepada anak-anak yang masih kekurangan. Total penerima beasiswa dari lembaga perguruan katolik tahun ini sebanyak 110 anak yang mencakup SD, SMP, dan SMU dari sekolah katolik maupun diluar sekolah katolik.
Kamis (18/03), bertempat di aula TK Karya Budi, suster Fermina SCMM selaku pimpinan lembaga perguruan katolik membuka acara dengan memberikan penjelasan mengenai persyaratan yang harus dilakukan oleh calon penerima beasiswa. Suster Fermina juga menyampaikan agar dalam pengumpulan laporan hendaknya tepat waktu sehingga bulan selanjutnya dapat menerima beasiswa. Bersama dengan suster Eugenia dari Sahabat Insan melakukan pembagian perdana untuk anak-anak penerima beasiswa Sahabat Insan. Dalam sambutannya suster Eugenia menekankan dalam pembuatan laporan, anak-anak diajak untuk belajar membuat laporan keuangan dan bertanggungjawab atas apa yang mereka gunakan.
Setelah membagikan beasiswa bersama lembaga perguruan katolik, tim Sahabat Insan memasuki daerah Lhoknga. Dua tahun sebelumnya Sahabat Insan dan CC Lhoknga telah bekerjasama dan menyalurkan beasiswa dengan memasuki setiap gampong daerah tersebut. Namun 2 tahun berjalannya program beasiswa banyak ditemui kendala karena tiap gampong jaraknya yang berjauhan sehingga beasiswa tidak berjalan efektif.. Setelah mengevaluasi, tahun ke tiga ini CC Lhoknga memutuskan untuk menyalurkan bantuan melalui sekolah agar pelaksanaan dan pengumpulan laporan dapat berjalan dengan lancar. Kunjungan selama dua hari di daerah Lhoknga, tim mengunjungi beberapa sekolah dan calon penerima beasiswa Sahabat Insan.
Hari pertama tim mendatangi tujuh sekolah diantaranya MIN Lampuuk, SDN Srimusim, SMP 2 Lhoknga, SDN 1 Lamlhom, MIN lamlhom, SDN 2 Tanjong, dan SDN 1 Tanjong. Selama perjalanan menggunakan sepeda motor, tim bersama rekan dari CC Lhoknga menjelajahi daerah yang dahulu termasuk daerah konflik.
Saat berkunjung, sambutan hangat diberikan kepada tim yang datang dengan maksud menjelaskan persayaratan beasiswa yang harus dijalankan. Terdapat beberapa sekolah yang menghendaki melalui beasiswa ini, tidak hanya pendidikannya namun anak-anak juga dapat terpenuhi kesehatannya. Beberapa sekolah akan melakukan perbaikan gizi untuk anak-anak dengan program setiap 3-4 bulan memberikan makan yang bergizi bagi anak-anak. Saat ini proses beasiswa diserahkan sepenuhnya kepada CC Lhoknga dan bekerjasama dengan sekolah untuk memnuhi kebutuhan pendidikan maupun kesehatannya.
Hari kedua tim mendatangi delapan sekolah diantaranya SDN 1 Lhoknga, MTSN Lhoknga, SDN Maimun Saleh, SMAN 1 Lhoknga, SMP 1 Lhoknga, SD Kreung Raba, MIN Lhoknga, dan SD Keude Bieng. Sesampainya di SMP 1 Lhoknga, tim disambut oleh kepala sekolah dan mengatakan ”selama ini bentuk beasiswa seperti ini yang saya tunggu”, itulah sepenggal ungkapan yang diucapkan membuat tim bersemangat untuk bekerja lebih baik lagi.
Memang beasiswa kali ini diperuntukkan bagi anak-anak yang berperestasi, Sahabat Insan menghargai usaha yang dilakukan anak-anak untuk belajar dengan harapan dapat membangun Aceh dikemudian hari. Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah SMAN 1 Lhoknga, menurutnya “Kasian yang sudah berusaha belajar dan berprestasi tidak dihargai dengan bantuan beasiswa, selama ini bantuan atau beasiswa hanya diberikan kepada anak yang kurang mampu dan yatim”. Kepala sekolah sangat berterimakasih kepada Sahabat Insan yang memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi, karena selama ini bantuan dari lembaga sosial lain hanya membantu anak yatim. Namun akibat yang ditimbulkan diluar dugaan, banyak anak yatim mendapat bantuan tidak melanjutkan sekolah karena sudah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Hal tersebut disayangkan kepala sekolah, karena anak-anak yang sering mendapat bantuan tidak mempunyai semangat untuk belajar.
Agar beasiswa tidak salah sasaran, Sahabat Insan selalu mendata anak-anak dengan mengunjungi langsung dengan anak-anak. Selama ini Sahabat Insan juga melakukan pendekatan kekeluargaan terhadap penerima beasiswa agar anak-anak dapat mengenal Sahabat Insan lebih dekat.