Thursday, May 5, 2011

Pemutaran Perdana film "Si Anak Kampoeng"

Pada hari Selasa, 19 April 2011, Sahabat Insan menghadiri pemutaran perdana film “si Anak Kampoeng” yang memaparkan bibiografi Syafi’i Maarif kecil. Pemutaran perdana film ini disaksikan di studio 1 dan 2 XXI Epicentrum, Kuningan. Kerabat Syafi’I Maarif dan LSM diundang dalam pemutaran perdana ini seperti Johan Effendy, Musdah Mulia,  Romo Ignatius Ismartono, SJ serta para undangan lainnya. Selain itu, tampak beberapa diantaranya ikut memberi sambutan sebelum pemutaran film berlangsung, yaitu Bapak Hajriyanto Thohari dan Taufik Abdullah. Harapannya film ini dapat menginspirasi kita dan anak-anak Indonesia dalam menggapai impian dan hidup dalam kemajemukan budaya.

Mengisahkan tentang kehidupan seorang anak yang bermimpi pergi merantau dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Pi’i itulah panggilan kecil dari Syafi’i Maarif yang lahir di Sampur Kudus, Sumatera Barat dari seorang Kepala Nagari (setingkat desa). Ibunda dari Pi’i telah meninggal saat ia masih sangat kecil. Dengan tetap teguh, sang ayah mengharapkan agar Pi’i kelak dapat menjadi seperti dirinya dan membangun Sampur Kudus. Ia dididik oleh seorang guru untuk bela diri kemudian bersekolah di Sekolah Rakyat Sampur Kudus. Di sekolah ini, Pi’i menikmati masa belajarnya yang cemerlang dan bergaul dengan teman-temannya. Kenakalan kecil dapat dipetiknya menjadi suatu pelajaran sikap yang baik. Baginya perbedaan dalam suku dan keyakinan di Indonesia merupakan suatu hal yang positif. Dalam perkembangan zaman mendekati perjuangan Kemerdekaan Indonesia dan usia yang masih muda, ia dapat berpidato dan menginspirasi teman dan orang-orang Sampur Kudus mengenai Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dan hidup saling menghormati. Inilah salah satu yang menjadi nilai plus dari Pi’i.

Keinginannya untuk menimba ilmu semakin besar, sedangkan sang ayah menginginkan agar ia tetap berada di Sampur Kudus. Ia pun berjuang dan akhirnya memperoleh dukungan ayahnya untuk pergi merantau menimba ilmu. Kegagalan dalam ujian masuk sekolah pun ia alami, namun dengan gigih ia berjuang kembali pada kesempatan kedua untuk mencapai impiannya, sampai akhirnya dia berhasil masuk SMA di desanya, bahkan pada akhirnya nanti, ia mampu melanjutkan studi di Amerika.