Saturday, April 6, 2013

Ina: Remaja Tegar Korban Trafficking

Happy Spring Festivel
(http://junjun510.deviantart.com/art/Happy-Spring-Festivel-353210142)


Bagi mereka, orang-orang terbuang, harapan akan kehidupan yang lebih baik di hari mendatang menjadi sumber kekuatan untuk melanjutkan hidup. Kesadaran bahwa hidup harus berlanjut baik itu demi diri sendiri, maupun demi keluarga, merupakan sebuah titik tolak yang baik untuk kemudian berserah diri kepada Pencipta.

Sahabat Insan menjumpai seorang remaja putri bernama Ina di Shelter pada hari Sabtu, 5 April 2013. Usia Ina masih sangat belia yaitu 18 tahun. Usia remaja yang seharusnya sedang senang-senangnya bergaul dan belajar dengan teman-teman sebayanya di bangku sekolah menengah atas. Nyaris dua tahun dia bekerja di Arab Saudi ketika usianya baru 16 tahun. Dia bekerja karena ingin membantu perekonomian keluarganya di Sukabumi. Dokumen-dokumen Ina dipalsukan, dia pun telah menjadi salah satu korban perdagangan anak—karena usianya masih di bawah umur ketika bekerja. Negara tujuan tempat dia bekerja pun merupakan negara yang dilarang untuk mengirim pekerja migran.


Ketika di Saudi, Ina bekerja hampir 24 jam dalam sehari. Majikannya memiliki rumah yang sangat besar dengan pembantu hanya dia seorang. Dia bekerja mulai dari membersihkan rumah: menyapu, mengepel, melap tembok, lantai, perabot-perabot, juga mencuci, memasak, serta mengurus anak-anak. Ina mengaku seringkali dimarahi oleh majikannya dan pekerjaannya terasa tak ada habisnya.

Ina pun dijual oleh majikannya kepada majikan yang lain. Tidak hanya satu rumah yang dia tangani, tapi dia disuruh majikannya untuk ke rumah orang lain dan bekerja di sana. Jadi, dalam sehari dia bisa bekerja membersihkan 3 rumah sekaligus. Padahal itu tidak ada di dalam kontrak kerja Ina. Gaji yang ia dapatkan yang seharusnya 800 Dirham, hanya dibayar 700 Dirham. Itu pun bukan oleh majikan aslinya, melainkan oleh majikan yang lain di rumah yang lain.

Sambil mengingat-ngingat, Ina pun berkisah bahwa waktu untuknya beristirahat hanya sebentar, paling-paling 2 sampai 3 jam saja. Badannya terasa begitu sakit dan pegal-pegal. Terkadang dia menangis sebelum tidur untuk meluapkan kesedihan dan rindunya pada keluarga.

Sampai pada suatu hari, Ina dipukul oleh majikannya dengan bangku sampai kakinya terluka dan berdarah. Ketika ada kesempatan, dia segera melarikan diri dari rumah majikannya. Beruntung, Ina bertemu dengan polisi tak jauh dari sana. Di kantor polisi, dia menjumpai banyak sekali pekerja migran Indonesia yang ditahan sampai bertahun-tahun lamanya karena tidak memiliki paspor untuk pulang.

Ina termasuk anak yang beruntung. Polisi memperlakukan dirinya dengan baik juga proses yang tergolong sangat cepat. Kemudian, dia pun segera dibawa ke KBRI. Majikannya mengembalikan paspor-nya dan memulangkannya ke Indonesia. Sampai di Jakarta, Ina segera dibawa ke rumah sakit dan menjalani operasi pada kakinya sebanyak dua kali.

Dari raut mukanya, Sahabat Insan dapat merasakan ketegaran dan ketabahan Ina melalui cerita yang dituturkannya saat dia menjalani hari-harinya di Saudi. Ina sangat bersyukur dapat kembali ke Indonesia. Dia mengungkapkan bahwa dirinya memiliki keinginan untuk mengambil kursus, melanjutkan sekolah dengan mendaftar kejar paket C, dan bekerja di Jakarta.

Ya, semoga saja, harapannya bukan sekadar mimpi di siang bolong, melainkan juga dapat menjadi nyata dengan uluran kasih dari tangan orang-orang sekitarnya.