Happy Spring Festivel |
(http://junjun510.deviantart.com/art/Happy-Spring-Festivel-353210142)
Bagi mereka, orang-orang terbuang, harapan akan kehidupan yang lebih baik di hari mendatang menjadi sumber kekuatan untuk melanjutkan hidup. Kesadaran bahwa hidup harus berlanjut baik itu demi diri sendiri, maupun demi keluarga, merupakan sebuah titik tolak yang baik untuk kemudian berserah diri kepada Pencipta.
Sahabat Insan
menjumpai seorang remaja putri bernama Ina di Shelter pada hari Sabtu, 5 April
2013. Usia Ina masih sangat belia yaitu 18 tahun. Usia remaja yang seharusnya
sedang senang-senangnya bergaul dan belajar dengan teman-teman sebayanya di
bangku sekolah menengah atas. Nyaris dua tahun dia bekerja di Arab Saudi ketika
usianya baru 16 tahun. Dia bekerja karena ingin membantu perekonomian
keluarganya di Sukabumi. Dokumen-dokumen Ina dipalsukan, dia pun telah menjadi
salah satu korban perdagangan anak—karena usianya masih di bawah umur ketika
bekerja. Negara tujuan tempat dia bekerja pun merupakan negara yang dilarang
untuk mengirim pekerja migran.
Ketika di Saudi,
Ina bekerja hampir 24 jam dalam sehari. Majikannya memiliki rumah yang sangat
besar dengan pembantu hanya dia seorang. Dia bekerja mulai dari membersihkan
rumah: menyapu, mengepel, melap tembok, lantai, perabot-perabot, juga mencuci,
memasak, serta mengurus anak-anak. Ina mengaku seringkali dimarahi oleh
majikannya dan pekerjaannya terasa tak ada habisnya.
Ina pun dijual
oleh majikannya kepada majikan yang lain. Tidak hanya satu rumah yang dia tangani,
tapi dia disuruh majikannya untuk ke rumah orang lain dan bekerja di sana. Jadi,
dalam sehari dia bisa bekerja membersihkan 3 rumah sekaligus. Padahal itu tidak
ada di dalam kontrak kerja Ina. Gaji yang ia dapatkan yang seharusnya 800 Dirham,
hanya dibayar 700 Dirham. Itu pun bukan oleh majikan aslinya, melainkan oleh
majikan yang lain di rumah yang lain.
Sambil
mengingat-ngingat, Ina pun berkisah bahwa waktu untuknya beristirahat hanya
sebentar, paling-paling 2 sampai 3 jam saja. Badannya terasa begitu sakit dan
pegal-pegal. Terkadang dia menangis sebelum tidur untuk meluapkan kesedihan dan
rindunya pada keluarga.
Sampai pada suatu
hari, Ina dipukul oleh majikannya dengan bangku sampai kakinya terluka dan
berdarah. Ketika ada kesempatan, dia segera melarikan diri dari rumah
majikannya. Beruntung, Ina bertemu dengan polisi tak jauh dari sana. Di kantor
polisi, dia menjumpai banyak sekali pekerja migran Indonesia yang ditahan
sampai bertahun-tahun lamanya karena tidak memiliki paspor untuk pulang.
Ina termasuk anak
yang beruntung. Polisi memperlakukan dirinya dengan baik juga proses yang
tergolong sangat cepat. Kemudian,
dia pun segera dibawa ke KBRI. Majikannya mengembalikan paspor-nya dan
memulangkannya ke Indonesia. Sampai di Jakarta, Ina segera dibawa ke rumah
sakit dan menjalani operasi pada kakinya sebanyak dua kali.
Dari raut
mukanya, Sahabat Insan dapat merasakan ketegaran dan ketabahan Ina melalui
cerita yang dituturkannya saat dia menjalani hari-harinya di Saudi. Ina sangat
bersyukur dapat kembali ke Indonesia. Dia mengungkapkan bahwa dirinya memiliki
keinginan untuk mengambil kursus, melanjutkan sekolah dengan mendaftar kejar
paket C, dan bekerja di Jakarta.
Ya, semoga saja,
harapannya bukan sekadar mimpi di siang bolong, melainkan juga dapat menjadi
nyata dengan uluran kasih dari tangan orang-orang sekitarnya.