Saturday, June 15, 2013

Setahun Perjalanan Panjang Orang Terbuang di Rumah Singgah Sahabat Insan

Salah satu orang terbuang yang cukup lama tinggal di Rumah Singgah Sahabat Insan adalah -sebut saja- Sutini, buruh migran asal sebuah daerah di Maluku Tengah. Ia adalah orang terbuang yang menjadi korban pemerkosaan sekaligus dibakar oleh keluarga agen pekerja yang menampungnya.

Penderitaan Sutini diawali saat tiga tahun yang lalu dia diajak ke Jakarta oleh seorang agen. Oleh agen tersebut, perempuan yang kala itu berusia 28 tahun itu dijanjikan akan bekerja pada suatu perusahaan swasta. Namun sesampainya di Jakarta, Sutini malah ditampung di sebuah rumah dan seminggu kemudian diberangkatkan ke Baghdad, Irak.

Di Irak, Sutini sempat bekerja selama 3 tahun dengan dua majikan yang berbeda. Setelah masa kontrak dengan majikannya habis, dia kembali ditampung oleh agen yang memberinya pekerjaan. Disitulah ia mengalami pemerkosaan, dan akhirnya hamil. Saat sedang memberitahukan peristiwa tersebut kepada temannya, ia malah ketahuan oleh salah satu perempuan di rumah itu, yang langsung menyiramnya dengan bensin dan melempar korek api. Tubuhnya pun terbakar dan menyebabkan lehernya leher dan kulit tangannya terkelupas. Karena keadaannya tersebut, ia dipulangkan ke Indonesia dan ditampung di Rumah Singgah Sahabat Insan sejak bulan Juli 2012 yang lalu.

Selama di rumah singgah, ia dirawat oleh Peduli Buruh Migran yang menjadi mitra Sahabat Insan dalam melayani orang terbuang. Sesuai dengan saran dokter, untuk dapat memulihkan leher dan tangannya yang terbakar, bayi yang sedang dikandungnya harus dilahirkan terlebih dahulu agar tidak terkena dampak obat bius. Maka, operasi pengangkatan kulit yang terbakar ditunda dan dijadwalkan akan dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan setelah bayinya dilahirkan. 

Setelah bayi yang dikandungnya lahir dengan selamat pada tanggal 20 Oktober 2012, maka Sutini pun mempersiapkan diri untuk melakukan operasi pemulihan luka bakarnya. Sambil memulihkan kondisinya pasca melahirkan, Sutini dengan didampingi oleh Peduli Buruh Migran melakukan persiapan untuk melakukan operasi. Pada awalnya, operasi akan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemulihan leher, pengangkatan kulit tangan kiri, dan kemudian bagian lengannya. Untuk operasi ini, Sahabat Insan memberikan bantuan sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) yang diserahkan pada tanggal 21 Januari 2013. Dana ini dipergunakan untuk membiayai pembelian obat untuk melenturkan kulit yang akan dioperasi, pembelian alat penyangga leher, 30 buah salep antibiotik, benang operasi dan obat-obatan penunjang operasi lainnya. Sedangkan biaya operasi ditanggung oleh BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan dan kondisinya dinyatakan fit oleh dokter, akhirnya Sutini masuk ke sebuah rumah sakit di Jakarta Timur pada bulan Desember 2012. Setelah menjalani perawatan pra-operasi selama sekitar empat puluh lima hari, operasi tahap pertama berhasil dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2013.  Pada operasi ini dilakukan pembedahan tahap pertama pada leher untuk membuka kulit leher agar tidak lengket lagi, dan berlangsung sekitar 8 jam. 

Pada tanggal 19 Februari 2013, dilakukan pembedahan tahap kedua. Pada tahap ini  kulit leher yang telah terbuka ditutup dengan kulit paha sebelah kiri dan kulit punggung. Operasi ini berlangsung selama 6 jam. Sutini termasuk orang yang kuat karena selama menjalani proses perawatan dan operasi ia tidak pernah mengeluh walaupun seluruh tubuh bagian atas dibalut perban dan tidak dapat bergerak sama sekali. 

Kemudian pembedahan tahap ketiga dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2013 dengan penyayatan kulit di tangan batas siku agar dapat lagi digerakan dan tidak kaku. Operasi ini berlangsung kurang lebih 4 jam,

Karena sampai operasi tahap ketiga ini kondisinya masih belum pulih, maka pada tanggal 28 Februari 2013 dilakukan operasi tahap keempat. Pembedahan ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi telinga kiri dan kanan agar dapat mendengarkan lagi karena selama ini telinga disebelah kanan tertutup oleh keloid. Kali ini operasi ini berlangsung selama 3 jam.

Pada tanggal 3 Maret  2013 dilakukan lagi operasi  tahap kelima untuk perbaikan jari-jari tangan yang lengket agar dapat dipisahkan dan bisa bergerak seperti semula. Pada pembedahan tahap ini juga dilakukan penyayatan keloid di sekitar dada, lengan kiri bagian atas, dan juga di perut. Operasi ini merupakan tahap terakhir dari seluruh tahapan operasi yang dilakukan oleh Sutini untuk memulihkan keadaannya.


Setelah kondisinya dirasa cukup memungkinkan untuk rawat jalan, akhirnya Sutini kembali ke Rumah Singgah Sahabat Insan pada tanggal 20 Maret 2013. Setiap seminggu sekali, ia masih harus datang ke rumah sakit tersebut untuk mendapatkan perawatan berupa 15 kali suntikan di leher serta tangan agar bisa elastis dan tidak kaku lagi.

Setelah empat kali menjalani rawat jalan dengan menerima total 60 suntikan, kondisi Sutini berangsur-angsur membaik dan ia pun ingin pulang ke kampung halamannya untuk menyelesaikan urusan pribadinya. Maka Sahabat Insan kembali membantu biaya transportasi sebesar Rp. 4.000.000 (empat juta rupiah). Perjalanan yang ditempuh untuk pulang kampung cukup panjang. Pada tanggal 12 Juni 2013 pukul 05.35 Sutini pulang ke Ambon menggunakan pesawat Lion Air dari Bandara Soekarno - Hatta Cengkareng Jakarta menuju Ambon, dilanjutkan dengan transportasi darat dari Bandara Pattimura Ambon ke Pelabuhan Ferry Poka, kemudian menyeberang dengan Kapal Ferry dari Pelabuhan Poka ke Pelabuhan Tuhelu, dilanjutkan kembali menyeberang dengan kapal cepat (speedboat) dari Pelabuhan Tuhelu ke Pelabuhan Amahai. Dan akhirnya, perjalanan kembali dilanjutkan dengan transportasi darat dari Pelabuhan Amahai ke tujuan akhir yaitu di sebuah kampung di Maluku Tengah.

Saat ini, Sutini telah berada ditengah-tengah keluarganya kembali. Pengalaman hidup cukup keras yang telah dijalaninya dengan ketabahan yang luar biasa dan juga keberadaannya di Rumah Singgah Sahabat Insan selama satu tahun penuh semoga bisa menjadi pelajaran untuk menjalani masa depan yang lebih baik.