"Gak usah lah dengerin orang ngomong di depan itu. Mereka itu pura-pura saja jadi pendeta padahal mereka itu polisi dan akan menangkap kita."
Celetukan itu datang dari salah seorang dari 20-an TKI yang baru saja dideportasi dari Malaysia karena tidak berdokumen, dan singgah di RPTC untuk menunggu jadwal kedatangan kapal laut yang akan membawa mereka pulang ke kampung halaman. Tidak hanya sekali itu saja ia menyeletuk. Hampir sepanjang acara dia mengeluarkan kata-kata yang penuh dengan kecurigaan dan ketakutan. Namun begitu, teman-temannya tidak ada yang menghiraukannya, bahkan kadang menasehatinya untuk diam. Ya, dia sepertinya mengalami depresi ringan akibat penderitaannya selama mencari nafkah di negeri orang, sehingga tingkahnya agak aneh dan berbicara melantur ke sana sini.
Hari itu, Selasa 22 Maret 2016, Sahabat Insan kembali mengunjungi RPTC Bambu Apus, untuk bertemu dengan para mantan TKI asal Flores, Sumba dan Timor yang sedang singgah di sana. Kunjungan kali ini dimaksudkan untuk mengadakan Misa untuk mereka yang beragama Nasrani, sebelum pulang naik kapal laut. Karena hari itu sudah memasuki Pekan Suci, maka sebelum misa, para suster dan seorang frater OFM yang sudah terlebih dahulu hadir, memimpin Ibadat Jalan Salib. Ibadat ini cukup menyentuh karena ditunjang oleh gambar-gambar, renungan serta lagu-lagu yang indah, sehingga semua ikut terhanyut di dalamnya.

Ibadat Jalan Salib kemudian dilanjutkan dengan Misa yang dipimpin oleh Romo Benny Juliawan, SJ. Dalam kotbahnya, Romo Benny membahas tentang Petrus dan Yudas Iskariot. Menurut beliau, kedua murid Yesus ini sama-sama memiliki dosa besar: Petrus menyangkal Yesus sampai 3 kali, sedangkan Yudas menyerahkan Yesus kepada para pembunuhnya. Apa perbedaan keduanya? Petrus, setelah melakukan dosa, kemudian bertobat dan memperbaiki diri hingga akhirnya menjadi rasul besar. Sedangkan Yudas, ia juga bertobat, karena ia juga merasa bersalah atas perbuatannya, namun ia tidak bisa menerima bahwa Yesus, sosok yang dijahatinya itu, akan mengampuni dosa-dosanya. Yang satu menyerahkan diri pada kasih Allah, yang satu merasa tidak pantas menerima kasih Allah. Dan kita tahu akhir cerita dari keduanya.




Masalah TKI tak berdokumen di Malaysia ini memang seperti tidak berujung pangkal. Sahabat Insan pernah menulis tentang hal tersebut di artikel ini Dilema Pekerja Migran Tak Berdokumen di Malaysia. Perlu kerja sama dan upaya serius dari semua pihak, baik pekerja maupun pemerintah, agar masalah pekerja tak berdokumen ini tidak terus berulang.