Tuesday, September 9, 2025

Merawat Bumi, Merawat Hidup: Kilas Balik Hari Kedua Perayaan 10 Tahun Laudato Si'

 







Sentul, 6 September 2025 – Hari kedua Perayaan 10 Tahun Laudato Si Indonesia – Connect, Learn & Celebrate di Padepokan Voli (PaVo), Sentul, berlangsung penuh refleksi, inspirasi dan aksi nyata. Pagi hari diawali dengan meditasi berjalan dan Perayaan Ekaristi yang dipimpin RD. Dr. Stanislaus Ferry Sutrisna Wijaya. Dalam homilinya, beliau mengingatkan bahwa meski krisis iklim terasa mengancam, selalu ada harapan bila kita berani memulai dari langkah kecil: “Sebagai animator Laudato Si, jangan lelah melakukan kebaikan, meski sederhana. Setiap tindakan punya arti bagi bumi.”


Foto oleh: Tim dokumentasi Laudato Si'

Suasana semakin hangat ketika acara resmi dibuka dengan sambutan RD. Bonifasius Heribertus Beke, dilanjutkan pidato kunci Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM yang menekankan pertobatan ekologis sebagai panggilan iman, bukan sekadar aktivisme. Kehadiran Ibu Rosa Vivien Ratnawati dari KLHK memberi penekanan pada kebijakan pengelolaan lingkungan di Indonesia dan mengajak umat Katolik menjadi agen perubahan lewat pengelolaan sampah sehari-hari. Penanaman pohon dilakukan sebagai tanda komitmen nyata merawat bumi.

Rangkaian talkshow menghadirkan Prof. Ign. Pramana Yuda yang menyoroti pentingnya menjaga keanekaragaman hayati, serta peluncuran Modul Pendidikan Laudato Si untuk sekolah-sekolah di Indonesia. Program SIRSAK (Sirkular Sampah) juga diperkenalkan sebagai model komunitas dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. Peserta kemudian belajar melalui workshop kreatif seperti membuat sabun dari minyak jelantah, eco-enzym, hingga pupuk organik – bukti bahwa perubahan besar dapat dimulai dari kebiasaan sederhana di rumah dan komunitas.



Sentul, 6 September 2025 – Hari kedua Perayaan 10 Tahun Laudato Si Indonesia – Connect, Learn & Celebrate di Padepokan Voli (PaVo), Sentul, berlangsung penuh refleksi, inspirasi dan aksi nyata. Pagi hari diawali dengan meditasi berjalan dan Perayaan Ekaristi yang dipimpin RD. Dr. Stanislaus Ferry Sutrisna Wijaya. Dalam homilinya, beliau mengingatkan bahwa meski krisis iklim terasa mengancam, selalu ada harapan bila kita berani memulai dari langkah kecil: “Sebagai animator Laudato Si, jangan lelah melakukan kebaikan, meski sederhana. Setiap tindakan punya arti bagi bumi.”

Foto oleh: Tim dokumentasi Laudato Si'

Sesi inspiratif juga hadir lewat kesaksian artis Olga Lydia yang berbagi pengalamannya dalam memilah sampah, mengurangi konsumsi berlebihan dan mendukung gerakan lingkungan. Baginya, gaya hidup ekologis adalah pilihan sadar untuk melindungi bumi. Suara dari kalangan publik figur ini menunjukkan bahwa kepedulian ekologis bisa menjangkau lintas sektor dan memperluas gaung pesan Laudato Si.

Hari kedua perayaan ini meneguhkan keyakinan bahwa krisis ekologis dan krisis kemanusiaan saling terkait erat. Mereka yang miskin dan rentan adalah yang paling terdampak ketika lingkungan rusak. Karena itu, setiap aksi ekologis juga merupakan aksi kemanusiaan. Dengan semangat Peziarahan Pengharapan, kita diajak melangkah bersama menjaga bumi, merawat hidup dan membangun masa depan yang lebih adil serta berkelanjutan bagi semua.

 

Tulisan oleh: Saraswati