Thursday, December 18, 2025

Hari Ketiga IMD 2025: Finalisasi Rekomendasi Musrenbang Tematik dan Seruan Kolektif Kedaulatan Pekerja Migran

 

Banyuwangi, 17 Desember 2025 — Rangkaian peringatan Hari Pekerja Migran Sedunia (International Migrant Day/IMD) 2025 yang diselenggarakan Migrant CARE berakhir pada Rabu (17/12). Memasuki hari ketiga, kegiatan difokuskan pada perumusan akhir dan penyampaian hasil Musrenbang Tematik Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, serta penguatan peran orang muda dalam upaya melawan praktik perbudakan modern.

Sejak pagi hari, perwakilan dari tujuh wilayah kantong migran Banyuwangi, Indramayu, Jember, Kebumen, Lembata, Wonosobo, dan Lombok Tengah mengikuti sesi perumusan hasil Musrenbang Tematik. Forum ini bertujuan merangkum dan menyelaraskan berbagai usulan yang telah dibahas sejak tingkat desa hingga kabupaten, untuk kemudian disusun menjadi dokumen rekomendasi kebijakan yang komprehensif.

Dalam sesi penyampaian hasil Musrenbang Tematik, tim perumus memaparkan rekomendasi yang terbagi dalam empat klaster utama, yakni Hukum dan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, serta Interseksionalitas. Rekomendasi tersebut mencakup penguatan Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA), upaya pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), pelindungan anak pekerja migran, serta pemenuhan hak kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas di komunitas migran.

Dokumen hasil Musrenbang Tematik ini disusun untuk menjadi bahan advokasi kebijakan kepada kementerian dan lembaga terkait, seperti Kementerian Luar Negeri, KP2MI, Kementerian Desa, dan Kementerian Dalam Negeri, serta pemerintah daerah. Langkah ini diarahkan agar kebijakan pembangunan, baik di tingkat nasional maupun daerah, semakin berpihak pada pekerja migran dan keluarganya.

Salah satu isu yang memperoleh perhatian pada hari ketiga adalah penguatan Desa Peduli Buruh Migran (Des Bumi) sebagai garda terdepan pelindungan. Melalui Des Bumi, desa diharapkan mampu menyediakan informasi migrasi aman, membantu verifikasi keabsahan dokumen, serta mencegah calon pekerja migran terjebak jalur nonprosedural sejak dari tingkat komunitas.

Pada siang hingga sore hari, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan Diskusi Tematik Orang Muda Melawan Perbudakan Modern. Diskusi ini menyoroti peran strategis generasi muda dalam advokasi, peningkatan literasi publik, dan kampanye kreatif untuk mencegah eksploitasi serta perdagangan manusia yang kerap menjerat pekerja migran. Forum tersebut menempatkan keterlibatan orang muda sebagai elemen penting dalam keberlanjutan gerakan pelindungan pekerja migran.

Sebagai penutup rangkaian IMD 2025, malam solidaritas diisi dengan pementasan Ludruk sebagai media edukasi publik. Melalui pendekatan seni dan budaya, pesan mengenai migrasi aman mulai dari batas usia minimal, kepemilikan keterampilan, kelengkapan dokumen resmi, hingga risiko jalur nonprocedural disampaikan secara komunikatif dan mudah dipahami masyarakat.

Mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan, Direktur Eksekutif Migrant CARE menyampaikan bahwa hasil Musrenbang Tematik merupakan amanat bersama dari komunitas pekerja migran yang perlu ditindaklanjuti secara konsisten. Hari ketiga IMD 2025 menjadi penanda komitmen kolektif untuk terus mendorong terwujudnya kedaulatan dan keadilan bagi pekerja migran Indonesia, dari tingkat desa hingga ke ranah nasional dan internasional.



Penulis: Maria Fransiska Saraswati
Sumber Informasi: https://www.youtube.com/@migrantcareTV