“Dahulu waktu keadaan konflik saya tidak berani masuk ke daerah sini”, itulah sepenggal ungkapan yang dikeluarkan pemandu saat memasuki daerah beasiswa Sahabat Insan. Ungkapan tersebut merupakan tantangan yang dijalani Sahabat Insan dalam melakukan pelayanan 3 tahun berjalan, selama ini Sahabat Insan telah menolong 3.000 anak-anak Aceh daerah Simpang Ulim (Aceh Timur), Sampoiniet (Aceh Jaya), Lhoknga (Aceh Besar) dan kota Banda Aceh.
Memasuki tahun 2010 Sahabat Insan melanjutkan pelayanan kepada anak-anak Aceh korban tsunami dan konflik. Pelayanan ini berlanjut karena masih banyak anak-anak yang membutuhkan pertolongan. Penghujung tahun 2009, Sahabat Insan melakukan kunjungan ke Aceh, dengan agenda merencanakan kelanjutan beasiswa 2010
Selama di Aceh, sahabat Insan bekerja sama dengan Nonong Mailufar koordinator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir untuk survey sekolah calon penerima beasiswa di Kecamatan Sampoiniet dan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya.
Beasiswa Sahabat Insan tahun 2010 berupa bantuan langsung perlengkapan kebutuhan sekolah seperti tas, seragam, sepatu, dan alat tulis kepada 2.000 siswa SD di kecamatan Sampoiniet dan Setia Bakti. 2 kecamatan tersebut terdapat sekolah yang belum menerima bantuan perlengkapan sekolah, dengan alasan tersebut Sahabat Insan dibantu LPM Pesisir membantu anak-anak yang membutuhkan perlengkapan sekolah.
Perjalanan berat harus dilalui tim Sahabat Insan menuju desa Patek, dahulu desa Patek merupakan hutan, semenjak tsunami melanda Aceh, desa Patek dijadikan relokasi warga korban tsunami. Transportasi menggunakan travel (L300) membutuhkan waktu sekitar enam jam untuk mencapai tujuan melewati bukit dan menyebrang sungai menggunakan kapal rakit. Selama perjalanan pemandangan nan elok terhampar sepanjang bibir pantai barat Aceh menuju desa Patek.
Seiring dengan pemandangan yang begitu indah, proses pembangunan jalan terus dilaksanakan untuk membuka jalur menuju Calang. Keadaan desa Patek saat ini mulai berubah, beberapa rumah sudah dibangun untuk warga korban tsunami, dan masyarakat mulai membangun perekonomian desa mereka.
Beberapa sekolah yang dikunjungi Sahabat Insan dan LPM Pesisir di kecamatan Setia Bakti diantaranya SD Padang, SDN Sapek, MIN Pante Kuyun, SDN Gle Seubak, SDN Gunong Meunasah, SDN UPT II Patek B.
Perjalanan melewati hutan, kondisi jalan berlumpur, debu menebal, itulah gambaran yang harus dilalui tim Sahabat Insan masuk ke lokasi sekolah, namun tidak menyurutkan semangat dalam memberikan pelayanan kepada anak-anak yang membutuhkan bantuan.
Perjalanan di hari kedua, dilakukan dengan berkunjung daerah kecamatan Sampoiniet, tim Sahabat Insan bersama LPM Psisir, melakukan survey di sekolah MIS (Madrasah Iptidayah Swasta) Lamteungoh, SDN UPT III Sayeung, SDN UPT V Patek, dan SDN Ie Jeureungeh.
Kondisi murid setiap sekolah di dua kecamatan sungguh mengkhawatirkan, banyak anak-anak membutuhkan perlengkapan sekolah. Keceriaan anak-anak di dua kecamatan sangatlah berbeda dengan kondisi sekolah mereka, segala keterbatasan yang dialami anak-anak tidak menyurutkan mereka pergi sekolah menimba ilmu.
Lhoknga
Setelah melewati beberapa hari di Desa Patek, perjalanan tim Sahabat Insan dilanjutkan menuju daerah Lhoknga, Lhoknga merupakan bekas daerah tsunami dan konflik, namun dibalik cerita itu semua tersimpan pemandangan mempesona. Sahabat Insan bekerjasama dengan Rinaldi koordinator CC Lhoknga melayani 303 anak SD, SMP, SMU di 16 desa kecamatan Peukan Bada dan Lhoknga. Tiga tahun berjalannya beasiswa menghasilkan putra-putri yang berpendidikan.
Berbagai hambatan sering terjadi dalam proses pembagian beasiswa, keadaan geografis dan laporan data anak-anak telat masuk merupakan hambatan yang terjadi di daerah Lhoknga, Memasuki tahun keempat CC Lhoknga menyalurkan beasiswa melalui sekolah-sekolah di daerah Lhoknga agar lebih mudah proses pendataan dan pengumpulan laporan siswa.
Pelayanan beasiswa Sahabat Insan terakhir bekerjasama dengan lembaga perguruan katolik di Banda Aceh melayani 70 anak yang membutuhkan bantuan. Memasuki tahun 2010, beasiswa Sahabat Insan bekerjasama dengan lembaga perguruan katolik terus berlanjut, namun beberapa anak-anak akan diseleksi untuk beasiswa selanjutnya. Proses penyeleksian dilakukan agar bantuan benar-benar diterima oleh anak yang membutuhkan. Selama ini bantuan yang telah berlangsung, dapat membantu anak-anak yang kesulitan, namun beberapa dari mereka tidak konsisten dalam laporan penggunaan dana, hal tersebut yang menghambat proses pengiriman dana yang berlangsung selama ini.
Membantu anak-anak kesulitan dalam menggapai pendidikan yang lebih tinggi menjadi pemacu bagi Sahabat Insan untuk memberikan pelayanan tiada henti.