Monday, June 21, 2010
Pendampingan Orang Terbuang
Thursday, June 17, 2010
Bantuan Langsung Perlengkapan Sekolah
Januari 2010 Sahabat Insan memulai program baru yaitu memberikan bantuan langsung perlengkapan sekolah kepada anak-anak Sekolah Dasar korban tsunami dan konflik. Program pemberian bantuan langsung ini dilaksanakan berdasarkan permohonan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ( LPM Pesisir) yang disetujui oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya. Sebelum pelaksanaan permohonan tersebut kami juga melakukan survai lapangan apakah memang benar anak-anak memerlukan bantuan yang diusulkan. Bantuan langsung yang mereka usulkan berupa: seragam sekolah merah putih dan pramuka beserta kerudung, sepatu dan kaos kaki, tas sekolah, tempat pensil, pena, pensil, pengaris, penghapus dan buku tulis serta beberapa sepeda.
Untuk melaksanakan program yang diusulkan kami minta lembaga memberikan data lengkap, pasphoto, fotocopy raport dari masing-masing anak disertai dengan
Proses penyampaiaan bantuan kepada anak adalah demikian: Setelah kelengkapan data anak kami terima. Barang-barang kami hitung ditempat pemasanan sesuai dengan jumlah pesanan lalu kami kirimkan ke Banda Aceh melalui jasa pengiriman ELTEHA. Kurang lebih sepuluh hari barang-barang tersebut sampai di ELTEHA Banda Aceh. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir mengambil barang-barang tersebut di Banda Aceh dan membawanya ke Patek. Perjalanan ke Patek ditempuh dalam waktu kurang lebih 5-6 jam. Teman-teman dari LPM Pesisir akan mengepak barang-barang sesuai dengan ukuran dan jenis kelamin yang terdapat dalam daftar penerima pada tahap tersebut. LPM Pesisir akan mengantarkan barang-barang tersebut ke sekolah-sekolah penerima bantuan. Anak-anak penerima bantuan akan membubuhkan jam jempol dalam bukti penerimaan bantuan. Setelah anak-anak yang terdaftar dalam tahap pertama menerima semuanya, maka LPM Pesisir akan mengirimkan bukti penerimaan bantuan kepada kami di Jakarta. Kami akan memeriksa laporan tersebut dan mengirimkan barang untuk tahap berikutnya, begitu seterusnya.
Beberapa kendala yang kami alami dalam penyaluran bantuan antara lain jarak tempuh dari kantor ke sekolah-sekolah yang lumayan jauh ditambah dengan kondisi jalan yang sedang dalam perbaikan. Panas dan debu yang kerap menemani kami dalam perjalanan. Daerah terpencil yang tidak ada sinyal juga menyulitkan kami mengadakan komunikasi dengan pihak sekolah. Kadang kami sudah datang ke sekolah tetapi anak-anaknya sudah pulang. Apabila muridnya hanya sedikit guru atau warga sekitar yang mempunyai kendaraan akan menjemput anak-anak. Kalau muridnya banyak dan jarak rumahnya jauh tidak mungkin akan dijemput, itu berarti kami harus kembali lagi untuk meenyerahkan bantuan. Untuk mencapai beberapa sekolah kami harus mengunakan rakit penyebrangan karena melewati sungai yang lebar dan berarus deras. Ada juga sekolah yang tidak bisa dicapai dengan kendaraan roda empat sehingga harus berjalan kaki dan barang-barang diangkut dengan sepeda motor. Syukur bahwa pemerintah daerah mendukung program ini sehingga melibatkan dinas-dinas terkait dan masyarakat setempat untuk membantu penyaluran bantuan sampai ke sekolah-sekolah yang sulit dijangkau. Kendala yang selama ini tidak bisa teratasi adalah bila terjadi banjir, bila situasi demikian maka kami akan menunda pengiriman bantuan.
Tentang bantuan sepeda. Kami melakukan pemesanan sepeda di Banda Aceh dengan pertimbangan lebih praktis dan aman. Sepeda yang kami pesan adalah 50 unit, 27 sepeda putri dan 23 sepeda putra. Pembagian bantuan sepeda dilaksanakan pada bulan Maret di kantor LPM Pesisir. Kriteria penerima sepeda adalah anak dari keluarga kurang mampu yang jarak tempuh dari sekolah kerumahnya lebih dari 1,5 kilometer.
Bulan Februari sampai Juni kami telah menyalurkan bantuan langsung perlengkapan sekolah kepada 3.000 (tiga ribu) anak SD/MIN yang tersebar di 52 sekolah dalam 6 Kecamatan di Kabupaten Aceh Jaya. Dengan rincian sebagai berikut: Kecamatan Jaya; 14 Sekolah jumlah siswa 869 anak, Kecamatan Sampoiniet; 6 Sekolah jumlah siswa 279 anak, Kecamatan Krueng Sabee; 5 Sekolah jumlah siswa 283 anak, Kecamatan Setia Bakti; 11 Sekolah jumlah siswa 603 anak, Kecamatan Panga; 5 Sekolah jumlah siswa 262 anak, Kecamatan Teunom; 11 Sekolah jumlah siswa 704 anak.
Wednesday, June 16, 2010
KISAH ORANG TERBUANG
Agnes Keba itulah namanya. Agnes adalah orang terbuang dari Malaysia yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta pada hari Jumat tanggal 14 Mei 2010 bersama ratusan orang terbuang lainnya. Kami mendapatkan Agnes sedang mengendong bayinya dalam keadaan lelah, bingung dan takut di pelabuhan. Setelah kami dekati Agnes mengaku tidak berani pulang ke kampung karena sekarang mempunyai seorang bayi sedangkan ia belum menikah, takut digantung orang tua tuturnya. Karena situasi ini kami menawarkan untuk singgah sementara di Shelter Peduli Buruh Migran dan Agnes menyetujui.
Dalam usia yang masih muda, 17 tahun Agnes bertekad bekerja ke Malaysia karena ingin membantu ekonomi keluarga. Pendapatan Ayahnya sebagai petani tidak menentu, sementara ke empat adiknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Agnes berangkat ke Malaysia tahun 2006 melalui agen tenaga kerja resmi dengan kontrak kerja selama 2 tahun. Selama dua tahun itu Agnes bekerja sebagai PRT di salah satu keluarga. Setiap bulan Agnes menyisihkan gajinya untuk dikirim kepada orang tua di kampung. Sementara sebagian besar uang gaji itu untuk membayar hutang kepada agen tenaga kerja yang telah membawanya ke Malaysia. Setelah dua tahun kontrak kerjanya selesai Agnes belum ingin pulang ke kampung maka Agnes memperpanjang masa tinggalnya di Malaysia selama satu tahun. Satu tahun ini Agnes tidak lagi bekerja sebagai PRT tapi bekerja sebagai pelayan di rumah makan. Pendapatan dari rumah makan ini masih Agnes kirimkan untuk orang tua di kampung. Satu tahun berlalu dan masa ijin tinggal di Malaysia sudah habis. Agnes tidak lagi memperpanjang ijin tinggalnya karena mahal. Karena ijin tinggal di Malaysia sudah habis Agnes tidak lagi diperbolehkan bekerja di rumah makan. Agnes mencari pekerjaan lain dan mendapatkan pekerjaan di kedai.
Dua tahun bekerja di kedai telah mengubah hidupnya. Agnes tidak lagi kontak dan mengirim uang kepada keluarga. Sejak bekerja di kedai ini Agnes berkenalan dengan seorang lali-laki Indonesia dari Jawa Timur bernama Mohammad Arif Firdaus. Kedekatan hubungan Agnes dengan Arif makin lama makin erat karena sama-sama bekerja disatu tempat. Mereka juga memutuskan untuk menyewa satu bilik untuk berdua. Mereka bekerja ditempat yang sama dan pulang ke bilik yang sama. Kedekatan hubungan itu membuat Agnes mengandung. Mengetahui Agnes mengandung mereka berjalan saja seperti biasa tetap bekerja dan tinggal dalam satu bilik. Bulan keenam kandungan Agnes, saat masih bekerja mereka berdua ditangkap oleh polisi Malaysia dan dimasukan penjara karena tidak mempunyai surat ijin tinggal dan tidak mempunyai surat nikah. Mereka dimasukan dalam penjara yang berbeda, Agnes di penjara perempuan dan Arif di penjara laki-laki. Sejak masuk penjara Arif tidak lagi mau mengakui bahwa yang dikandung Agnes adalah anaknya. Agnes sangat kecewa, dihadapan polisi Malaysia tetap bertahan dan mengatakan bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Arif. Sampai Agnes melahirkanpun Arif masih belum mengakui bahwa bayi itu adalah anaknya.
Beberapa waktu setelah Agnes tinggal di Shelter Peduli Buruh Migran dan mendapat pendampingan dari Mbak Lily, kami berbicara lagi kepada Agnes apakah benar-benar akan meninggalkan bayinya di Jakarta. Karena keputusannya sudah bulat untuk tidak membawa bayinya pulang maka kami mengantar Agnes untuk menyerahkan ke Panti Asuhan Mekar Lestari Jl. Commercial III No. 1 Sektor 1.5 Bumi Serpong Damai, Tangerang. Agnes sendiri masih akan tinggal di Jakarta untuk memulihkan kesehatan dan belajar menjahit. Sementara itu kami mengontak Pastor Wismontero penangungjawab JPIC Keuskupan Kupang untuk membantu mencarikan keluarga Agnes yang berada di Kupang. Berkat bantuan team JPIC Keuskupan Kupang Agnes dapat berkontak lagi dengan keluarganya. Kepada keluarga Agnes mengatakan dengan jujur tentang keadaan diri yang sebenarnya, bahwa ia pulang dengan membawa seorang bayi tanpa Ayah dan bayi itu sekarang sudah diserahkan ke Panti Asuhan. Keluarga bisa menerima keadaanya Agnes dan meminta supaya bayinya dibawa pulang ke kampung. Sebelum pulang kampung kami mengantar Agnes menjemput bayinya di Panti Asuhan Mekar Lestari.
Shelter untuk orang terbuang.
Kunjungan Kepada Penerima Bantuan Sahabat Insan
Tuesday, June 15, 2010
Pertolongan Bagi Orang Terbuang
Penyerahan Bantuan Langsung Tahap IV
Perjalanan yang kami tempuh untuk mencapai sekolah-sekolah mereka lumayan jauh, kurang lebih 3 - 4 jam dengan kendaraan roda empat. Jalanan masih berbatu dan berdebu.
Distribusi bantuan langsung ini terlaksana berkat kerjasama Sahabat Insan dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Dinas Pendidikan Aceh Jaya.