Wednesday, June 16, 2010

KISAH ORANG TERBUANG

Agnes Keba itulah namanya.  Agnes adalah orang terbuang dari Malaysia yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta pada hari Jumat tanggal 14 Mei 2010 bersama ratusan orang terbuang lainnya. Kami mendapatkan Agnes sedang mengendong bayinya dalam keadaan lelah, bingung dan takut di pelabuhan. Setelah  kami dekati Agnes mengaku tidak berani pulang ke kampung karena sekarang mempunyai seorang bayi sedangkan ia belum menikah, takut digantung orang tua tuturnya. Karena situasi ini kami  menawarkan untuk singgah sementara di Shelter Peduli Buruh Migran dan Agnes menyetujui.

Dalam usia yang masih muda, 17 tahun Agnes bertekad bekerja ke Malaysia karena ingin membantu ekonomi keluarga. Pendapatan Ayahnya sebagai petani tidak menentu, sementara ke empat adiknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Agnes berangkat ke Malaysia tahun 2006 melalui agen tenaga kerja resmi dengan kontrak kerja selama 2 tahun. Selama dua tahun itu Agnes bekerja sebagai PRT di salah satu keluarga. Setiap bulan Agnes menyisihkan gajinya untuk dikirim kepada orang tua di kampung. Sementara sebagian besar uang gaji itu untuk membayar hutang kepada agen tenaga kerja yang telah membawanya ke Malaysia. Setelah dua tahun kontrak kerjanya selesai Agnes belum ingin pulang ke kampung maka Agnes memperpanjang masa tinggalnya di Malaysia selama satu tahun. Satu tahun ini Agnes tidak lagi bekerja sebagai PRT tapi bekerja sebagai pelayan di rumah makan. Pendapatan dari rumah makan ini masih Agnes kirimkan untuk orang tua di kampung. Satu tahun berlalu dan masa ijin tinggal di Malaysia sudah habis. Agnes tidak lagi memperpanjang ijin tinggalnya karena mahal. Karena ijin tinggal di Malaysia sudah habis Agnes tidak lagi diperbolehkan bekerja di rumah makan. Agnes mencari pekerjaan lain dan mendapatkan pekerjaan di kedai.

Dua tahun bekerja di kedai telah mengubah hidupnya. Agnes tidak lagi kontak dan mengirim uang kepada keluarga. Sejak bekerja di kedai ini Agnes berkenalan dengan seorang lali-laki Indonesia dari Jawa Timur bernama Mohammad Arif Firdaus. Kedekatan hubungan Agnes dengan Arif makin lama makin erat karena sama-sama bekerja disatu tempat. Mereka juga memutuskan untuk menyewa satu bilik untuk berdua. Mereka bekerja ditempat yang sama dan pulang ke bilik yang sama. Kedekatan hubungan itu membuat Agnes mengandung. Mengetahui Agnes mengandung mereka berjalan saja seperti biasa tetap bekerja dan tinggal dalam satu bilik. Bulan keenam kandungan Agnes, saat masih bekerja mereka berdua ditangkap oleh polisi Malaysia dan dimasukan penjara karena tidak mempunyai surat ijin tinggal dan tidak mempunyai surat nikah. Mereka dimasukan dalam penjara yang berbeda, Agnes di penjara perempuan dan Arif di penjara laki-laki. Sejak masuk penjara Arif tidak lagi mau mengakui bahwa yang dikandung Agnes adalah anaknya. Agnes sangat kecewa, dihadapan polisi Malaysia tetap bertahan dan mengatakan bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Arif. Sampai Agnes melahirkanpun Arif masih belum mengakui bahwa bayi itu adalah anaknya.

Beberapa waktu setelah Agnes tinggal di Shelter Peduli Buruh Migran dan mendapat pendampingan dari Mbak Lily, kami berbicara lagi kepada Agnes apakah benar-benar akan meninggalkan bayinya di Jakarta. Karena keputusannya sudah bulat untuk tidak membawa bayinya pulang maka kami mengantar Agnes untuk menyerahkan ke Panti Asuhan Mekar Lestari  Jl. Commercial III No. 1 Sektor 1.5  Bumi Serpong Damai, Tangerang. Agnes sendiri masih akan tinggal di Jakarta untuk memulihkan kesehatan dan belajar menjahit. Sementara itu kami mengontak Pastor Wismontero penangungjawab JPIC Keuskupan Kupang untuk membantu mencarikan keluarga Agnes yang berada di Kupang. Berkat bantuan team JPIC Keuskupan Kupang Agnes dapat berkontak lagi dengan keluarganya. Kepada keluarga Agnes mengatakan dengan jujur tentang keadaan diri yang sebenarnya, bahwa ia pulang dengan membawa seorang bayi tanpa Ayah dan bayi itu sekarang sudah diserahkan ke Panti Asuhan. Keluarga bisa menerima keadaanya Agnes dan meminta supaya bayinya dibawa pulang ke kampung. Sebelum pulang kampung kami mengantar Agnes menjemput bayinya di Panti Asuhan Mekar Lestari.

Sahabat Insan bekerjasama dengan Jaringan Religius Peduli Kemanusiaan Jakarta (JRPK) dan Peduli Buruh Migran (PBM) dalam menberi pertolongan dan pendampingan bagi Agnes dan bayinya. Sarana agar dapat pulang bersama bayinya ke kampung halaman di desa Kaniti, Fenfui Timur, Kupang Tengah disiapkan oleh Sahabat Insan.