Kabar duka pemulangan jenazah PMI kembali mengisi hariku, pada Jumat Pertama
(6/7/2018). Kali ini aku dan Suster Laurentina PI harus
segera datang ke Kargo Bandara El Tari Kupang untuk menjemput dua jenazah PMI sekaligus yakni BP dan YB (jenazah ke 22 dan 23).
Berdasarkan
keterangan dari pihak keluarganya, jenazah atas nama BP meninggal akibat
kecelakaan kerja di Malaysia pada Minggu (1/7/2018).
“Jenazah jatuh
terguling dari tanah yang terjal saat mengendarai traktor ke sebuah bukit.
Ketika traktor terguling, ia tertimpa dan meninggal di tempat,” ujar seorang
pria yang mengaku sebagai saudara dekat dari almarhum.
Menurutnya,
pasca kejadian pada hari Minggu, tidak ada seorangpun yang mengetahui dan berada
di lokasi kejadian. Kondisi BP yang sudah tak bernyawa tertimpa traktor diketahui
pada keesokan paginya saat semua rekan-rekannya kembali bekerja. Mereka segera
menghubungi pihak keluarga dan juga teman-teman jaringan untuk mengurus pemulangan
jenazah ke tanah air.
Aku
mencoba menggali informasi lain tentang BP dari pria gemuk berambut keriting
yang sedang asyik dengan rokoknya. Dari pria yang masih ada ikatan saudara ini kuketahui bahwa BP memiliki 3 orang anak
yang tinggal di kampung halaman bersama isterinya yang merupakan seorang ibu rumah
tangga.
“Si BP masih
sempat berkomunikasi dengan isterinya di hari kejadian tersebut. Katanya ia minta
didoakan agar di hari ulangtahunnya yang ke 50 itu selalu sehat-sehat dan
panjang umur. Ia juga meminta kepada isterinya agar memberikan intensi khusus kepada
pastor pada saat misa di hari ulangtahunnya itu,” terangnya.
Jenazah BP dipindahkan dari kereta Kargo ke ambulans BP3TKI Kupang |
Ternyata,
PMI yang berprofesi sebagai supir di kebun sawit ini secara sengaja membawa
traktor menuju ke dataran yang tinggi untuk mencari signal guna mempermudah
komunikasinya dengan sang isteri sebelum misa pagi. Namun sangat disayangkan, tak
ada yang menyangka ajal menjemput tepat di hari kelahirannya ke dunia ini.
“Jadi hari lahir
dan hari matinya di tanggal yang sama. Kasihan sekali,” ujarnya meringis.
Keluarga
mengaku sudah mengurus surat kepulangan pria yang bekerja selama 2 tahun
di Malaysia di KJRI dan BP3TKI. Namun karena permintaan keluarga yang mengharuskan
pemulangan jenazah pada hari ini, maka pihak keluarga bersedia menanggung biaya
pemulangan jenazah dari Kupang menuju Ende dengan menggunakan jalur laut.
“Kalau meninggal
dengan cara demikian maka harus cepat dikuburkan dan rencana kami akan kubur hari ini juga atau paling lama besok pagi di kampung, maka kami tidak
bisa menunggu jadwal penerbangan untuk keberangkatan besok pagi,” terangnya.
Sementara
jenazah atas nama YB meninggal karena mengidap penyakit paru-paru. Pria yang
sudah bekerja selama kurang lebih 3 tahun di Malaysia Barat ini bekerja di
kebun sayur bersama sang isteri.
“Isterinya tidak
bisa ikut mengantar jenazah suami karena kondisinya sangat tidak memungkinkan,
sedang hamil 7 bulan,” ujar seorang bapak yang mengaku sebagai saudara kandung
almarhum.
Jenazah
yang merupakan anak pertama dari 7 bersaudara ini dijemput oleh ayah kandungnya dengan
beberapa anggota keluarga lainnya menggunakan pickup.
“Kami sudah ada
di sini dari jam 6 pagi,” ujarnya lagi.
Dari
hasil pembicaraan kami, ia mengaku bahwa harus menempuh perjalanan dengan
menggunakan pick up selama 12 jam
untuk tiba di Kargo. Aku terenyuh melihat
ketidakberdayaan seorang bapak, ayah kandung YB yang berjuang menyambut jenazah anaknya. Pria tua itu sesekali mengusap air matanya dan berjalan terhuyung-huyung saat
melihat kedatangan peti putera pertamanya yang ada di kereta kargo. Ia dipapah
mengikuti mobil jenazah yang akan parkir di bawah pohon beringin bersama dengan
rombongan untuk mendoakan terlebih dahulu.
Jenazah BP dan YB disambut dalam doa sebagai bentuk Pelayanan Kargo |
Aku
sedikit terenyuh melihat cucuran air mata yang mengalir dari kedua sudut
matanya. Badan jangkungnya yang kurus kering semakin menambah keibaanku, mirip perawakan bapakku. Aku tak mampu berbuat apa-apa selain ikut berdoa Salam Maria dan Kemuliaan. Usai
berdoa, ia terlihat tak berdaya menaiki mobil ambulans dan duduk di sebelah
kanan peti puteranya.
Dari
keterangan pria yang mengaku keluarganya, aku mengetahui bahwa bapak tua itu
telah kehilangan cucu pertamanya dari YB beberapa waktu sebelum kabar kematian itu.
Ia tak menyangka bahwa YB segera menyusul putera kandungnya itu.
Mobil jenazah BP dan YB bersiap meninggalkan Kargo menuju ke kampung halaman |
Suara
sirene terdengar melengking dari kedua mobil ambulans pertanda perjalanan akan
dimulai. Semoga Tuhan memberikan kekuatan bagi keluarga yang ditinggalkan dan masih dengan harapan yang sama "Semoga tidak ada duka lagi".
***