Nyaris dua tahun sudah Wanidah kembali ke kampung halamannya
untuk memulai hidup baru. Sahabat Insan menjumpai Wanidah di Shelter Sahabat
Insan Rabu, 21 Mei 2014, saat ia berkunjung ke sana .
Melihat Wanidah dalam keadaan sehat, gemuk, dan berjalan
tegak seperti tak pernah mengalami luka bakar di tubuhnya, membuat kami
gembira. Hari itu, Wanidah tiba di shelter siang hari dari Subang. Perbincangan-perbincangan pun bergulir,
sampai kami tak sadar waktu berganti
menjadi sore.
Wanidah,
perempuan tegar yang pernah menjadi korban perdagangan orang di Abudahabi itu, bercerita tentang kehidupan yang ia jalani sekarang ini.
Rumahnya terletak
di dekat laut. Dulu, laut itu masih berupa empang yang kemudian berubah.
Sewaktu Januari ketika banjir besar melanda Jakarta dan sekitarnya, rumah
Wanidah ikut kebanjiran. Sama seperti korban banjir yang lain dia dan keluarga
pun menerima bantuan.
Di rumah yang
masih meninggalkan jejak belum selesai di renovasi itulah dia berjualan pulsa. Tetapi,
tak lama kemudian tutup karena banyak yang berhutang dan tidak membayar. Sampai-sampai
dia merugi. Maka, kemudian dia membuka warung kecil, tanpa menjual pulsa.
Ketika kami tanya
mengenai kondisi tubuhnya, Wanidah menjawab sudah seperti sedia kala. Hanya
bekas sedikit di sekitar punggung, Gatal-gatal sudah tidak dirasakannya lagi. Padahal, dulu ketika berada di rumah sakit, kondisinya sangat memprihatinkan,
kulitnya melepuh, merah sekali.
Kontrak awal Wanidah
bekerja di Abudhabi adalah 2 tahun. Setelah masa 2 tahun terpenuhi, dia memperpanjang
kontrak kembali sampai kurang lebih 3 tahun. Suatu hari, kompor yang biasa ia
pakai memasak di dapur, rumah majikannya meledak. Langsung Wanidah dilarikan ke
rumah sakit di sana.
Empat bulan
lamanya Wanidah dirawat di rumah sakit Abudhabi dengan pengobatan yang tidak
memadai. Dia dipulangkan ke Indonesia dalam keadaan yang mengenaskan. Sewaktu bekerja pertama kali, Wanidah masih berusia 16 tahun. Masih berusia anak yang seharusnya dia bersekolah. Maka, dokumennya dipalsukan oleh agen agar dia dapat bekerja
ke luar negeri.
Berita
menggembirakan lainnya dari Wanidah, ternyata dia telah menikah dengan seorang lelaki
yang berasal dari desa tetangga. Mereka dikaruniai 1 orang anak yang masih
berusia 11 tahun.
Perjumpaan hari
itu kami tutup dengan foto bersama dan bertukar nomor telepon. Betapa
gembiranya kami mendengar cerita dari Wanidah yang kini sudah sehat dan
berkeluarga. Meskipun begitu, kami tidak tahu bagaimana sesungguhnya keadaan
ekonomi Wanidah sekeluarga sekarang ini. Apakah cukup atau masih berkekurangan.
Apa yang Wanidah
alami bukanlah pertama kalinya, melainkan kejadian berulang yang sebenarnya
sudah ada solusinya. Para
mantan Tenaga Kerja Indonesia seringkali mengalami kesulitan saat mereka
kembali ke kampung halaman. Sebagian besar mantan TKI tidak membawa pulang uang
dalam jumlah yang banyak saat kembali ke tanah air. Mereka biasanya setiap
bulan mengirimkan gaji mereka ke kampung halaman untuk kebutuhan hidup keluarga
mereka. Banyak juga dari mereka yang ternyata pulang dengan tangan hampa dan
belum pernah mengirim gaji ke keluarga karena majikan yang tidak membayar gaji
mereka atau agen yang menipu mereka.
Mengingat begitu
banyak permasalahan yang mereka alami, pelatihan kewirausahaan, edukasi
pengelolaan uang, dibukanya lapangan pekerjaan, dan sebagainya yang berupa
pemberdayaan bagi para mantan TKI, tentu menjadi modal penting bagi mereka. Dengan harapan, mereka dapat memanfaatkan gaji mereka dan tidak lagi berniat kembali menjadi TKI. Sayangnya,
program edukasi kewirausahaan yang sudah berjalan dari 2010 silam, belum dibagi
secara menyeluruh di masing-masing daerah. Bentuk edukasi kewirausahaan
tersebut berupa dana stimulan dari BP3TKI sejumlah Rp10 juta.
Semoga saja, di
hari-hari mendatang semua mantan TKI mendapatkan edukasi kewirausahaan sepulang
mereka bekerja ke luar negeri. Apabila itu dapat disalurkan secara menyeluruh,
tentu mereka tak akan lagi punya niat untuk kembali bekerja ke luar negeri.
Acuan:
Tulisan sebelumnya di blog Sahabat Insan mengenai Wanidah:
“Pemberdayaan TKI: 17.000 Mantan TKI Ditarget Terjaring
Program Edukasi Kewirausahaan”. http://www.solopos.com/2014/03/20/pemberdayaan-tki-17-000-mantan-tki-ditarget-terjaring-program-edukasi-kewirausahaan-497316