Wednesday, June 4, 2014

Wanidah dan Kehidupannya Kini

Nyaris dua tahun sudah Wanidah kembali ke kampung halamannya untuk memulai hidup baru. Sahabat Insan menjumpai Wanidah di Shelter Sahabat Insan Rabu, 21 Mei 2014, saat ia berkunjung ke sana.



Melihat Wanidah dalam keadaan sehat, gemuk, dan berjalan tegak seperti tak pernah mengalami luka bakar di tubuhnya, membuat kami gembira. Hari itu, Wanidah tiba di shelter siang hari dari Subang. Perbincangan-perbincangan pun bergulir, sampai kami tak sadar waktu  berganti menjadi sore.

Wanidah, perempuan tegar yang pernah menjadi korban perdagangan orang di Abudahabi itu, bercerita tentang kehidupan yang ia jalani sekarang ini.

Rumahnya terletak di dekat laut. Dulu, laut itu masih berupa empang yang kemudian berubah. Sewaktu Januari ketika banjir besar melanda Jakarta dan sekitarnya, rumah Wanidah ikut kebanjiran. Sama seperti korban banjir yang lain dia dan keluarga pun menerima bantuan.

Di rumah yang masih meninggalkan jejak belum selesai di renovasi itulah dia berjualan pulsa. Tetapi, tak lama kemudian tutup karena banyak yang berhutang dan tidak membayar. Sampai-sampai dia merugi. Maka, kemudian dia membuka warung kecil, tanpa menjual pulsa.

Ketika kami tanya mengenai kondisi tubuhnya, Wanidah menjawab sudah seperti sedia kala. Hanya bekas sedikit di sekitar punggung, Gatal-gatal sudah tidak dirasakannya lagi. Padahal, dulu ketika berada di rumah sakit, kondisinya sangat memprihatinkan, kulitnya melepuh, merah sekali.

Kontrak awal Wanidah bekerja di Abudhabi adalah 2 tahun. Setelah masa 2 tahun terpenuhi, dia memperpanjang kontrak kembali sampai kurang lebih 3 tahun. Suatu hari, kompor yang biasa ia pakai memasak di dapur, rumah majikannya meledak. Langsung Wanidah dilarikan ke rumah sakit di sana.

Empat bulan lamanya Wanidah dirawat di rumah sakit Abudhabi dengan pengobatan yang tidak memadai. Dia dipulangkan ke Indonesia dalam keadaan yang mengenaskan. Sewaktu bekerja pertama kali, Wanidah masih berusia 16 tahun. Masih berusia anak yang seharusnya dia bersekolah. Maka, dokumennya dipalsukan oleh agen agar dia dapat bekerja ke luar negeri.

Berita menggembirakan lainnya dari Wanidah, ternyata dia telah menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari desa tetangga. Mereka dikaruniai 1 orang anak yang masih berusia 11 tahun.

Perjumpaan hari itu kami tutup dengan foto bersama dan bertukar nomor telepon. Betapa gembiranya kami mendengar cerita dari Wanidah yang kini sudah sehat dan berkeluarga. Meskipun begitu, kami tidak tahu bagaimana sesungguhnya keadaan ekonomi Wanidah sekeluarga sekarang ini. Apakah cukup atau masih berkekurangan.

Apa yang Wanidah alami bukanlah pertama kalinya, melainkan kejadian berulang yang sebenarnya sudah ada solusinya. Para mantan Tenaga Kerja Indonesia seringkali mengalami kesulitan saat mereka kembali ke kampung halaman. Sebagian besar mantan TKI tidak membawa pulang uang dalam jumlah yang banyak saat kembali ke tanah air. Mereka biasanya setiap bulan mengirimkan gaji mereka ke kampung halaman untuk kebutuhan hidup keluarga mereka. Banyak juga dari mereka yang ternyata pulang dengan tangan hampa dan belum pernah mengirim gaji ke keluarga karena majikan yang tidak membayar gaji mereka atau agen yang menipu mereka.

Mengingat begitu banyak permasalahan yang mereka alami, pelatihan kewirausahaan, edukasi pengelolaan uang, dibukanya lapangan pekerjaan, dan sebagainya yang berupa pemberdayaan bagi para mantan TKI, tentu menjadi modal penting bagi mereka. Dengan harapan, mereka dapat memanfaatkan gaji mereka dan tidak lagi berniat kembali menjadi TKI. Sayangnya, program edukasi kewirausahaan yang sudah berjalan dari 2010 silam, belum dibagi secara menyeluruh di masing-masing daerah. Bentuk edukasi kewirausahaan tersebut berupa dana stimulan dari BP3TKI sejumlah Rp10 juta.  

Semoga saja, di hari-hari mendatang semua mantan TKI mendapatkan edukasi kewirausahaan sepulang mereka bekerja ke luar negeri. Apabila itu dapat disalurkan secara menyeluruh, tentu mereka tak akan lagi punya niat untuk kembali bekerja ke luar negeri.


Acuan:
Tulisan sebelumnya di blog Sahabat Insan mengenai Wanidah:

“Pemberdayaan TKI: 17.000 Mantan TKI Ditarget Terjaring Program Edukasi Kewirausahaan”. http://www.solopos.com/2014/03/20/pemberdayaan-tki-17-000-mantan-tki-ditarget-terjaring-program-edukasi-kewirausahaan-497316