Tuesday, December 23, 2014

53 calon pekerja migran yang "singgah" di RPTC



Pada tanggal 5 Desember 2014, Sahabat Insan berkunjung ke Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC) Dinsos Jakarta. Sebanyak 53 perempuan calon pekerja migran ditampung oleh pemerintah. Kebanyakan mereka berasal dari Jawa Barat namun ada juga yang berasal dari Medan dan NTT.

Terik matahari tidak mengurungkan niat kami untuk berkunjung saat itu. Sesampainya di sana, kami meminta izin kepada petugas untuk menemui para korban. Tak disangka, kunjungan kami bersamaan dengan kegiatan mingguan yang diadakan oleh RPTC. Petugas mengijinkan kami untuk bergabung dalam kegiatan mereka. Para calon pekerja migran sudah bersiap untuk mengikuti pelatihan memasak. Mereka dibagi menjadi kelompok kecil untuk mempermudah pelatih dalam memberi arahan. Pertemuan kali itu, mereka dilatih untuk membuat klepon. Mereka sangat antusias dalam membuat jajanan tradisional tersebut. Seakan tak mau kalah, kami juga ikut membuat bulatan adonan klepon. Pelatihan memasak berlangsung selama kurang lebih satu jam. Setelah adonan matang, kami diijinkan untuk mencoba klepon buatan mereka.

 
Para calon pekerja migran sedang mengikuti pelatihan memasak



Pelatihan pun dilanjutkan dengan makan siang. Sembari menyatap makanan, kami mengobrol dengan santai. Mereka sangat ramah dan memiliki semangat hidup yang tinggi. Meski pun telah dipermainkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, mereka tetap memberikan senyum  terbaik mereka untuk kami.    


Makan siang seusai pelatihan memasak


Pada tanggal 8 Oktober 2014, 53 calon pekerja migran tersebut berangkat ke Malaysia. Mereka dijanjikan pekerjaan di Timur Tengah oleh sebuah agen abal-abal. Sesampainya di Malaysia, mereka ditampung di sebuah apartemen milik agen tersebut. Tak banyak yang mereka lakukan di sana. Cita-cita untuk memiliki kehidupan yang lebih baik tidak berbanding lurus dengan kenyataan. Apartemen tempat mereka tinggal digerebek oleh kepolisian Malaysia. Mereka diinterograsi oleh pihak berwajib. Kemudian, mereka dibawa ke rumah perlindungan milik pemerintah Malaysia. Dua minggu berlalu, mereka dibawa kembali ke kepolisian setempat dan dipindahkan ke bangsal wanita.

Mereka merasa tidak diperlakukan dengan baik di tempat yang mereka sebut bangsal. Pertama kali mereka menginjakkan kaki, petugas memerintahkan mereka untuk berjalan dalam posisi jongkok. Setiap pagi, mereka harus ikut bernyanyi lagu kebangsaan Malaysia. Mereka hanya mendapat biskuit dan teh manis untuk sarapan. Mereka juga hanya mendapat nasi dengan lauk yang seadanya untuk makan siang dan makan malam. “Rasanya ingin cepat-cepat keluar dari sana, Mbak!” ungkap salah satu korban. Tujuh hari berlalu, mereka akhirnya dipulangkan ke Indonesia. Betapa senangnya mereka mendapat kabar tersebut. Karena jumlah mereka yang tidak sedikit, penerbangan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama tiba di Indonesia pada tanggal 29 November 2014 dan sisanya pada tanggal 3 Desember 2014.

Sesampainya di Indonesia, mereka dibawa ke Rumah Perlindungan Trauma Center. Saat itu, mereka masih dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian. Pengalaman yang mereka rasakan sudah lebih dari cukup. Mereka mengurungkan niat untuk menjadi pekerja migran di luar negeri. Mereka mengungkapkan bahwa sesederhana apa pun rumah mereka jauh lebih nyaman dibandingkan dengan ruangan yang berjeruji besi. Mereka hanya ingin tinggal dekat dengan keluarga. Bahkan, mereka sudah memiliki rencana untuk membuka usaha di kampung halaman. Mereka sangat berharap akan segera dipulangkan dalam waktu dekat. Semoga keinginan mereka segera terwujud ya, Sahabat!