Sahabat Insan
mengucapkan selamat kepada Sr. Eugenia, PBHK, salah satu relawan Sahabat Insan,
yang saat ini telah menyelesaikan kuliahnya di Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa / APMD Jurusan Ilmu Sosiatri (pembangunan masyarakat) dengan kekhususan
Pekerjaan Sosial, dan diwisuda pada hari
Sabtu tanggal 29 November 2014 yang lalu dengan predikat Cum Laude serta
menjadi Lulusan Terbaik.
Sr, Eugenia mulai
bergabung dengan Sahabat Insan (SI) pada bulan Desember 2007, saat SI memulai pelayanannya
untuk lebih memperhatikan pendidikan tingkat dasar dan menengah bagi
korban-korban tsunami di Aceh. Beberapa program berkaitan dengan tsunami yang
telah dijalankan oleh suster yang selalu energik ini antara lain: program
beasiswa bagi murid SD dan SMP, pemberian bantuan perlengkapan sekolah
(seragam, sepatu, tas, sepeda dll), pembangunan rumah tahan gempa untuk
beberapa lembaga sosial dan renovasi sekolah.
Di samping memberikan
perhatian kepada para korban tsunami, melalui SI Suster Eugenia juga secara
aktif mendampingi buruh migran yang sedang menderita dan tidak ada yang
memberikan pertolongan. Beliau kerap memberikan semangat kepada pasien-pasien
TKI yang terbaring di rumah sakit karena sakit, bersalin ataupun menjalani
operasi, menemani pemulangan beberapa TKI ke kampung halamannya, mengikuti
beberapa seminar yang berhubungan dengan kasus buruh migran Indonesia, serta
menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah-masalah
TKI. Karena keterlibatannya yang cukup mendalam inilah, maka saat menyusun
skripsi sebagai syarat kelulusan pendidikan S1, beliau memilih judul yang
berkaitan dengan buruh migran (Judul
penelitian: Kekerasan
Terhadap Buruh Migran Perempuan - Penelitian
Kualitatif Tentang Pendampingan Buruh Migran
Perempuan oleh Perkumpulan Sahabat Insan Jakarta).
Sr. Eugenia melakukan
penelitian di kantor SI pada bulan Maret – Mei 2014 dengan melakukan penelitian
mendalam terhadap lima orang buruh migran. Buruh migran yang dijadikan responden adalah
mereka yang pernah didampingi oleh SI, berjenis kelamin perempuan dan pernah
mengalami kekerasan. Kesimpulan
penelitian yang
dihasilkan antara lain adalah:
- Para responden menjadi buruh migran karena alasan ekonomi. Selain itu ketidakberdayaan istri terhadap kekuasaan suami menjadi penyebab utama seorang perempuan menjadi buruh migran.
- Penyebab buruh migran perempuan mengalami kekerasan antara lain adalah latar belakang pendidikan formal yang sangat rendah, tidak menguasai bahasa percakapan sehari-hari serta ketrampilan yang diperlukan, tidak memiliki dokumen resmi, dan ketidakjelasan aturan di negara tujuan kerja. Dari semua hal tersebut, penyebab dominan terjadinya kekerasan adalah tidak adanya pendidikan dan ketrampilan yang memadai untuk bekerja di luar negeri.
- Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh buruh migran perempuan adalah kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan ekonomi dan kekerasan seksual. Kekerasan itu di alami oleh buruh migran sebelum mulai bekerja, pada saat bekerja dan sesudah bekerja dari rumah majikan. Bentuk kekerasan yang dominan dialami oleh buruh migran perempuan dalam penelitian ini adalah kekerasan fisik, psikis dan ekonomi.
- Bentuk-bentuk pendampingan yang dilakukan Sahabat Insan terhadap buruh migran perempuan yang mengalami kekerasan antara lain:
- Pendampingan untuk perlindungan. Korban diberi ruang dan kesempatan seluas-luasnya untuk berkonsultasi tentang masalah yang sedang dihadapi dan menyampaikan keinginan untuk langkah hidup selanjutnya. Sahabat Insan sebagai pendamping memberikan alternatif pemecahan masalah yang diperlukan dan mendukung keputusan yang diambil oleh korban. Sahabat Insan bersama korban mewujudkan keputusan yang dipilih dan telah disepakati bersama.
- Pendampingan untuk fasilitasi. Korban diberi motivasi untuk menyelesaikan masalahnya dan dihubungkan dengan lembaga-lembaga atau orang-orang yang dapat membantu korban keluar dari permasalahan itu. Sahabat Insan berperan sebagai penghubung antara korban dengan lembaga lain. Lembaga-lembaga tersebut akan dipilih sesuai dengan kebutuhan untuk pemecahan masalah korban
- Pendampingan untuk pendukungan. Korban diberi sarana dan prasarana yang memadai agar merasa aman dan nyaman. Diupayakan agar korban merasa terbantu dan tertolong dengan segala sarana serta prasarana yang telah disiapkan tersebut. Sahabat Insan juga mengelola para relawan dan lembaga-lembaga lain untuk membantu korban keluar dari permasalahnya dan dapat kembali kepada masyarakat. Bentuk pendampingan dari Perkumpulan Sahabat Insan yang paling dirasakan manfaatnya adalah pendampingan untuk fasilitasi.
Setelah menyelesaikan
kewajiban belajarnya, Sr. Eugenia kemudian ditugaskan di Purworejo untuk
melanjutkan karya pelayanannya. Selamat bertugas Sr. Eugenia. Semoga tetap
semangat dan menjadi sumber kegembiraan bagi orang-orang yang dilayani. Terima
kasih atas kesediaannya untuk berkarya dan menjadi bagian dari Sahabat Insan.