Hari itu, pagi itu saya berada di kebun bersama Romo Ismartono. Di antara pot-pot tanaman dan tanah yang lembab, Romo Is dengan sabar mengajarkan saya cara membuat komposter. Ia menjelaskan bagaimana sisa makanan dan daun kering bisa diolah menjadi pupuk alami yang menyuburkan kembali bumi.
Saya
memperhatikan dengan seksama setiap langkah yang beliau tunjukkan—mulai dari
menyiapkan wadah, mencampur tanah, penyemprotan cairan khusus agar proses pembusukan lebih cepat
hingga menjaga kelembaban agar proses
penguraian berjalan baik. Di sela-sela penjelasan, Romo Is juga bercerita
tentang pentingnya menghargai ciptaan dan tidak membuang apa pun dengan
sia-sia.
Suasana kebun terasa hangat dan damai. Di antara aroma tanah dan suara serangga kecil, saya belajar bahwa merawat alam bukan hanya tentang teknik, tetapi juga tentang sikap hati—tentang bagaimana kita bisa hidup selaras dengan bumi.
Pengalaman sederhana ini mengingatkan saya bahwa setiap
hal kecil, seperti membuat komposter, bisa menjadi cara kita berpartisipasi
dalam karya besar Tuhan: menjaga kehidupan.
Vincentius Bagus
