Friday, November 28, 2014

Kisah Yani


Yani (bukan nama yang sebenarnya) berasal dari Kecamatan Baros Sukabumi. Ia berangkat menjadi TKI karena kondisi ekonominya yang cukup berat. Lima tahun sebelumnya, suaminya pergi ke Malaysia dan tidak pernah pulang lagi, sehingga ia harus sendirian menghidupi satu anak dan kedua orang tuanya. Karena beban hidup yang semakin lama semakin berat, dan sumber penghasilannya sebagai buruh tani sudah tidak mencukupi, pada awal tahun 2013 ia nekad berangkat menjadi TKI ke Arab Saudi.

Setelah satu bulan berada di penampungan, Yani diberangkatkan bersama 12 temannya ke Arab Saudi. Di benak Yani sudah tersusun rencana bahwa ia akan bekerja sebaik-baiknya dan mendapatkan uang untuk dikirimkan ke keluarganya. Oleh sebab itu, ia bekerja dengan giat di rumah majikanya. Walaupun sering mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, ia tetap nekad bekerja karena hanya itu satu-satunya harapan untuk membantu keluarganya.

Majikan Yani pemarah dan sedikit-sedikit memukul kalau ia lambat mengerjakan pekerjaanya. Yani mulai bekerja pukul 05.00 pagi sampai pukul 03.00 pagi lagi. Setiap hari ia hanya diberi waktu istirahat selama dua jam oleh majikannya. Yani juga jarang mendapatkan makanan. Ia hanya boleh makan sisa sisa makan malam majikannya, bahkan minum pun dijatah. Yani sudah mulai sakit-sakitan pada bulan Juli 2014. Badannya semakin mengurus karena kurang gizi dan kurang istrirahat. Penderitaannya mencapai puncaknya saat pada akhir bulan Juli 2014 Yani ditendang anak majikan dan terjatuh hingga tidak dapat bangun kembali. Ia dibawa ke dokter setempat dan dokter berkata bahwa tulang punggungnya geser. Karena dalam kondisi sakit dan tidak bisa bekerja dengan baik, majikannya langsung memulangkannya ke Indonesia pada bulan Agustus 2014.

Setiba di Bandara Soekarno Hatta, Yani langsung mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Ia dirawat di sana selama satu bulan. Ketika sudah diperbolehkan pulang, ia diantar oleh petugas BNP2TKI ke kampung halamannya. Namun malang, Yani sudah tidak menemukan kedua orang tuanya karena sudah meninggal dunia dan anak satu-satunya pun pergi entah kemana. Ia juga tidak membawa uang sepeser pun karena semasa kerja, Yani selalu mengirimkan seluruh gajinya untuk keluarga. Paman dan bibinya menolaknya karena pulang dalam kondisi sakit dan tidak punya uang. 

Karena masih dalam kondisi sakit dan tidak tahu harus kemana, Yani diantar oleh petugas BNP2TKI ke sebuah rumah singgah untuk dapat melanjutkan perawatan. Sampai saat ini, dia masih tinggal di rumah singgah tersebut untuk memulihkan kondisinya sehingga siap kembali menyusun rencana-rencana untuk hidupnya di masa datang.