Para Suster, Romo, Bruder dan Saudara/i yang terkasih.
Salam jumpa dalam
semangat pelayanan Kristus. Kurang lebih 2 minggu yang lalu, saya diberi kepercayaan dan
kesempatan mewakili JPM KAJ untuk mendampingi pemulangan saudari-saudari kita
yang berasal dari Sumba. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kepercayaan
dan kesempatan tersebut. Saya juga memohon maaf karena baru sempat membagikan pengalaman tersebut. Kali ini, saya akan berbagi kisah
kasih dalam mendampingi pemulangan calon TKI ke Nusa Tenggara Timur.
Saya berangkat dari
Tanjung Priuk pada tanggal 9 November 2014 jam 08.00 dengan KM UMSINI (dengan
rute Tanjung Priuk – Surabaya – Makasar – Maumere – Larantuka – Lewoleba –
Kupang) bersama dengan dua orang petugas RPTC Bambu Apus yaitu Mas Ari dan Mbak
Rara. Dengan demikian, petualangan TKI kali ini hanya didampingi tiga orang.
Sesampainya di kapal, kami sudah disiapkan tempat khusus yaitu di dek 4.
Sekalipun tidak sebanyak pada saat pemulangan 120 orang TKI beberapa minggu
lalu, tetapi kami bertiga merasa cemas karena pemulangan kali ini tidak
didampingi dari pihak kepolisian. Karena kami hanya bertiga maka kami membagi 3
kelompok, masing masing petugas mendampingi dan mengawasi satu kelompok. Jumlah
TKI yang dipulangkan sebanyak 44 orang terdiri dari 36 orang yang dikirim dari
RPTC Dinsos Semarang dan 8 orang TKI deportasi dari Malaysia. Dari 36 yang
dikirim oleh Dinsos Semarang berasal dari Sumba yang sebagian besar beragama Protestan, sedangkan
8 orang TKI deportasi Malaysia berasal dari Flores dan Atambua. Selama dalam
perjalanan menuju Kupang, saudari saudari kita menghabiskan waktu dengan
merenda taplak meja. Mereka memakai bahan yang diperoleh di RPTC Semarang. Untuk kegiatan rohani, kami berdoa syafaat setiap malam yang
dipimpin oleh salah satu dari mereka yang merupakan lulusan Sekolah Menengah Teologi.
Pada tanggal 9 November 2014, keadaan
berlangsung aman. Kami belum melihat keanehan dari sikap dan perilaku mereka di
kapal. Keesokan harinya, 10 November 2014, Kami transit di Surabaya sekitar jam
09.00 WIB. Semua tiket dapat terkumpul. Saat itu, keadaan masih aman. Sekalipun
mereka sudah mulai gerah dan tidak betah berada di dalam kabin. Mereka sudah
mulai keluar masuk kabin. Mas Ari dan Mbak Rara ijin untuk turun sebentar mencari sesuatu di
pelabuhan. Dengan demikian, tinggal saya seorang diri menjaga mereka. Melihat
kelakuan mereka yang keluar masuk kabin, turun naik dek, saya merasa cemas
jangan sampai terjadi sesuatu terhadap mereka. Karena itu, saya mengajak mereka semua
naik ke dek 7, supaya tidak terpencar-pencar sehingga saya lebih leluasa dalam mengawasi mereka. Dalam perjalanan menuju Surabaya, 1 orang mendadak sakit dan berteriak teriak kesakitan.
Dia dibawa ke klinik kapal. Namun, tidak dapat berlangsung lama sakitnya kambuh lagi. Karena takut terjadi
sesuatu, Mbak Rara mendapat tugas untuk mengurus yang sakit. Tinggallah Mas Ari dan saya yang mengawasi
mereka sehingga kami jaga bergantian. Kalau saya ada di kabin maka Mas Ari
berkeliling di dek atas. Sementara Mbak Rara tetap mengurus yang sakit.
Pada tanggal 11 November 2014, kami transit di
Makasar sekitar jam 20.00 WIB. Lalu, kami mencari obat ke RS Stella Maris
Makasar yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan. Bisa dikatakan, ini juga merupakan
kesempatan untuk mengunjungi komunitas saya disana. Kami harus berjaga hingga dini
hari karena kapal berangkat kembali dini hari.
Pada tanggal 12 November 2014, kapal berangkat sekitar jam 03.30 dini hari menuju Maumere. Penumpang mulai berdesak-desakan karena banyak yang naik di situ. Mereka mulai jenuh. Ada diantara mereka sendiri juga mulai bertengkar. Kadang kala, kami bertiga tidak dapat membedakan mereka ketika sedang mengobrol atau bertengkar karena penggunaan bahasa daerah yang mereka pakai. Selain itu, nada bicara yang sama yaitu berteriak. Kami baru menyadari mereka bertengkar setelah mereka berdiri dan mengambil posisi tinju, Tetapi semua itu dapat diatasi dan dikendalikan.
Kami tiba di Maumere
jam 20.00 WITA. Kami melanjutkan perjalanan ke Larantuka dan Lewoleba. Kami tiba
di Kupang jam 20.30. Kami dijemput oleh petugas RPTC Dinsos Kupang dan langsung
dibawa ke RPTC Dinsos Kupang. Setibanya di RPTC, kami disambut oleh Pimpinan RPTC. Tidak lama kemudian, Polda Kupang datang untuk menemui mereka. Sebenarnya akan
dilakukan juga serah terima antara RPTC Jakarta
dengan RPTC Dinsos Kupang, tetapi karena masih ada Polda maka ketua RPTC Kupang
menyarankan agar serah terima dilakukan esok harinya yaitu hari Jum’at pagi.
Demikianlah kisah
perjalanan kami dalam mendampingi pemulangan saudari-saudari kita ke Nusa Tenggara Timur. Kami bersyukur karena kami dapat menghantar dengan selamat sehingga
sampai tujuan. Sekalipun terjadi gesekan-gesekan diantara mereka tetapi kami
melihat bahwa kelompok ini cukup menurut dan dapat dikendalikan.
Sekali lagi saya
mengucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang indah dan berharga ini.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Salam,
Sr. Theresa Yudayanti, JMJ.