Frater Bary dan Frater
Arnold yang merupakan frater SJ dan sekaligus pendamping Komunitas Persink,
menyambut kedatangan para pembicara dan peserta dengan hangat. Setiap orang
yang memasuki ruangan akan memberikan salam hangat kepada semua orang yang
sudah berada di dalam ruangan.
Sebelum memberikan
materi mengenai Bahaya Human Trafficking yang sedang marak terjadi, Ibu
Ibnurini terlebih dahulu memperkenalkan Komunitas Sahabat Insan kepada semua
peserta. “Komunitas Sahabat
Insan itu merupakan perkumpulan orang-orang yang bersahabat satu dengan yang
lain karena iman kekatolikannya. Sama seperti kalian sekarang, meskipun berasal
dari sekolah yang berbeda-beda, kalian akhirnya bertemu di tempat ini dan
saling mengenal satu dengan yang lainnya,” ujarnya membuka acara. Ia menjelaskan bahwa
hubungan persahabatan yang terawat dengan baik melalui komunikasi yang intens,
mampu menciptakan sebuah hubungan harmonis dan awet hingga kapan pun. “Oleh karena itu kalian
harus bisa merawat hubungan persahabatan kalian dalam komunitas kalian ini,
komunitas Persink agar semuanya merasa saling memiliki dalam persaudaraan. Jadi
meskipun kalian tidak punya saudara kandung, kalian akan punya saudara yang
banyak jika kalian bisa merawat persahabatan ini, sama seperti kami dulu ketika
menjadi mahasiswa romo,” ujarnya lagi.
Melalui kesempatan ini,
Ibu Ibnurini juga menjelaskan kegiatan bersama yang sudah dilakukan Sahabat
Insan dalam menangani dan ambil bagian memecahkan permasalahan bangsa ini,
salah satunya dengan memberikan bantuan ketika Peristiwa Tsunami di Aceh Tahun
2004 silam. “Jadi saat tsunami Aceh
tahun 2004 yang lalu memporak-porandakan Aceh, Romo Ignatius Ismartono SJ segera
menghubungi kami, mantan mahasiswanya yang dulu bergabung dalam sebuah
komunitas Kramat VII untuk berbuat sesuatu. Akhirnya kami mengumpulkan berbagai
jenis bantuan makanan, pakaian dan barang-barang lainnya yang dibutuhkan. Tak
hanya itu, ketika bantuan tak lagi datang dari pihak manapun, kami tetap
memberikan bantuan yang sangat berguna bagi masa depan anak-anak Aceh yakni
bantuan pendidikan dengan memberikan beasiswa S1 kepada 100 orang anak Aceh hingga
mereka bisa bangkit lagi menata masa depannya,” tuturnya.
Ia kemudian menjelaskan
karya lain yang dijalankan oleh Sahabat Insan
seiring berjalannya waktu yakni penanganan migran yang merupakan korban
eksploitasi dari kegiatan human
trafficking. “Jadi saat ini kami
fokus untuk menangani permasalahan PMI yang menjadi korban human trafficking oleh orang-orang di sekitarnya dan oknum-oknum
yang terlibat. Oleh karena itu, kami mengirimkan seorang relawan yakni orang
muda dan yang rela agar membantu langsung proses penanganan korban human trafficking dari akar rumputnya di
NTT selama 9 bulan,” ujarnya sambil memperkenalkan Arta dan Saraswati.
Sebagai seorang relawan,
Arta yang bergabung dalam karya pelayanan Kerasulan Anti Human Trafficking oleh susteran PI (Penyelenggaraan Ilahi) mempresentasikan
tentang Bahaya Human Trafficking dan
seputar pengalamannya di lapangan. “Ada banyak kasus PMI
yang menjadi korban human trafficking
yang kami dampingi di NTT, mulai dari korban hidup maupun yang sudah meninggal,”
ujar Arta membuka presentasinya. Ia kemudian menjelaskan
definisi perdagangan orang berdasarkan Undang-Undang No 21 pasal 1 tahun 2007. Melalui
pemaparannya, ia juga menjelaskan tentang proses awal perekrutan hingga
akhirnya menjadi korban eksploitasi dan berujung pada kematian di negara
penempatan. “Selama saya membantu penanganan korban human trafficking
sudah ada 50 jenazah yang dipulangkan terhitung dari April 2018 hingga
Januari 2019,” ujarnya. Ia juga menjelaskan
berbagai permasalahan yang dialami oleh PMI yang berhasil dipulangkan ke Tanah
Air dalam keadaan hidup. “Ada beberapa yang
berhasil kami pulangkan dalam keadaan hidup namun membawa permasalahan
tersendiri. Beberapa dari antara mereka tertekan batin, stres dan bahkan pulang
dalam keadaan tidak waras,” ujarnya sambil menayangkan beberapa video penjemput
jenazah yang dialami di Kargo Bandara El Tari Kupang.
Pada sesi selanjutnya,
Saraswati menjelaskan tentang Bahaya Human
Trafficking yang bisa saja terjadi disekitar para peserta. “Tidak tertutup
kemungkinan kalau permasalahan human
trafficking yang memperdaya penduduk NTT tersebut bisa melanda penduduk kota seperti Jakarta melalui kecanggihan teknologi yang ada sekarang, yakni
melalui internet,” ujarnya. Ia memaparkan beberapa
bahaya yang ditimbulkan dari berbagai situs online yang digunakan oleh para trafficker untuk memperdaya korbannya. “Nah, bagi kamu yang
suka bermain media sosial tolong berhati-hati karena kamu bisa secara tidak
sadar diperdaya oleh trafficker dan
kamu sudah menjadi korbannya. Jangan sampai kamu kehilangan segalanya karena
masuk dalam perangkap si pelaku yang kasat mata,” ujarnya. Ia kemudian menjelaskan
bagaimana usaha trafficker dalam
memperdaya korbannya melalui berbagai aplikasi yang harus diwaspadai. Selain
itu, ia juga memberikan beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mewaspadai
berbagai taktik jitu trafficker. “Apalagi bagi kalian
yang nantinya akan melamar kerja, tolong memeriksa dengan cermat alamat website
perusahaan yang kalian lamar karena ada banyak perusahaan yang ingin
mendapatkan data kalian dan kemudian memanfaatkannya untuk meraup keuntungan
dengan data diri kalian,’ ujarnya lagi. Ia juga memperkenalkan
beberapa situs resmi yang bisa digunakan oleh para pencari kerja agar tidak
terpedaya oleh trafficker dan untuk
melindungi dari dari pelaku kejahatan lainnya.
Di akhir acara, peserta
mengadakan diskusi mengenai kasus Human
Trafficking yang telah dipaparkan oleh kedua relawan. Sebagian besar dari
mereka mengaku tidak mengetahui berbagai praktik human trafficking yang sedang terjadi, baik di NTT maupun di
sekitar mereka.
Acara ditutup dengan permainan
ringan asah otak yang mempertajam konsentrasi dan berfoto bersama. Mereka
sangat berterimakasih atas kegiatan yang sudah diberikan secara gratis dan
bermanfaat. “Kami sangat bersyukur
kepada Tuhan dan berterimakasih kepada teman-teman dari Sahabat Insan karena
sudah memberikan waktu, tenaga dan pencerahannya kepada kami semua yang hadir
sehingga kami mengetahui berbagai permasalahan human trafficking yang ternyata ada di sekitar kita,” ujar frater
Barry. Ia berharap melalui
kegiatan ini, pengetahuan para peserta mengenai human trafficking bisa digunakan sebagai senjata untuk memerangi
dan menangkal kejahatan yang terorganisir. “Semoga teman-teman
bisa menjadi perpanjangan lidah untuk mewartakan kabar yang bermanfaat ini
untuk mencegah praktik human trafficking
di tengah masyarakat kita,” tutupnya.