Berikut adalah tulisan dari Sr. Monica, SND yang dimuat di Kompasiana, yang dengan seijin beliau kami tuliskan lagi di sini. Artikel asli dapat dibaca di link https://www.kompasiana.com/monikaekowati6276/601f9a92d541df3dc715e2b2/dapatkah-kita-membebaskan-indonesia-menjadi-zero-human-trafficking
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Human Trafficking atau Perdagangan Manusia telah terjadi sejak dulu. Banyak korban telah terluka baik secara badani maupun secara psikologis, bahkan mati tak berdaya seperti binatang. Martabat manusia tidak dihormati, dihargai bahkan dilecehkan. Padahal manusia adalah Citra Allah yang mesti kita hormati dan kita selamatkan jika mereka dalam penindasan. Apakah masih ada di sekitarku bentuk perdagangan atau pelecehan martabat manusia? Apa yang akan kulakukan? Itulah pertanyaan yang mesti mengusik kita untuk membela hak-hak saudara-saudari kita yang tak berdaya karena diperdagangkan.
Tanggal 8 Februari adalah Peringatan Santa Bakhita, Pelindung korban Human Trafficking, yang oleh Bapa Suci disahkan menjadi 'Hari Doa Internasional' dan merupakan hari AHT = Against Human
Trafficking (Menentang Perdagangan Manusia).
Maka kami IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia) bergandeng tangan dengan para Pemuka Agama yang ada di Indonesia untuk mengadakan Doa Serentak yang akan didoakan oleh anak-anak di sekolah dan masyarakat luas untuk menentang Perdagangan Manusia.
IBSI sendiri mempunyai komisi yang bergerak menangani Human Trafficking. Dulu namanya CWTC = Counter Women Traficking Commision, namun sejak Agustus 2019 namanya berubah menjadi Thalitakum Indonesia untuk menyesuaikan dengan Thalitakum (Komisi yang bergerak melawan Human Traffiking) yang di negara lain .
Thalitakum dibentuk oleh UISG = Union International Superior General yaitu Persatuan Para Pemimpin Tinggi Tarekat Religius Wanita/Biarawati seluruh dunia yang berpusat di Roma. Sejak tahun 2006 memberi perhatian yang lebih serius akan masalah Human Trafficking, khususnya yang dialami oleh perempuan dan anak-anak. Hal ini ditambah adanya fakta bahwa perempuan dan anak menjadi korban perdagangan manusia, yang disejajarkan dengan perdagangan senjata dan narkoba.
Menanggapi kenyataan itu maka UISG mengundang IBSI, untuk menghadiri seminar anti perdagangan manusia UISG di Manila pada tanggal 27 November - 3 Desember 2006. Pelatihan dari UISG dan IOM (International Organization for Migration) Itali yang pertama bagi para biarawati Asia Pasific di Manila - Filipina. Dalam Rapat Kerja & Pelatihan ini UISG membentuk APWRATH (Asia Pasific Women Religious Anti Trafficking in Human). Rapat ini dihadiri oleh para biarawati dari Filipina, Jepang, Korea, Taiwan, Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia, Sabah, Australia dan Indonesia. Para suster di negara-negara tersebut menjadi anggota APWRATH.
Melihat data yang
diketemukan oleh IOM bahwa banyak korban trafficking
asal Indonesia berada di mancanegara, maka perlu :
- Penyadaran akan adanya masalah
- Mensosialisasikan permasalahannya
- Mencegah trafficking di Indonesia
- Membantu korban
- Kerjasama antar Negara
Maka para Pengurus IBSI mulai periode 2005 hingga saat ini aktif mengadakan sosialisasi tentang Perdagangan Manusia bahwa kenyataan itu sungguh ada di sekitar kita, bahkan mungkin menimpa di lingkungan terdekat bahkan keluarga kita. Di antara begitu banyak luka terbuka di dunia kita, salah satu yang paling meresahkan adalah perdagangan manusia, bentuk perbudakan modern, yang melanggar martabat yang diberikan Tuhan kepada banyak saudara dan saudari kita (Paus Fransiskus)
Hasil pengamatan kenyataan dan tantangan kejam yang ada dalam Perdagangan Manusia dikelompokkan menjadi:
- Mengapa perdagangan manusia masih ada dan kebejatan perbudakan itu masih terus berlangsung hingga abad ke 21
- Mengapa perdagangan manusia itu masih tetap begitu tersembunyi
- Bagaimana perdagangan manusia itu berlangsung
- Apa yang dapat dilakukan, dan bagaimana dapat dilakukan secara lebih baik
Memahami
Penyebab Perdagangan Manusia .
- Narsisme
- Perwujudan sistem sosial, budaya, dan ekonomi yang tidak bermoral dan praktik yang mempromosikan sikap peningkatan konsumen dan menambah ketidaksetaraan di dalam dan antar wilayah
- Pertumbuhan egosentrisme dan individualisme, yaitu sikap yang cenderung memandang orang lain melalui lensa kekuatan semata, menilai orang lain berdasarkan ukuran kenyamanan dan keuntungan pribadi
- Pendewaan uang lebih menjadi pusat sistem ekonomi daripada manusia pada pribadi manusia
Mencermati
tanggapan Paus Fransiskus
tentang Perdagangan Manusia
:
- Jika ada begitu banyak perempuan muda yang menjadi korban perdagangan manusia berakhir di jalanan kota kita, itu karena banyak lelaki di sini -- muda, setengah banya, lanjut usia, - meminta layanan dan bersedia membayar kesenangan mereka, Maka, saya ingin tahu, apakah benar penyebab utamanya memang para pedagang manusia?
- Saya yakin bahwa penyebab utamanya adalah cinta diri yang tidak bermoral dari banyak orang munafik di dunia kita ini. Tentu saja, menangkap para pedagang itu adalah kewajiban keadilan. Namun solusi yang sebenarnya terletak pada pertobatan hati, menghentikan permintaan untuk mengosongkan pasar."
Mengakui Adanya Perdagangan
Manusia :
Meskipun ada komitmen publik
dengan berbagai kampanye
penyadaran dilakukan, namun masih banyak
ketidaktahuan tentang sifat dan penyebaran perdagangan manusia. Orang-orang
yang diperdagangkan biasanya tetap tidak terlihat dan tidak mudah diamati atau
dideteksi.
Orang-orang yang diperdagangkan sering dimanipulasi dan dijebak dalam pola psikologis yang tidak memungkinkan mereka untuk melarikan diri, meminta tolong, bahkan tidak paham bahwa dirinya pernah atau bahkan masih menjadi korban
Ada mereka yang meskipun mengetahui hal ini, namun tidak mau
berbicara tentangnya, karena mereka menjadi bagian akhir dari 'rantai pasokan'
pemakai 'layanan' ini yang diajarkan di pinggir jalan atau internet, serta jaringan
tersembunyi.
Gerakan untuk menyikapi dan mengurangi dan menghambat Perdagangan Manusia:
- Usaha meningkatkan kesadaran harus dimulai dari rumah, diri sendiri, kemudian kita mampu membuat komunitas kita sadar, dengan memotivasi mereka sehingga tidak pernah ada lagi manusia yang bisa menjadi korban perdagangan.
- Memberi penyuluhan di sekolah-sekolah, lingkungan akan adanya dan bahayanya Perdagangan manusia diberikan sejak dini pada peserta didik.
- Penyuluhan kepada keluarga disaat diadakan pertemuan orang tua murid disekolah.
- Program-program khusus pendidikan dan belajar mandiri dengan tujuan memperkuat kemampuan untuk pencegahan, perlindungan, penuntutan, dan kemitraan, harus ditawarkan di tingkat komunitas
- Semua yang pernah menjadi korban perdagangan adalah sumber dukungan yang sangat besar untuk korban baru, dan sumber informasi penting untuk menyelamatkan banyak orang muda lainnya.
- Tugas 'pekerja kemanusiaan dan sosial' adalah untuk memberikan sambutan ramah, menyediakan kehangatan manusiawi dan kemungkinan membangun kehidupan baru bagi para korban (Paus Fransiskus)
- Reintegrasi atau Integrasi, para penyintas perdagangan manusia di dalam masyarakat bukanlah masalah sederhana, mengingat trauma yang mereka derita (keamanan, pelatihan dan perberdayaan)
- Negara-negara harus membangun atau meningkatkan program dan mekanisme untuk melindungi, merehabilitasi, dan mengintegrasikan kembali para korban, mengalokasikan kepada mereka sumber daya ekonomi yang disita dari pedagang manusia.
- Para penyintas yang menderita gangguan emosi jangka panjang memerlukan perhatian khusus. Perlu diingat para penyintas adalah manusia dan harus selalu merasa bahwa dirinya diperlakukan dengan sangat hormat.
- Tugas ini sungguh sangat besar dan sulit, kita perlu menjalin kerjasama dengan pelbagai pihak yang terkait para LSM, Advocad, pekerja social yang handal, Ahli hokum, para Polisi Penegak hokum agar kita sungguh dapat membebaskan mereka yang menjadi Korban perdagangan manusia .
- Tugas ini sangat besar dan membutuhkan keberanian, kesabaran, ketekunan dan cinta yang besar akan harkat & kemanusiaan. Menuntut upaya bersama dan Global dari pelbagai pelaku yang berbeda di ada dan membentuk masyarakat. Gereja juga harus berperan.
Berpuasa yang Kukehendaki adalah membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang-orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar, dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tidak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri. (Kitab Nabi Yesaya 58; 6-7)
Stop HT ( catholik.com )
Menyimak suratan
dari Kitab Nabi
Yesaya diatas marilah kita
bergandengan tangan untuk
melawan Perdagangan Manusia, sehingga di
Indonesia bebas dan menjadi Zero
tidak terjadi perdagangan manusia. Bersama kita bisa mewujudkan Kehendak Tuhan untuk menjunjung tinggi martabat Manusia sebagai "Citra Allah "
Oleh Sr. Maria Monika, SND
7 Februari 2021
Artikel ke-258.