Monday, March 25, 2024

Pertemuan Jaringan Migran dan Pengungsi - JCAP 2024 di Taiwan

Laporan perjalanan Suster Laurentina, SDP dalam mengikuti pertemuan dan kunjungan ke beberapa jaringan pekerja migran dari Indonesia di Taiwan.

* * *

Aku Terjerat Dalam Jaring Itu

Bersyukur atas kesempatan untuk belajar kembali berjejaring bersama JCAP (Jesuit Conference of Asia Pacific). Awalnya saya ragu-ragu untuk ikut pertemuan ini karena banyaknya keterbatasan dalam diri saya, terutama soal kemampuan berkomunikasi dan akomodasi. Namun berkat dorongan Romo Greg dan Romo Ismartono, serta keikutsertaan peserta dari Indonesia lainnya yaitu Romo Dam dan Romo Pieter, saya memberanikan diri untuk mengikuti pertemuan ini di Taiwan. Setelah mantap saya langsung mengurus beberapa dokumen untuk keperluan Visa ke Taiwan. Awalnya saya akan mengurus langsung ke kantor TETO ( Taipei Ekonomi and Trade Office ),  namun karena keterbatasan waktu akhirnya saya memutuskan untuk mengurusnya melalui travel agent yang sudah berpengalaman. Puji Tuhan semua urusan lancar dan akhirnya pada tanggal 2 Maret 2024 saya terbang ke Taiwan dengan pesawat China Airlines. Sesampai di sana, panitia telah menyediakan jemputan dan saya langsung diantar ke penginapan yang terletak satu kompleks dengan Universitas Fu Jen, tempat berlangsungnya pertemuan tersebut. 

Keesokan harinya, pertemuan pun dimulai. Ternyata acara diadakan di Gedung Kampus Belarminus yang letaknya tidak jauh dari saya menginap dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Pertemuan JCAP M&R network pada tahun ini dihadiri oleh anggota jaringan dari beberapa negara Asia-Pasifik, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Jepang, Taiwan, Korea, Myanmar dan Australia. Sambutan pertama diberikan oleh Pater Stephen Tong, SJ (Pater Provinsial Jesuit Taiwan), yang mengucapkan selamat datang kepada semua yang hadir dan berterima kasih bahwa pertama kalinya Provinsi Tiongkok mendapatkan kesempatan yang luar biasa ini. Beliau juga mengatakan bahwa jaringan itu sangat penting dan sudah saatnya bahwa kita harus dapat berbagi informasi, sumber dan materi dan saling melengkapi satu sama lain terutama dalam pelayanan kita saat ini. Sambutan juga diberikan oleh Ketua JCAP, Primitivo Viray Jr, SJ, yang mengajak para peserta untuk bersyukur atas persahabatan dan kolaborasi, seraya memohon bimbingan Roh Kudus atas pelayanan yang telah dipercayakan kepada kita masing-masing. 


Selanjutnya kami mendengarkan sambutan dari Prof Lie Hsiang Lan – Associate Professor di Departemen Pekerjaan Sosial, Universitas Katolik Fujen. Beliau mengungkapkan tentang situasi negara Taiwan saat ini dengan banyaknya pekerja migran yang datang dari berbagai negara antara lain dari Vietnam, Philipina dan terbanyak adalah negara Indonesia. Permasalahan sosial yang terjadi negara ini selain migran, juga masalah keluarga seperti perceraian, lansia, dan budaya, karena orang asing yang datang ke taiwan ini juga berasal dari pernikahan dengan penduduk asli, sehingga rentan menimbulkan konflik. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Taiwan telah menyediakan beberapa layanan yang disediakan untuk membantu para imigran ini untuk mengatasi masalahnya, seperti menyediakan shelter, balai pelatihan kerja, ruang konsultasi, pendidikan, dll.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan presentasi tentang pelayanan yang dibuat di negara kami masing-masing. Pada umumnya tiap negara mempunyai persoalan yang hampir sama yaitu bertentangan dengan peraturan negara masing-masing dalam pendampingan penggungsi dan para migran bermasalah. Seperti di Indonesia dalam pelayanan terhadap anak-anak migran yang tidak bersekolah ini menjadi tantangan tersendiri.Di Indonesia tidak bisa leluasa memberikan pelayanan Pendidikan bagi anak-anak migran dengan adanya peraturan dari pemerintah. Di samping itu juga di lapangan sangat sulit mencari tenaga pengajar yang kompeten. Ini yang disharingkan oleh Romo Dam SJ yang langsung mendampingi para pengungsi.Sedangkan saya sendiri sharing tentang pelayanan pendampingan migran bermasalah serta pelayanan kargo di wilayah Nusa Tenggara Timur.


Teratai yang indah

Pada hari yang kedua kami diajak untuk refleksi dan kontemplasi dengan situasi dan persoalan negara yang telah ditemukan kita masing-masing. Bahan dalam refleksi yang terkesan bagi saya 1 Korintus 12:12-26 “ Jika satu bagian menderita, semua bagian ikut menderita; jika satu bagian dihormati, semua bagian turut merasakan kegembiraannya “. Dalam permenungan saya menemukan lambang bunga Teratai yang hidup di tengah kolam, namun dia tidak bisa hidup sendirian. Tanaman bunga Teratai dalam pertumbuhannya  memerlukan air, lumpur, ikan dan udara sehingga akan menghasilkan bunga yang cantik untuk menghias kolam  tersebut. Demikian juga dalam pelayanan kita terutama dalam pendampingan korban trafficking maupun migran bermasalah kita juga membutuhkan orang lain dan berani membuka diri untuk dapat bekerjasama baik dengan pemerintah maupun Lembaga lain yang mempunyai visi dan misa sama. Namun dalam keindahan itu saya sadar bahwa apa yang saya lakukan tidak untuk diri sendiri namun hanya untuk kemuliaan Allah. Keindahan teratai cantik itu juga bukan untuk cari kemegahannya namun dipersembahkan pada Allah melalui sesama yang mau dan mampu memandang keindahannya.

Setelah sharing kelompok, kami melanjutkan pleno dan sekaligus presentasi tentang rencana tindak lanjut setelah pertemuan ini. Masing-masing sub-tim memaparkan rencana tindak lanjut yang akan dibuat 1 tahun ke depan.

Saya sendiri tergabung dalam sub-tim D yang membahas tentang kerja sama untuk memfasilitasi anggota jaringan agar tumbuh dalam kapasitas pelayanan Migran dan Pengungsi, dengan  saling membantu dalam mengambil tindakan kolaboratif. Selain itu, juga berusaha memotivasi anggota jaringan migran dan pengungsi dalam sharing tentang pelayanan melalui platform online termasuk lewat media social ( FB, WhatsApp, email, grup) dan bekerjasama dengan tim komunikasi JCAP.

Kunjungan Lapangan

Kunjungan yang sangat terkesan bagi saya ketika berkunjung ke pelabuhan, dimana  ABK (Anak Buah Kapal) yang berprofesi sebagai nelayan  90% adalah orang Indonesia. Para nelayan ini didampingi oleh Pak Jessen Lee orang Taiwan yang pernah kuliah di Jakarta sehingga memudahkan untuk berkomunikasi dengan para nelayan. Sesampainya di pelabuhan saya juga langsung  menyapa para nelayan tersebut. Awalnya saya menyapa mereka sekedar basa–basi, namun setelah itu saya tanya asal darimana, sudah berapa tahun bekerja dll. Ternyata sebagian mereka adalah para para nelayan yang berasal dari beberapa kota di pesisir pantai seperti kota Tegal, Pemalang, Cirebon, Tuban, Gresik dan juga Cilacap. Rata-rata mereka sudah lebih dari 10 tahun bekerja di Taiwan, meskipun ada beberapa yang baru sekitar satu tahun. Karena terbatasnya waktu saat kunjungan itu maka sayapun tidak dapat ngobrol terlalu banyak .


Setelah makan siang, kami melanjutkan kunjungan ke komunitas Rorum Novarum, yang letaknya di belakang Gereja Keluarga Kudus yang dipercayakan kepada para Romo Jesuit Taiwan. Dalam komunitas Rorum Novarum ada shelter yang digunakan untuk menampung korban trafficking dan pekerja migran yang bermasalah. Kebetulan waktu itu ada dua orang korban yang berasal dari Indonesia dan Philipina.Umumnya permasalahan yang dihadapi mereka adalah gaji yang tidak dibayar majikan, putus kontrak kerja secara sepihak dan korban kekerasan dari majikan. Dan mereka juga memberikan kesaksian bahwa selama di shelter mereka didampingi dan diberi kesempatan untuk belajar mandiri  dan belajar Bahasa Mandarin, sehingga setelah korban sudah kuat mereka dapat mencari pekerjaan di Taiwan dengan bekal yang telah dimiliki selama pendampingan di shelter, seperti yang dialami oleh salah satu korban dari Indonesia yang sudah mulai lancar berbahasa Mandarin. Lembaga ini sangat banyak membantu teman-teman pekerja migran bermasalah dari berbagai negara.

Saya bersyukur medapat kesempatan untuk mengikuti pertemuan JCAP Jesuit ini. Banyak pelajaran yang saya petik terutama dalam berkolaborasi dalam pendampingan korban maupun program pelayanan yang sangat bagus dari para peserta dari anggota JCAP Migran Refuges Jesuit ini .

Kupang , 22 Maret 2024

Sr. Laurentina, SDP