Monday, December 1, 2025

Belajar dari Kampung Proklim Sunter Jaya: Jejak Komunitas Menghidupkan Ruang Hijau Kota

 

Isu lingkungan di kawasan perkotaan semakin mendesak volume sampah meningkat, ruang hijau menyempit, dan kualitas udara menurun. Namun, di tengah kompleksitas ini, secercah optimisme hadir dari Kampung Berseri RW 01 Sunter Jaya, sebuah wilayah urban yang berhasil mengubah wajah lingkungannya melalui gerakan warga, kreativitas, dan kepemimpinan lokal.


Pada Sabtu, 29 November 2025, Sahabat Insan bekerjasama dengan PEPULIH menyelenggarakan kegiatan Ecotrip dengan peserta sebagai berikut yaitu Bapak Thomas Suliantoro, Ibu Murni Hartanti, Sdri Olin dan Sdri Ayu dari Mutiara Kasih, Ibu Sri Mulyani dan Dr. Selo Alwi, Prof. Paulus Wirutomo, Ibu Chatarina, Ibu Diana Wahyuni, Ibu Arlen Embona, Pak Felix, Pak Theo dan Ibu Maria. mengikuti kegiatan Ecotrip yang diselenggarakan Pepulih, sebuah komunitas pemerhati peduli lingkungan hidup. Program ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk belajar langsung dari praktik nyata warga dalam mengelola ruang hidup secara mandiri dan berkelanjutan.

Kegiatan dimulai pukul 10.00 WIB dengan kunjungan ke empat bank sampah binaan Bapak R.B. Sutarno, penggerak lingkungan yang telah 20 tahun tanpa kenal lelah menggerakkan masyarakat di kampung sekitar rumahnya menjadi asri dan sehat. Para peserta berkeliling mengunjungi:

  1. Bank Sampah Inspirasi RT 16 (Kampung Pandan)
  2. Bank Sampah Berseri RT 13
  3. Bank Sampah Berkah RT 11 (Kampung Vanili)
  4. Bank Sampah Kampung Cincau RT 07

Keempat titik ini menunjukkan bagaimana sampah tidak hanya dikelola, tetapi juga diolah menjadi sumber ekonomi, ruang belajar dan pemicu perubahan perilaku warga.

Puncak kegiatan berlangsung di rumah Bapak Sutarno yang sekaligus menjadi demosite dan workshop, sosok inspiratif di balik hijaunya kampung ini. Pak Sutarno bukan nama baru dalam bidang lingkungan hidup. Beliau adalah penerima penghargaan Kampung Proklim (Program Kampung Iklim) 2025.


Penghargaan ini bukan sekadar piala, melainkan pengakuan negara atas dedikasi Pak Sutarno dalam membangun ketahanan iklim berbasis komunitas. Beliau sukses mengintegrasikan pengelolaan sampah, penghijauan lorong, hingga ketahanan pangan, menjadikan kampungnya model adaptasi perubahan iklim nasional.

Dalam sesi ramah tamah pukul 11.00 WIB, Pak Sutarno berbagi filosofinya: "Lingkungan bersih bukan soal teknologi canggih, tapi soal mengubah mindset dan membangun kebiasaan kolektif." Suasana semakin hangat saat jam makan siang tiba. Peserta diajak naik ke balkon dan atap rumah Pak Sutarno. Di sana, hamparan kebun rooftop yang asri menyambut. Peserta belajar bahwa keterbatasan lahan bukanlah alasan untuk tidak menanam.


Kegiatan ditutup dengan kunjungan ke Lovely Garden, taman komunitas yang dikelola bersama warga dan berada di sisi Gereja St. Yohanes Don Bosco. Dengan pendampingan Bapak Sutarno, taman ini menjadi ruang hijau publik yang memperkuat koneksi sosial antarwarga.

Kunjungan belajar ini bukan hanya membuka wawasan, tetapi juga meneguhkan keyakinan bahwa perubahan lingkungan bisa dimulai dari langkah kecil. Ketika warga bergerak, kota pun ikut bernapas lebih lega.

 





Penulis: Saraswati
Dokumentasi: Pak Felix dan Pak Theo.