Banyuwangi, 16 Desember 2025 — Rangkaian peringatan Hari Pekerja Migran Internasional 2025 memasuki hari kedua dengan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tematik Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Forum ini menegaskan pentingnya partisipasi bermakna pekerja migran dalam proses perencanaan pembangunan, sekaligus memperkuat sinergi kebijakan lintas sektor dan lintas negara.
Diselenggarakan oleh
Migrant CARE bersama Program INKLUSI Kemitraan Australia–Indonesia, Musrenbang
Tematik menjadi ruang formal untuk menyampaikan hasil musrenbang dari tujuh
wilayah kantong migran. Agenda utama meliputi pembukaan resmi Musrenbang
Tematik, pemaparan rekomendasi daerah, serta sesi Mendengar Suara Pekerja
Migran Indonesia yang menghadirkan pengalaman langsung pekerja migran lintas
sektor.
Dari sisi pemerintah,
Direktur Ketenagakerjaan Bappenas menekankan komitmen negara dalam memperkuat
perlindungan pekerja migran melalui migrasi aman dan prosedural. Transformasi
kelembagaan dari badan menjadi kementerian khusus perlindungan pekerja migran
dinilai sebagai langkah penting untuk memperkuat kebijakan, tata kelola
penempatan, peningkatan kompetensi, serta perlindungan sejak pra-keberangkatan
hingga purna migrasi.
Sesi penyampaian hasil
Musrenbang tujuh wilayah mengungkap beragam isu krusial, antara lain masih
terbatasnya akses pendidikan dan pelatihan, lemahnya informasi migrasi aman,
risiko menjadi pekerja undocumented, hingga kekerasan dan eksploitasi di sektor
domestik, perkebunan, dan maritim. Isu awak kapal perikanan menjadi sorotan
khusus, termasuk praktik kerja berbahaya, pemotongan hak, hingga minimnya akses
pengaduan dan pemulihan.
Forum ini juga memberi
ruang luas bagi suara pekerja migran dan penyintas. Pengalaman pekerja rumah
tangga di Hong Kong, awak kapal perikanan, pekerja perkebunan di Asia Pasifik,
hingga pekerja migran di Singapura menggarisbawahi kerentanan berlapis yang
mereka alami, sekaligus pentingnya kebijakan afirmatif yang berpihak pada
korban. Sesi ini menegaskan bahwa kebijakan yang efektif hanya dapat lahir jika
pengalaman langsung pekerja migran diakui dan dijadikan dasar perumusan
program.
Menutup rangkaian hari
kedua, para pemangku kepentingan sepakat bahwa Musrenbang Tematik bukan sekadar
forum seremonial, melainkan instrumen advokasi untuk mendorong kebijakan yang
nyata, substantif, dan berpengaruh. Hasil Musrenbang Tematik Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia diharapkan menjadi acuan bersama dalam memperkuat
perlindungan, memperluas migrasi aman, serta mewujudkan pembangunan yang
inklusif dan berkeadilan.
Penulis:
Maria Fransiska Saraswati
Sumber Informasi: https://www.youtube.com/@migrantcareTV