Ibu Supiati adalah salah satu dari 400 warga korban lumpur Lapindo yang datang ke Jakarta untuk menuntut ganti rugi kepada pemerintah. Dia ke Jakarta bersama suaminya, dan selama di Jakarta menginap di kantor KontraS. Namun dalam perjuangannya, kesehatan Ibu Supiati menurun karena penyakit paru-parunya yang sudah kronis kambuh. Karena penyakit tersebut, selama empat hari Ibu Supiati tidak bisa makan dan minum sehingga fisiknya semakin melemah. Sementara Sang Suami harus terus memperjuangkan hak mereka, sehingga Ibu Supiati sering ditinggal sendirian.
Karena kondisinya semakin hari semakin menurun, maka pendamping warga korban lumpur Lapindo, Sdr Paring Waluyo Utomo mengajukan permohonan perawatan kesehatan bagi Ibu Supiati ke PKR KWI. Setelah dipelajari, PKR KWI menyetujui permohonan tersebut. Pada Kamis tanggal 19 Maret 2009 Ibu Supiati dibawa ke Unit Gawat Darurat RS Sint Carolus, didampingi oleh Sdr. Paring dan juga staf PKR KWI, Sdr. Billy. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Ibu Supiati harus menjalani rawat inap. Suami Ibu Supiati yang berada di lokasi aksi demonstrasi warga Lapindo di depan Istana Negara langsung dihubungi dan akhirnya beliau datang ke RS untuk menemani perawatan istrinya.
Di RS Carolus, Ibu Supiati di rawat diruang Fransiskus Kelas 3. Selama lima hari, beliau mendapatkan perawatan intensif. Karena kondisinya semakin membaik, maka pada hari Selasa tanggal 2 Maret 2009 beliau mendapatkan izin untuk rawat jalan. Berhubung Ibu Supiati ingin kembali ke desanya di Tanggulangin, Sidoarjo, maka beliau mendapatkan surat rujukan untuk berobat ke RS di Sidoardjo. Sepulang dari rawat inap, Ibu Supiati memulihkan kondisinya terlebih dahulu di kantor YLBHI, sampai akhirnya beliau merasa kuat dan mampu kembali ke Sidoarjo. Biaya perawatan Ibu Supiati selama di RS Carolus adalah sebesar Rp. 3.800.000 (tiga juta delapan ratus ribu rupiah).