Wednesday, December 8, 2010

Kunjungan ke Yogyakarta

Pada tanggal 29 November s/d 2 Desember 2010, Sr. Yani FMM - salah satu Suster yang pernah bergabung di Crisis Center KWI dan sekarang berkarya di Roma, Italia - mengunjungi korban Merapi di Yogyakarta. Sr. Yani mengunjungi kota yang baru saja terkena bencana tersebut bersama Tanti, salah satu relawan Sahabat Insan. 

Di Yogyakarta, Sr Yani bergabung dengan Sr. Eugenia, PBHK yang sejak awal terjadinya letusan Merapi telah terlibat aktif memberikan pertolongan kepada para korban. Rencana awal, tim Sahabat Insan akan bergabung dengan Karinakas untuk membantu mendistribusikan bantuan. Namun, ternyata jadwal distribusi Karinakas telah selesai, dan mereka sedang menyusun laporan dan rekap. Oleh sebab itu, Sr. Eugenia mencari komunitas lain yang masih melakukan distribusi.

Pada hari pertama, Sahabat Insan bergabung dengan tim MSC yang akan memberikan bantuan ke dusun Babadan, desa Seketi, Kecamatan Sawangan Magelang. Tim ini terdiri Br. Maxi, MSC, Br. Petter, MSC, Sr. Ludovika, PBHK serta Bapak Adji yang membantu menyediakan transportasi. Di dusun ini terdapat 85 KK. Mereka tidak mengungsi, namun hasil perkebunannya rusak akibat abu Merapi, sehingga mereka kehilangan potensi penghasilan. Di Posko Babadan ini, dibagikan beberapa paket Sembako.

Selanjutnya, Sahabat Insan mengikuti tim MSC melihat sumur warga yang tertimbun abu Merapi di dusun Jarakan desa Gondo Wangi Kecamatan Sawangan, Magelang. Disana kami sekaligus mengunjungi orang tua dari Rm Eka, Pr yang pernah menjadi Pastor Paroki di Aceh saat Sahabat Insan mengadakan program beasiswa untuk anak sekolah. Tim juga sempat melihat lahar dingin yang melintas di sekitar tempat tersebut, tepatnya di dusun Gunung Lemah desa Gondo Wangi kec. Sawangan kab. Magelang. Setelah itu, rombongan menuju desa Butuh dusun Jambon kecamatan Sawangan, Magelang untuk survey bantuan yang akan diberikan oleh PBHK.

Pada hari kedua, Sr. Yani dan Tanti berkunjung ke Stadion Maguwohardjo Yogyakarta untuk melihat keadaan disana. Di stadion tersebut masih terdapat sekitar 500 pengungsi. Sebagian besar dari mereka adalah penduduk yang tinggal sekitar 5 s/d 10 km dari Merapi. Selain pengungsi yang terdiri atas kakek-nenek sampai anak-anak, terlihat tumpukan pakaian bekas yang tidak terpakai, personel yang memasak di dapur umum, barang-barang bantuan, dan jemuran baju para pengungsi. Seorang nenek yang mengungsi sejak sebulan yang lalu mengatakan bahwa baju yang melekat di badannya adalah satu-satunya barang yang dia bawa ketika menyelamatkan diri. Ketika ditanya mengapa tidak mengambil dari pakaian bekas, Nenek tersebut mengatakan bahwa dia sudah terbiasa memakai jarit dan kebaya, sehingga tidak nyaman jika harus memakai kaos atau rok.

Sore harinya, Sahabat Insan membantu mengepak bantuan sembako di Susteran PBHK yang terletak di Deresan. Bantuan sebanyak 60 paket tersebut akan diberikan kepada warga Jambon. Paket sembako terdiri atas beras, gula, teh, dan makanan ringan.

Keesokan harinya, Kamis tanggal 1 Desember 2010, Sahabat Insan bergabung dengan Susteran PBHK beserta seorang Bruder MSC membawa bantuan tersebut dengan satu mobil bak terbuka serta satu mobil Kijang. Pada saat sampai di lokasi, para penerima bantuan sudah menunggu. Setelah sedikit prakata dari Sr. Ludovika, PBHK, bantuan sembako langsung diberikan kepada masing-masing KK / wakilnya.

Setelah selesai memberikan bantuan, tim kemudian berkunjung ke Gereja St. Maria Lourdes dan Susteran Abdi Kristus (AK) yang terletak di desa Sumber kec. Dukun kab. Magelang. Lokasi ini terletak 9 km dari gunung Merapi. Disini kami diterima dengan baik oleh tiga orang Suster yang sedang membersihkan sisa-sisa abu yang masih tampak di tempat tersebut. Secara kebetulan, kami bertemu dengan Ambulan yang disumbangkan oleh umat melalui KWI pada saat terjadi gempa Jogja tahun 2006 yang lalu. Ambulan tersebut dipinjamkan oleh Karinakas untuk transportasi Paroki Sumber.



Dari tempat tersebut, Sahabat Insan beserta rombongan sempat mengunjungi Kali Belan desa Suradadi kecamatan Mungkid, Magelang. Di tempat ini hamparan sawah penduduk berubah menjadi lautan batu saat hujan deras mengguyur puncak Merapi. Kunjungan kemudian dilanjutkan di desa Ringin Putih kecamatan Turi kabupaten Sleman, yang beberapa penduduknya mengungsi di Susteran PBHK saat gunung Merapi meletus.