Friday, October 12, 2012

Harapan itu Masih Ada



Apa yang dapat membuat seseorang bertahan untuk merajut kehidupannya setiap hari? Kita percaya, jawabannya adalah dengan iman, harapan, dan kasih yang penuh. Mengimani bahwa setiap hari adalah anugerah dari-Nya. Kasih yang tak henti dari Sang Pencipta dan sesama. Harapan bahwa akan tiba hari depan yang lebih baik.

Harapan itu masih ada pada mereka. Mata mereka yang bersinar menyiratkan semangat hidup penuh harapan menyongsong kehidupan. Jumat (12/10) kami berjumpa dengan Ibu Ani, Hasnah, dan Ibu Suyati di Rumah Singgah Sahabat Insan. Keadaan mereka sudah jauh membaik daripada dua minggu lalu saat kami ke sana. Ibu Ani, mantan TKW asal Jawa Tengah yang pernah bekerja di Taiwan, tersenyum ketika melihat kami datang. Raut mukanya menampakkan keceriaan. Sekarang, dia sudah bisa duduk di lantai tanpa perlu merasa nyeri. Pasalnya, sudah dua kali dia mengikuti terapi di Rumah Singgah Sahabat Insan setiap hari Senin. Sekali lagi terapi, Ibu Ani akan sehat seperti sedia kala.

Wajah ceria dan penuh harapan juga tersirat dari suami Ibu Ani. Kira-kira sudah satu minggu dia bekerja di Kuningan, merenovasi sebuah kantin. Dia mengaku sangat bersyukur karena sudah mendapat pekerjaan berkat Mbak Lilik, sukarelawan dari Peduli Buruh Migran. Hari-hari yang tadinya hanya di rumah singgah, tidak memiliki pekerjaan, kini berubah. Dia sudah mulai bekerja dan hal itu membuatnya hidup. Tidak lama lagi setelah Ibu Ani menjalani terapi sekali lagi mereka dapat kembali ke kampung untuk berkumpul dengan keluarga. Hal itulah yang dinantikan mereka.

Ibu Suyati sudah hampir satu bulan berada di rumah singgah. Sebelumnya, dia dirawat berbulan-bulan di RSJ Grogol. Dia mengalami depresi berat karena perlakuan majikannya saat dia bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Arab. Sekarang keadaan sudah lebih baik. Jika dua minggu lalu Ibu Suyati tidak mau berjumpa dengan kami, tadi ketika kami datang, dia menyambut kami dengan senyumnya dan bersalaman dengan kami. Mereka para TKW, membutuhkan perhatian kita. Bukan hanya soal advokasi, dan materi, tetapi juga telinga-telinga kita untuk mendengar keluh kesah mereka. Begitu kurang lebih yang disampaikan Mbak Lilik.

Seorang TKW korban trafficking yang berhasil diselamatkan berada di rumah Mbak Lilik membantunya memasak, menyiapkan makan siang. Dia adalah salah satu TKW yang beruntung karena berhasil diselamatkan sebelum dikirim oleh agen ke Qatar. Padahal jelas-jelas Qatar adalah tempat terlarang untuk mengirimkan tenaga kerja karena daerah perang. Namun, masih saja ada agen-agen yang nakal yang mengeruk keuntungan dari kesulitan mereka, para buruh migran. Bersyukur karena kasusnya telah ditangani oleh Polisi dan agen atau trafficker-nya pun sudah ditangkap.

Begitu pun dengan Hasnah. Semangat hidup perempuan ini masih sangat besar. Hal itu tercermin ketika kami mengobrol dengannya. Tidak ada perasaan minder, karena wajah atau tubuhnya, yang dia perlihatkan dihadapan kami. Beberapa kali Hasnah menggaruk tangannya, jari-jarinya, yang terasa gatal pada luka bakar yang sudah mengering. Dia duduk di lantai dan terus merasa panas, sehingga perlu dekat dengan kipas angin. Sementara itu, dia bercerita bahwa janinnya sudah lebih sehat dan berat badannya pun sudah naik. Rencananya, tanggal 16 Oktober dia akan periksa lagi ke dokter untuk yang terakhir kali. Kemudian, pada 23 Oktober Hasnah akan operasi sesar. Menurut dokter, anaknya perempuan. Semoga proses kelahirannya dapat berjalan lancar serta anaknya lahir ke dunia dengan selamat.

Berbagai peristiwa bergulir dengan cepat di negeri ini. Belum selesai satu masalah datang masalah lainnya. Apabila banyak orang akhir-akhir mengalami depresi akibat permasalahan hidup, berpikir untuk mengakhiri hidup, cobalah lihat pada mereka. Mereka para buruh migran yang hendak mengubah hidup dengan bermigrasi dan bekerja di negeri orang. Namun, pulang dengan membawa sejuta persoalan. Akan tetapi, mereka tidak menyerah dan hanyut pada persoalan mereka. Mereka menatap hari depan masih dengan penuh harap: harapan akan keadilan, harapan untuk berkumpul dengan keluarga, dengan orang-orang yang mereka cintai, harapan untuk hari esok yang lebih baik.