Monday, October 21, 2013

Nur Eks-TKI Berharap Cahaya

Tim Sahabat Insan kembali mengunjungi pasien-pasien eks-TKI di sebuah rumah sakit di Jakarta pada Jumat, 18 Oktober yang lalu. Sesampainya kami di rumah sakit, seperti biasa kami mengunjungi pasien-pasien eks-TKI di ruang jiwa. Keadaan mereka semakin membaik. Itu terlihat dari raut wajah mereka yang menunjukkan senyuman. Beberapa dari mereka yang dulunya diam saja, kini juga lebih terbuka dan mau banyak bercerita.


Hand by Gilead http://www.deviantart.com/art/hand-17645656

Salah satunya Maya, eks-TKI asal Sumba, NTT, ini yang masih begitu muda. Dokumennya dipalsukan oleh agensi yang merekrutnya. Dia bekerja ketika usianya masih 19 tahun. Berbeda dari minggu-minggu sebelumnya, baru kali ini Maya mau diajak untuk bercerita. Terdesak akan kebutuhan ekonomi, maka dia bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Malaysia. Hampir 2 tahun Maya bekerja. Walaupun gajinya tidak besar, dia masih dapat mengirim uang untuk keluarga di kampung halaman. Dia mengaku tidak betah bekerja di sana karena majikan yang sering marah-marah. Ketika ditanya masih adakah keinginan bekerja di luar negeri, Maya menjawab tidak. Kegembiraan Maya, ia ungkapkan pada kami karena rencananya, keesokan harinya (Sabtu, 18 Oktober) dia serta beberapa kawannya di sana akan diantar pulang oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Setelah dari ruang jiwa, kami berkunjung ke ruang lain di mana tempat eks-TKI yang mendapat luka fisik dirawat. Di sana, kami menjenguk Nur. Dengan kondisi yang menyedihkan kami berusaha sedikit memberi penghiburan dengan mendengarkan keluh-kesahnya.

Berangkat ketika usianya masih 16 tahun dan belum pernah pulang sama sekali. Waktu berangkat ia dibawa oleh seorang sponsor tetangga desa yang kemudian membawanya ke salah satu Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) di Jakarta. Di penampungan, sekitar dua bulan, dia langsung diberangkatkan ke Quait, setibanya di Quait, Nur dijemput oleh agensi setempat dan dibawa ke rumah majikan. Ia bekerja mulai pukul 6 pagi sampai keesokan harinya, pukul 3 pagi. Semua pekerjaan di rumah majikan, Nur yang mengerjakan. Mulai dari mencuci baju, membersihkan rumah, menyetrika, merawat anak majikan.

Sekitar bulan Maret  ketika Nur sedang menyetrika baju di lantai 3, ia dipanggil majikan perempuan untuk membantu memasak,  ketika Nur sampai di dapur, majikan menyuruh Nur meneruskan memasak dan majikan ke luar rumah untuk belanja. Pintu dapur dikunci majikan dari luar. Setengah jam memasak, tiba-tiba Nur mendengar seperti bom meledak, kemudian tubuhnya panas. Ternyata, sekujur tubuh Nur sudah terbakar. Anak majikannya yang mendengar suara berdentum, lalu membuka pintu dapur dan mendapati kondisi Nur sudah hangus. Nur dibawa ke rumah sakit di Quait, ia mendapatkan perawatan seadanya bahkan terkesan diabaikan karena majikannya tidak mau membiayainya.

Dua bulan lebih Nur dalam perawatan seadanya di rumah sakit Quait. Dia pun meminta dipulangkan ke Indonesia. Dalam kondisi masih luka, Nur dipulangkan ke Indonesia seorang diri. Sampai di terminal TKI, ia langsung dibawa ke sebuah rumah sakit di Jakarta. Nur harus menjalani bedah karena tanganya lengket, tangan kanannya bengkok, dan juga untuk menambal beberapa luka yang masih terbuka. Nur hanya bisa pasrah dengan nasibnya, sambil meneteskan air mata ia hanya berharap bisa pulih lagi. Nur sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit dan juga mendapatkan bantuan dari Sahabat Insan sebesar Rp. 1.500.000,- untuk pembelian obat untuk penunjang operasi sampai bulan September awal saat Nur dirawat. Namun, tanpa sepengetahuan dari kami, tiba-tiba Nur pulang ke Kerawang dan luka di tangan serta kakinya membusuk. Maka, pada 6 Oktober, Nur ditemani adiknya, menahan sakit berangkat ke Jakarta untuk berobat. Karena lukanya sangat parah akhirnya dirawat kembali.

Saat ini, Nur berharap adanya cahaya bagi kesembuhannya. Dia membutuhkan uluran tangan untuk operasi lanjutan. BNP2TKI telah sanggup untuk membiayai kamar rawat dan operasinya, sedangkan untuk pembelian alat-alat serta obat-obatan itulah yang memerlukan dana bantuan. Kini, Nur tergeletak tak berdaya menunggu uluran tangan dermawan agar segera dapat melakukan operasi, sampai dia bisa pulih kembali.