Tuesday, September 23, 2014

Bantuan Pengobatan Untuk Ani

Saat ini, Sahabat Insan sedang membantu pengobatan untuk Ani (bukan nama sebenarnya), seorang mantan pekerja migran asal Sukabumi yang menjadi korban pemerkosaan dan tindak kekerasan dari majikan.

Ani memulai perjalanannya sebagai pekerja migran pada tahun 2009. Ia direkrut melalui sebuah PPTKIS di Jakarta (yang sekarang sudah ditutup). Ia kemudian dipekerjakan di Arab Saudi pada tahun yang sama. Sejak mulai bekerja, ia hanya menerima gaji selama 10 bulan. Penghasilan yang ia terima pun seluruhnya dikirimkan ke Sukabumi untuk menghidupi anak semata wayangnya yang dititipkan kepada orang tuanya. Ia sudah bercerai dengan suaminya sejak tahun 2008.

Suatu hari saat sedang bekerja, anak majikannya memperkosanya sehingga ia mengalami trauma dan ketakutan. Hampir saja ia membunuh pria tersebut, namun niat tersebut dibatalkannya karena tahu konsekuensi yang harus ditanggung. Jika hal itu dilakukan, dia tidak bisa pulang lagi ke Indonesia. Hari-hari selanjutnya, Ani masih sering dipaksa untuk melayani anak majikannya dan peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Karena tidak tahan, akhirnya pada tahun 2011 saat majikannya sedang keluar rumah, Ani melarikan diri ke sebuah supermarket dan ditolong oleh temannya sesama pekerja migran. Oleh temannya, ia dicarikan majikan baru.

Di majikan barunya, nasib Ani ternyata belum berubah. Di saat-saat awal, majikannya masih ramah dan memperlakukannya dengan baik. Namun lama-lama, majikannya berubah menjadi galak dan tidak memberinya makan, bahkan hanya boleh menyantap sisa makanan majikan. Gajinya masih diberikan walaupun dalam jumlah kecil. 

Karena pekerjaannya yang berat namun tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup, tenaga Ani semakin hari semakin berkurang dan akhirnya tidak mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik. Melihat kenyataan itu, majikannya pun semakin sering marah dan memukul serta menampar mukanya hampir setiap hari. Akhirnya pada awal tahun 2013 Ani tidak dapat lagi bangun karena sekujur tubuhnya nyeri. Ia dibawa ke rumah sakit King Abdul Azis dan dirawat selama satu bulan. 

Setelah agak sembuh Ani dibawa pulang majikannya. Pasca dirawat, Ani masih saja diminta mengerjakan tugas-tugas berat tanpa diberi istirahat yang cukup dan tidak mendapatkan makan minum yang layak. Semakin hari badannya semakin kurus dan tinggal kulit yang membalut tulang saja. Karena dianggap tidak bisa lagi bekerja, majikannya memulangkannya tanpa memberikan gaji dengan alasan sudah habis terpakai untuk membayar biaya rumah sakit dan tiket pesawat untuk pulang ke Indonesia.

Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, ia langsung dibawa ke rumah sakit rujukan pemerintah. Hampir tiga bulan ia dirawat di situ dan setelah diijinkan pulang oleh dokter, pada tanggal 16 September 2014 ia diantar pulang ke kampung halamannya, Sukabumi. Di sana kenyataan pahit harus kembali diterimanya. Ayah ibunya telah meninggal dunia dan anaknya tidak diketahui keberadaannya. Yang tinggal di rumah tersebut hanyalah pamannya, yang menolak kehadirannya karena pulang dalam kondisi sakit dan tidak punya uang. Karena terkatung-katung tidak memiliki tempat tinggal, akhirnya ia ditampung di sebuah rumah singgah di daerah Pisangan untuk memulihkan kembali kondisinya dan dapat  melanjutkan hidupnya dengan lebih baik.