Refleksi Winni Rulianti selama menjadi relawan Sahabat Insan.
-----------------------------------------
Boleh dibilang, ini adalah salah
satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya. Bagaimana tidak, saya
diizinkan untuk terlibat di bidang kemanusiaan, khususnya perdagangan manusia,
dengan menjadi relawati di Perkumpulan Sahabat Insan.
Saat menuliskan pengalaman ini,
memori membawa saya ke 6 bulan yang lalu, dimana saya sangat gelisah dan
khawatir akan masa depan saya. Pada saat itu, posisi saya menganggur. Tidak ada
pekerjaan, tidak ada penghasilan. Tidak terhitung banyaknya surat lamaran yang
sudah saya kirimkan ke berbagai perusahaan. Usaha yang coba saya jalani bersama
teman juga tidak berjalan lancar. Saat itu, saya benar-benar buntu dan putus
asa. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk bertahan hidup. Rasanya
sulit dan berat untuk melewati hari-hari.
Sampai saya teringat akan salah satu
teman komunitas saya yang bernama Marsia. Saya pernah mendengar bahwa ia pernah
menjadi relawati di suatu perkumpulan. Hanya saja, saya tidak mengetahui
namanya. Segera saya menghubungi Marsia untuk mengetahui rincian dari
perkumpulan tersebut. Disitu Marsia banyak bercerita mengenai apa yang
dilakukannya sembari melamar pekerjaan. Di akhir pembicaraan, Marsia memberikan
no. WA Rm. Ismartono, SJ kepada saya. Marsia berpesan untuk menghubungi romo
jika saya berminat untuk menjadi relawan di perkumpulan tersebut.
Butuh waktu berhari-hari untuk
meyakinkan diri saya bahwa saya mau menjadi relawati di perkumpulan tersebut.
Gayung pun bersambut. Rm. Is, begitu panggilan akrabnya, bersedia membuka
pintunya untuk saya. Saya boleh bekerja disana sampai kapanpun, sampai saya
mendapatkan pekerjaan. Saya sangat senang pada saat itu, walaupun perasaan
gelisah masih menyelinap dalam hati.
Selama bekerja di Sahabat Insan
(SI), saya diterima dengan sangat baik. Saya dipertemukan dengan banyak orang
baik, seperti Mba Tanti dan Pak Felix, yang setiap harinya membagi kisah dan
kadang cerita lucu untuk menghangatkan hari. Mereka sungguh mengisi hari-hari
saya menjadi lebih ceria. Hal-hal yang saya lakukan di SI adalah membantu Rm.
Is untuk mengumpulkan artikel terkait buruh migran selama 2019. Saya juga
diminta bantuannya untuk membuat database
jenazah buruh migran selama 2019. Tautan artikel-artikelnya dapat dilihat
pada link berikut: http://bit.ly/jenazahmigran2019 dan http://perkumpulansahabatinsan.blogspot.com/2020/03/kumpulan-berita-hukuman-mati.html
Selain itu, Rm. Is berbaik hati
untuk melibatkan saya dalam pertemuan-pertemuan dengan berbagai macam kelompok,
sehingga saya mengetahui seluk-beluk dan apa yang mereka perjuangkan untuk
buruh migran Indonesia. Dari situlah, saya mengenal lebih banyak lagi orang
baik yang ikut berjuang untuk mengentaskan perdagangan manusia, seperti Sr.
Irena, Sr. Sari, Bpk. Gabby, dan masih banyak yang lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
Sebelum menjadi relawati SI, saya
mengira bahwa isu perdagangan manusia ini sangat jauh dari pandangan saya. Saya
mengetahuinya, sekedar mendengar, tapi hanya lewat saja. Setelah menjadi
relawati SI, saya menjadi lebih peduli, terutama karena saya membaca dan
mendengar kisah-kisah langsung dari para pejuang anti TPPO. Bahwasannya setiap
manusia berharga di mata Tuhan, manusia bukan objek. Manusia tidak boleh
diperdagangkan, karena mereka memiliki hak penuh atas tubuh dan perasaannya.
Manusia tidak bisa dibeli. Banyaknya buruh migran yang datang dalam bentuk peti
mati sungguh menyakitkan hati bagi kita yang masih memiliki hati nurani. Oleh
karena itulah, para pejuang anti TPPO berjejaring untuk bersama-sama
menuntaskan masalah ini.
nobar di festivlal film migrasi IOM |
Dengan menjadi relawati SI, saya
merasa mendapatkan perspektif baru tentang isu kemanusiaan, khususnya
perdagangan manusia. Harus ada peraturan yang jelas dari pemerintah dan
memonitor pelaksanaan di lapangannya. Pemerintah harus berani membuka dan
memberikan sanksi yang sepadan untuk para penjual manusia. Karena pemerintah
tidak bisa bergerak sendiri, maka jaringan anti TPPO ini bersatu untuk membantu
kerja pemerintah. Jaringan anti TPPO terus bergerak dan berjuang dengan
kapasitas yang mereka miliki masing-masing untuk bersama-sama menuntaskan isu
perdagangan manusia di Indonesia.
Tidak heran jika Paus Fransiskus
menaruh perhatian yang besar kepada buruh migran. Tidak hanya sekali, Paus
mengajak kita berdoa bersama untuk para buruh migran di seluruh dunia. Mereka
yang awalnya menjadi migran karena ingin mendapatkan kehidupan yang lebih
layak, malah dimanfaatkan untuk dijual, disiksa, dieksploitasi, bahkan sampai
mati karena terlalu lelah bekerja. Bahkan Paus Fransiskus pernah membuka
ruangan di Vatikan untuk menjadi tempat penampungan sementara bagi para buruh
migran ini. Kepedulian Paus terhadap mereka yang terpinggirkan menjadi
pengingat bagi para pejuang anti TPPO bahwa perjuangan kita tidak sia-sia.
Di luar pengalaman-pengalaman luar
biasa itu, hal yang akan sangat saya rindukan adalah momen makan siang bersama
Rm. Is. Sederhana memang, tapi dalam rasanya untuk saya. Setiap pukul 12, kami
membawa bekal untuk makan bersama di ruangan SI. Kadang saya membeli makanan di
kantin bawah, lalu makan bersama di ruangan tersebut. Dalam sesi makan siang
tersebut, kami bisa bercerita mengenai topik apa saja, mendiskusikan berbagai
hal, mulai dari hal penting sampai hal-hal ringan sekalipun, dan berbagi
pengalaman hidup dari sudut pandang kami masing-masing. Pengalaman yang sangat
berharga dan tidak akan saya lupakan seumur hidup. Sungguh, 6 bulan yang sangat
berharga bagi saya.
Saya sangat kagum dengan Rm. Is yang
masih semangat dan tetap setia berkarya sampai saat ini. Saya percaya, Tuhan
memelihara dan menjaga saya lewat penyertaan tangan Rm. Is dan teman-teman di
SI. Tuhan Yesus baik, telah mengirimkan orang-orang baik di saat saya
benar-benar membutuhkannya.
Rasa syukur dan terima kasih yang
sebesar-besarnya saya haturkan kepada kebaikan dan ketulusan hati Rm. Is yang sudah
selalu membukakan pintunya bagi saya, Mba Tanti, Pak Felix, dan semua kawan
yang saya jumpai selama saya menjadi relawati di Sahabat Insan. Terima kasih
telah turut mewarnai jalan hidup saya. Saya doakan semoga semua yang terlibat
di Sahabat Insan, dijaga oleh Tuhan lewat karya-Nya yang luar biasa ini.