Dalam rangka memperingati hari migran dan pengungsi sedunia yang ke-107, Jesuit Conference of Asia Pacific (JCAP) mengadakan konferensi Jesuit Asia Pasifik secara daring pada Senin (27/9/2021) pukul 14.00 - 16.00 WIB.
Konferensi dihadiri oleh 40 peserta internasional yang berasal dari berbagai negara di Asia seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Myanmar, Jepang dan Kamboja. Sahabat Insan sendiri dalam acara ini mengirimkan dua orang wakilnya, yaitu Ibu Astuti Sitanggang dan Arta Elisabeth Purba.
Adapun tema yang diangkat adalah "Towards an Ever Wider We" yang mengajak semua orang untuk bersama-sama memperhatikan sesama yang rentan secara lebih luas.
Konferensi dimoderatori oleh romo Girish, SJ (Delegasi Sosial dari Myanmar).
Acara diawali dengan doa pembuka oleh perwakilan dari Indonesia, Direktur Sahabat Insan, Romo Ignatius Ismartono, SJ yang mengajak semua orang untuk memberikan hati dan perhatian kepada mereka yang rentan dan terpinggirkan melalui aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum acara konferensi dimulai, Presiden Konferensi Jesuit Asia Pasifik, Tony Moreno, SJ mengapresiasi karya kemanusiaan yang digarap secara sungguh oleh masing-masing peserta di masing-masing negara yang akan dibagikan di dalam forum konferensi. Ia menyoroti berbagai penderitaan yang muncul di tengah-tengah pandemi akibat beragam faktor yang buruk seperti ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan sosial yang juga menjadi fokus perhatian para pekerja kemanusiaan. Menurutnya, materi dan pengalaman saling dibagikan di dalam konferensi dengan tujuan menguatkan, menyalurkan dan menyebarluaskan semangat kepedulian terhadap kelompok rentan yang terpinggirkan.
Suster Denise Coghlan, RSM, Direktur Layanan Pengungsi Jesuit Kamboja menaruh perhatian pada pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Louie Bacomo, Direktur Jesuit Refugee Service Asia-Pasifik (JRSAP) membagikan pengalamannya dalam mengurus pengungsi di Thailand khususnya selama masa pandemi. Mereka membantu memfasilitasi pengungsi yang membutuhkan akses di bidang kesehatan dan melayani dengan penuh persahabatan dan rasa kemanusiaan.
Karya yang sama juga dilakukan oleh Romo Ando Isamu SJ dari Arrupe Center yang mengurusi pengungsi di Jepang dengan sepenuh hati.
Joseph Thu Khaung dari Mianmar memberikan perhatian yang sama terhadap pengungsi dan warganya yang terdampak Covid-19. Ia juga mengurus jenazah yang terkena Covid-19.
Sementara, Sr. Catharina, RGS, Koordinator Talita Khum Indonesia membagikan pengalamannya dalam mendampingi korban perdagangan orang di Indonesia.
Setelah forum berbagi pengalaman selesai, peserta konferensi diajak untuk merefleksikan mengenai kelompok rentan yang ada di negara masing-masing. Sebagian besar peserta berfokus pada mereka yang terdampak pandemi Covid-19, pekerja migran dan pengungsi. Sebagai upaya penanganan terhadap kasus yang dialami kelompok rentan, forum sepakat untuk memperbaiki dan membangun kerjasama dalam jejaring kemanusiaan dalam lingkup lokal, nasional dan internasional khususnya dalam lingkup Asia Pasifik.
Oleh karena itu, konferensi ini diharapkan dapat memperluas jejaring kemanusiaan dalam menggalang kepedulian terhadap mereka yang rentan, menderita di masing-masing negara. Konferensi ini juga merupakan wadah untuk mendoakan secara bersama-sama mereka yang sedang menghadapi banyak tantangan. Dengan demikian, kesadaran tentang peluang yang dapat dilakukan untuk menghadapi permasalahan seputar migrasi dapat ditingkatkan pada masing-masing negara yang tergabung dalam konferensi ini.
Sebelum sesi berakhir, forum sepakat untuk menindaklanjuti aksi bersama dalam jejaring kemanusiaan pada pertemuan mendatang yang akan diwadahi oleh Jesuit Conference of Asia Pacific (JCAP). Setelah acara diskusi berakhir, Fr. Jun Nakai, SJ menutup seluruh rangkaian acara dengan doa.