Jakarta, 18 Oktober 2025 — Hari kedua Animator of Animator (AoA) Training Laudato Si’ Generation Batch 1 di Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur, diwarnai dengan semangat reflektif dan pembelajaran mendalam tentang keadilan iklim serta kepemimpinan Kristiani. Sejak pagi, suasana hening Misa membuka hari, diikuti sesi ice breaking yang mencairkan suasana dan menumbuhkan semangat persaudaraan lintas daerah di antara para peserta. Pelatihan ini menjadi ruang perjumpaan bagi kaum muda Katolik yang ingin memperdalam panggilan ekologis dalam terang iman, sekaligus memahami isu-isu kontemporer seperti permasalahan tambang, monokultur dan perkebunan dalam kacamata bernegara dan ajaran Laudato Si’.
Dalam sesi pertama, RD Marthen Djenarut, Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran-Perantau (KKP-PMP) KWI, menegaskan pentingnya memperjuangkan keadilan iklim dan ekologi sebagai bagian dari iman yang hidup. “Perubahan iklim bukan isu global semata, tapi panggilan moral untuk menjaga ciptaan,” ujarnya. Dilanjutkan oleh RD Freddy Rante Taruk, Direktur Karitas Indonesia, peserta diajak merenungkan makna menjadi seorang Animator Sejati. Ia menjelaskan bahwa kata “animasi” berasal dari bahasa Latin animare yang berarti “menghidupkan” atau “memberi nafas”. Karena itu, seorang animator adalah sosok yang berupaya menghidupkan, menggerakkan, dan memberi semangat melalui ajakan, harapan, maupun ajaran yang membawa pesan kebaikan. RD Freddy menambahkan, “Menjadi animator adalah sebuah panggilan yang muncul dari gerakan hati, namun juga membutuhkan pembelajaran dalam sikap profesional agar dapat menjadi pelayan yang tangguh dan efektif.”
Sesi Communication, Networking & Team
Building yang dipandu oleh Suster Bernadete Eko R. menjadi momen penting
bagi peserta untuk memahami kekuatan kolaborasi dalam animasi gerakan. Melalui
berbagai latihan komunikasi dan dinamika kelompok, peserta diajak mengenali peran masing-masing dalam tim serta membangun jejaring lintas komunitas untuk memperluas dampak
karya ekologis. Sementara itu, dalam sesi Building a Grassroots Movement,
Sr. Irena, OSU, mengajak peserta merefleksikan pentingnya menggerakkan
perubahan dari akar rumput — dimulai dari komunitas kecil, lingkungan paroki,
hingga menjadi gerakan ekologis yang berdaya guna dan berkelanjutan.