Mungkin, inilah
saat yang ditunggu-tunggu. Saat paling membahagiakan untuk Ibu Ati. Sebab,
Minggu, 22 Mei 2014 yang lalu dia dijemput oleh Dinas Pemda Semarang untuk
diantar pulang.
Sahabat Insan
berkesempatan mengunjunginya pada hari Jumat, 23 Mei 2014 yang lalu. Ibu Ati
terlihat lebih sehat dan segar. Sudah kurang lebih 2, 5 bulan dia berada di Shelter Sahabat Insan.
Sebelumnya, Sahabat Insan telah membantu biaya perawatan Ibu Ati untuk operasi kista.
Kini, bekas jahitan operasi di perutnya sudah kering. Maka, dia pun sudah di-izinkan
untuk pulang.
Ketika kami
berkunjung ke Shelter menjumpainya, dengan penuh sukacita dia membagikan suka
dukanya kepada kami. Dia mengatakan kepada kami tentang rencana hidupnya
beberapa bulan mendatang. Ibu Ati akan pulang ke rumah saudaranya di Semarang. Di sana, dia
akan menghabiskan waktu berpuasa sampai Lebaran. Setelah Lebaran usai, dia akan
kembali lagi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
”Jadi pembantu
atau mengurus anak juga tak apa, saya suka ngurus anak, majikan saya yang lama
saja seneng sama saya, katanya saya jujur, beda sama yang lain,” ujar Ibu Ati.
Sahabat Insan
tidak tahu, apakah kunjungan kami kali itu menjadi pertemuan terakhir kami
dengan Ibu Ati atau tidak. Tetapi, kami sudah mengatakan kepadanya, kalau
sekiranya Ibu Ati ingin mencari pekerjaan di Jakarta, kami akan membantu
mencarikan. Kami juga menyampaikan kepada Ibu Ati supaya ia bekerja saja di
Indonesia. Akan lebih aman, daripada dia harus bekerja ke luar negeri. Namun, tampaknya
Ibu Ati masih ragu. Tersirat keinginan untuk kembali ke majikannya yang dahulu
di Malaysia.
Tak ada seorang
pun yang dapat mencegah terjadinya migrasi. Keputusan bermigrasi adalah hak
setiap individu. Maka, yang harus diperbaiki adalah regulasinya, berbagai
peraturan untuk melindung para migran. Karena pada dasarnya tujuan mereka
adalah baik: untuk meraih kehidupan yang lebih baik demi keluarga mereka.
Dalam perjumpaan
kami yang lalu, Ibu Ati sempat bercerita tentang anak dan suaminya. Suaminya
banyak berhutang. Selama bekerja di Malaysia, gaji yang dia kirim ke suaminya
dipakai untuk melunasi hutang-hutang tersebut. Sementara anaknya yang masih
berusia 17 tahun, menghamili seorang remaja yang masih berusia 14 tahun. Tiadanya sosok ibu di sisinya, tentu mempengaruhi tumbuh kembang anak Ibu Ati. Beberapa waktu setelah istrinya melahirkan, mereka kemudian bercerai. Sekarang anak Ibu Ati
bekerja sebagai buruh pabrik.
Meski kini Ibu
Ati dapat dikatakan seorang diri dan tak banyak kebutuhan yang harus dia cari
untuk kelangsungan hidupnya, naluri sebagai seorang ibu masih terus hidup dalam
dirinya. Dia mengatakan bahwa ia tak tega apabila tak dapat memenuhi
permintaan anaknya, jika anaknya itu meminta sesuatu padanya. Itu yang
membuatnya bertekad untuk kembali bekerja.
Apa pun keputusan
yang dipilih Ibu Ati, pada akhirnya Sahabat Insan berusaha mendoakan yang terbaik
bagi dirinya. Sekarang ini, Ibu Ati mungkin sudah pulang. Itulah saat yang
dirindukan Ibu Ati bertahun-tahun lampau. Saat pulang, berada di kampung
halaman, menghirup udara rumah, dan berkumpul dengan sanak saudara serta anak
yang dirindukannya.
Nb: Kisah sebelumnya tentang Ibu Ati dapat dibaca melalui tautan berikut:
http://perkumpulansahabatinsan.blogspot.com/2014/04/membantu-operasi-kista-ibu-ati.html
Nb: Kisah sebelumnya tentang Ibu Ati dapat dibaca melalui tautan berikut:
http://perkumpulansahabatinsan.blogspot.com/2014/04/membantu-operasi-kista-ibu-ati.html