Wednesday, July 2, 2014

Riki, Anak Mantan Buruh Migran Penderita Hidrosefalus

Dengan kepala yang lebih besar dari ukuran anak normal lainnya, Riki terbaring di tempat tidur Shelter Sahabat Insan. Kendati demikian, keceriaan anak laki-laki dengan berat 9 kg itu tetap terlihat saat kami menyapanya, Jumat, 27 Juni 2014, yang lalu. Riki menggerak-gerakkan tangan dan kakinya seolah ingin mengajak kami bermain bersama. 


Di usianya yang telah 1 tahun, harusnya dia sudah bisa berjalan atau paling tidak merangkak seperti bayi normal lainnya. Namun, kondisi kepala yang membesar tak memungkinkan Riki merangkak atau berjalan. Jangankan untuk merangkak, ketika digendong saja Riki kesulitan untuk mengangkat kepalanya sendiri. Sebab ada cairan di kepalanya yang kalau dibiarkan dalam waktu lebih lama lagi akan berdampak lebih buruk daripada keadaannya yang sekarang.

Kedua orangtua Riki adalah buruh migran yang telah bekerja di Malaysia. Selama 4 tahun bekerja, mereka memiliki dua orang anak. Riki, yang tengah menderita hidrosefalus adalah anak yang bungsu, sedangkan kakaknya masih berusia 3 tahun. Dua bulan lalu, karena orangtuanya kesulitan untuk mengobati Riki di Malaysia, bersama dengan kakaknya, mereka pulang ke Indonesia. Riki dan kakaknya tidak pulang bersama-sama dengan ibu atau ayahnya. Mereka pulang  didampingi oleh staf dari KBRI.

Kami sama sekali tidak dapat membayangkan anak usia 3 tahun dan 1 tahun itu pulang tanpa ditemani orangtua mereka. Anak-anak itu, terpisah cukup lama dari orangtua mereka. Ibunya tak dapat pulang bersama mereka karena harus mengurus dokumen-dokumen yang masih kurang kelengkapannya. Kemudian, ketika sampai di tanah air, kakak Riki dibawa pulang ke rumah kakek neneknya di Bekasi. Sementar Riki ditampung sesaat di Rumah Perlindungan Sementara Anak (RPSA). Selama di RPSA, Riki pernah dibawa ke Tumah Sakit Pasar Rebo untuk diperiksa. Namun, setelah itu, tidak ada tindakan berarti yang mereka lakukan. Ibu Riki menduga alasannya karena biaya. RPSA akhirnya merujuk Riki ke Peduli Buruh Migran.

Ibu Riki baru kembali ke Indonesia sekitar 2 minggu yang lalu. Kini, Riki dan ibunya berada di Shelter Sahabat Insan menanti pertolongan. Sahabat Insan bersyukur karena memperoleh bantuan kereta bayi bekas untuk Riki. Sebab ibu Riki sangat kesulitan menggendong Riki, sehingga ia hanya bisa berada di atas ranjang, jarang sekali pergi keluar rumah. 

Pada tanggal 23 Juni yang lalu, Riki juga telah dibawa ke Rumah Sakit Carolus. Menurut dokter, fungsi-fungsi alat tubuh Riki dalam keadaan baik. Dokter yang memeriksa saat di Rumah Sakit Pasar Rebo pun mengatakan bahwa jika Riki cepat ditolong, kemungkinan sembuh akan lebih besar. Namun, biaya yang dibutuhkan untuk mengobati Riki tidaklah sedikit. Sahabat Insan kini sedang berusaha mengumpulkan bantuan untuk bayi mungil tersebut.

Ketika Sahabat Insan menanyakan pada ibu Riki perihal ayahnya, kami semakin iba pada kondisi keluarga mereka. Sebab, sampai dengan saat ini, ayah Riki masih mendekam di penjara, di Malaysia. Entah apakah karena tertangkap polisi saat razia atau karena hal-hal lain. Meskipun banyak persoalan yang menimpa mereka, ibuRiki tetap memiliki harapan yang besar untuk kesembuhan anak bungsunya tersebut.