Thursday, August 14, 2014

Bantuan Tongkat Ketiak untuk Pak Suroto dan Kisah Mas Eko Menjadi "Kaburan" di Saudi


Selasa, 12 Agustus yang lalu, Sahabat Insan kedatangan tamu istimewa. Mereka adalah Mas Eko dan Mas Ali dari Buruh Migran Indonesia Saudi Arabia (BMISA). Keduanya datang ke kantor Sahabat Insan untuk mengambil tongkat ketiak yang telah Sahabat Insan belikan bagi Pak Suroto (TKI yang menjadi korban tabrak lari di Saudi).

Pertemuan terakhir kami dengan Mas Ali adalah sebelum Lebaran. Sahabat Insan sempat menitipkan bingkisan Lebaran untuk Pak Suroto. Mas Ali kemudian menyampaikan bingkisan kami tersebut ke rumah Pak Suroto di Karawang.

Beberapa minggu setelah Lebaran, Pak Suroto menyampaikan permohonannya kepada Mas Ali. Mas Ali pun meminta bantuan kepada Sahabat Insan. Permohonan tersebut berupa tongkat ketiak yang ingin dipakai Pak Suroto untuk latihan berjalan.

Mas Ali sempat mengatakan kepada kami bahwa yang kini juga menjadi persoalan bagi Pak Suroto adalah masalah ekonomi keluarga. Pak Suroto sangat berharap dia dapat memperoleh suatu keterampilan, sehingga dapat bekerja, sekalipun kini, kakinya lumpuh. Biar bagaimana pun, Pak Suroto tetap menyadari perannya sebagai kepala keluarga yang memiliki seorang anak. Semangat yang kuat dari dalam diri Pak Suroto untuk terus berjuang hidup, untuk dapat kembali berjalan, untuk berusaha memberi bagi keluarganya, menggerakkan hati kami untuk membantu proses kesembuhan Pak Suroto.

Bersama Romo Benny Juliawan SJ, kami berbincang-bincang sampai lupa waktu. Mas Eko dan Mas Ali bercerita tentang pengalaman mereka bekerja sebagai supir di Saudi. Mas Eko berkisah bahwa ia pernah menjadi "kaburan", yaitu istilah bagi pekerja migran yang kabur dari rumah majikannya sebelum masa kontraknya habis (2 tahun). Kami tertawa bersama mendengar kisah Mas Eko sewaktu di penjara, sewaktu menjadi supir, dan berbagai kisah lucu yang ditanya majikannya karena perbedaan adat istiadat antara Saudi dan Indonesia.

Kata Mas Eko, banyak sekali Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi kaburan di Saudi. Banyak hal yang melatarbelakangi hal tersebut terjadi. Di antaranya mereka kabur karena perlakuan semena-mena majikan. Apabila menjadi kaburan, semua aktivitas yang mereka lakukan penuh dengan rasa was-was karena mereka sewaktu-waktu bisa ditangkap oleh petugas imigrasi atau kepolisian. Di sana para buruh migran pun tak dapat dengan leluasa keluar rumah atau berjalan di jalan-jalan raya, apalagi bila hari telah gelap dan mereka tidak memiliki kartu identitas. 

Beruntung, ketika menjadi kaburan, Mas Eko yang memiliki tekad kuat bertahan hidup dapat menemukan orang yang mau mempekerjakannya. Dia disayang majikannya dan majikannya ingin terus Mas Eko bekerja sebagai supir mereka, sampai akhirnya majikannya tahu dia adalah kaburan. Mas Eko kemudian, sempat beberapa kali bergonta-ganti majikan. Bahkan dia telah merasakan asam pahit kehidupan di penjara. Pada akhirnya, dia dapat kembali ke tanah air. 

Berdasarkan pengalaman hidupnya dahulu di Saudi, Mas Eko pun memiliki tekad untuk membantu kawan-kawan buruh migran lain di Saudi yang kesulitan. Oleh karena itu, bersama Mas Ali, Mas Eko menjadi sukarelawan di BMISA. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kini Mas Eko menjadi supir taxi. Di sela-sela hari libur, Mas Eko bersama Mas Ali meluangkan waktu  membantu mereka yang meminta bantuan, Pak Suroto salah satunya.

Memang jarang sekali kami mendengar kisah lengkap kawan-kawan mantan buruh migran yang pernah bekerja di sana. Kebanyakan mereka yang kami jumpai berada dalam keadaan depresi karena perlakuan majikan. Sehingga meminta mereka bercerita panjang lebar tentang kehidupan mereka di Saudi tentu ibarat mengorek luka lama. Usai berbincang-bincang, kami pun menyerahkan bantuan tongkat ketiak tersebut untuk Pak Suroto. Kami berharap tongkat tersebut dapat mempercepat proses kesembuhan beliau.

Perjumpaan Sahabat Insan dengan berbagai pihak seperti Mas Eko dan Mas Ali dari BMISA merupakan kesempatan baik untuk dapat membantu mereka yang menjadi korban. Semoga persahabatan ini terus dapat dipupuk, sehingga dapat memberkati banyak orang.

Mas Eko, Mas Ali, dan Romo Benny Juliawan, SJ