Inilah hari raya yang penuh sukacita. Ketika ketupat bukan hanya dinikmati oleh orang Muslim. Ketika banyak orang pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga di hari raya Idul Fitri. Melalui momen ini kita tahu bahwa kita hidup di negara yang sangat menghargai keberagaman yakni ketika budaya dan tradisi keagamaan tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, Sahabat Insan pun turut serta berbagi kebahagian Idul Fitri bersama para mantan buruh migran. Jumat, 25 Juli yang lalu Sahabat Insan berkunjung menjenguk Yanti dan Sri di Shelter Sahabat Insan. Sahabat Insan memberikan mereka pakaian baru untuk dipakai saat Lebaran dan sekaleng biskuit. Ketika kami menyampaikan bingkisan tersebut, wajah mereka berangsur-angsur penuh senyum dan ungkapan terima kasih. Mereka pun mencoba baju tersebut dan bersukaria karena pakaian baru itu.
Meskipun mungkin Yanti dan Sri masih belum ingat kampung halaman dan keluarga mereka, Mbak Lili (Peduli Buruh Migran) yang merawat mereka di shelter bercerita kesedihan mereka. Pada saat malam Takbiran, keduanya menangis tersedu-sedu. Ketika ditanya, kenapa, mereka menjawab kalau mereka teringat bapak di kampung halaman. Namun, saat ditanya di mana tempat tinggal mereka, sehingga Mbak Lili dapat menghubungi bapak mereka, mereka tidak ingat alamat rumah mereka.
Selain Yanti dan Sri, Sahabat Insan juga berbagi dengan Pak Suroto, mantan buruh migran korban tabrak lari di Saudi. Kami menitipkan bingkisan tersebut kepada Mas Ali dari Buruh Migran Indonesia Saudi Arabia (BMISA). Pada tanggal 26 Juli yang lalu, Mas Ali dengan murah hati mengantarkan bingkisan tersebut ke rumah Pak Suroto di Karawang. Dari foto yang dikirimkan kita dapat melihat betapa sederhana kediaman Pak Suroto.
Mas Ali bersama Pak Suroto di kediaman Pak Suroto di Karawang |
Semoga bingkisan yang Sahabat Insan berikan, setidaknya dapat menghibur mereka. Selamat hari raya Idul Fitri. Semoga di hari raya tersebut, sanggup membuka lembaran baru dalam hidup mereka sebagai semangat merajut kehidupan selanjutnya.
Kisah mengenai Sri dan Yanti serta Pak Suroto dapat dibaca di: