Satu hari sebelum Hari Kasih Sayang, NTT kembali menerima dua jenazah PMI. Kedua jenazah ini diterbangkan dari Kuala Lumpur pada 12 Februari 2020 dengan tujuan Jakarta dan tiba tanggal 13 Februari 2020 di Kupang. Satu Jenazah tiba sendirian, sedangkan jenazah lainnya tiba dengan didampingi oleh teman sekerjanya di Malaysia.
Jenazah pertama adalah seorang pria berusia 40 tahun yang berasal dari Ende yang meninggal di negara tempatnya bekerja yaitu Malaysia pada tanggal 29 Januari 2020 pukul 14.55 waktu Malaysia karena radang saluran pernafasan. Ia diperkirakan bekerja di Malaysia selama 20-an tahun. Tidak ada yang tahu secara pasti berapa lama ia mengais rejeki di sana karena keluarga yang
datang menjemput jenazah siang ini tidak begitu tahu kapan ia berangkat ke
Malaysia. Yang mereka tahu bahwa ia sudah lama bekerja di sana. Jenazah ini juga
tidak memiliki anak atau istri, ia membujang selama hidupnya.
Jenazah kedua adalah seorang pria berusia 39 tahun, asal Ende. Ia meninggal karena serangan jantung pada tanggal 10 Februari 2020, pukul 19.10 waktu Malaysia. Begitulah penyebab
kematian yang tertera di Surat Kematiannya. Namun berbeda dengan kronologi kematian yang diceritakan oleh sang pendamping jenazah, yang mengatakan bahwa ia meninggal
karena kecelakaan kerja, tergilas roda saat ia sedang memperbaiki mesin tersebut.
Berdasarkan informasi dari teman sekerjanya, almarhum sudah
bekerja di Malaysia selama 6 tahun dan memiliki seorang istri yang berangkat
terlambat beberapa hari dari suaminya karena kendala dengan passport.
Dalam penjemputan kali ini, hadir juga keluarga, tim jaringan anti Perdagangan Orang di Kupang,
diantaranya dari Rumah Harapan ada Kakak Decky dan Yeni, Mama Pendeta Emmy
Sahertian, Mama Pendeta Pao Ina-Ngefak, teman-teman dari Ikatan Pelajar
Mahasiswa Kabupaten Ende di Kupang, Mama Maria Hinggi dari SBMI, juga dari
pihak TVRI. Ada rasa syukur dalam hati karena cukup banyak orang yang datang ke
kargo untuk menjemput jenazah, setidaknya untuk hari ini kami tidak perlu lagi
mencari tenaga tambahan untuk memindahkan jenazah dari troli bagasi ke mobil
jenazah atau meminta bantuan pihak kargo. Semoga ke depannya, teman-teman dari
Ikatan Pelajar Mahasiswa Kabupaten Ende di Kupang terus hadir bersama dengan
kami di kargo, tidak hanya untuk jenazah yang berasal dari Ende, tapi setiap
jenazah yang dipulangkan dari Malaysia.
Kedua jenazah
akhirnya dikeluarkan dari kargo pukul 13.35 WITA. Dari troli bagasi, peti jenazah pertama dipindahkan ke mobil
jenazah RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, sedangkan peti jenazah kedua ditarik kemudian dan dipindahkan ke mobil jenazah BP3TKI. Jenazah pertama akan langsung dibawa ke Pelabuhan Bolok dan diberangkatkan ke kampung
halamannya, sedang jenazah kedua akan disemayamkan di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang dan besok akan di berangkatkan ke Ende dengan NAM Air dengan
tetap didampingi oleh teman sekerjanya.
Keesokan harinya, di hari kasih sayang tanggal 14 Februari 2020, Tim Jaringan Anti Perdagangan Orang merayakannya di Kargo Bandara El
Tari Kupang, dengan menyanyikan lagu-lagu rohani tentang arti kasih yang
sesungguhnya yang didapat dari Allah, sembari menunggu kedatangan jenazah PMI dari
Malaysia, seorang pria berusia 37 tahun yang meninggal
pada 11 Februari 2020 lalu pukul 01.30 pagi, waktu Malaysia karena sakit Stroke yang menyebabkan kelumpuhan. Almarhum berasal dari Larantuka. Tidak ada alamat pasti dari jenazah karena tidak ada
keluarga yang datang menjemput jenazah di kargo bandara El Tari Kupang.
Kepulangannya sendiri dibantu oleh Suster Pauline, Camellian. Suster lah yang
ke kantor BP3TKI dan melapor.
Di hari ini yang harusnya penuh cinta ini, kami malah berduka, karena satu lagi Putra NTT dipulangkan dalam peti
jenazah. Ini menjadi jenazah ke-7 yang dijemput oleh Tim Jaringan Anti
Perdagangan Orang selama tahun 2020 ini. Dalam kesempatan tersebut hadir Mama Pendeta Emmy Sehartian, Mama Pendeta Pao Ina Bara
Pa-Ngefak, Kakak Decky dan relawan Rumah Harapan, dan teman-teman dari Ikatan
Pelajar Mahasiswa Kabupaten Ende (IPELMEN) di Kupang. Tidak satu pun yang ada di
kargo mengenal almarhum. Semua hadir di sana hanya atas nama kemanusiaan dan hati
nurani. Pihak pemerintah pun dengan sigap membantu keluarga mengurus
proses penarikan peti jenazah dari kargo. Tidak sepenuhnya pemerintah menutup
mata, karena lihatlah, sesungguhnya masih ada orang-orang yang tetap bertahan
berdiri karena kasih akan sesama. Semoga kasih itu tetap menyala dalam hati.
Pukul 13.08 WITA, peti jenazah yang berbalut terpal itu akhirnya dikeluarkan dari kargo. Selain bantuan dari mahasiswa asal Ende yang tergabung dalam IPELMEN, juga ada bantuan dari keluarga jenazah sebelumnya yang siang hari ini kembali menyapa kargo karena harus mengirimkan jenazah tersebut ke kampung halamannya dengan pesawat NAM Air. Mereka juga tetap setia di sana sampai jenazah yang baru datang didoakan oleh Suster Pauline, Camellian. Usai doa dipanjatkan, mobil jenazah BP3TKI Kupang langsung membawanya ke Pelabuhan Tenau untuk diberangkatkan ke Larantuka dengan kapal. Suster Pauline turut serta, ia duduk di kursi depan mobil jenazah dan diikuti dari belakang oleh teman-teman IPELMEN yang dengan setia menyertai sampai peti dikeluarkan dari mobil jenazah dan dibaringkan di atas kapal. Tidak ada lagi yang mendampingi peti itu, namun kami percaya bahwa proses kepulangannya akan berjalan dengan baik sampai ia diterima oleh keluarganya.
Entah siapa itu
sebenarnya, mungkin dia seorang bapak yang mencari nafkah di Negeri Jiran, atau
seorang kakak yang berusaha untuk meringankan beban orangtuanya, atau dia
seorang anak yang tidak ingin menyusahkan keluarganya sehingga mengambil
keputusan untuk menjadi seorang pekerja migran. Entah dia berapa lama bekerja
di Malaysia, sebagai apa dengan gaji berapa. Tidak ada yang benar-benar
mengetahuinya dengan pasti. Semuanya terlihat abu-abu. Namun apapun itu, ia
telah kembali ke Nusa Tenggara Timur, meskipun tanpa nyawa, meskipun dalam
peti, meskipun membuat luka dan sedih yang membuncah, bumi pertiwi tetap
merentangkan tangan menyambut. Semoga Tuhan Allah memberikan kekuatan dan
ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan dan siapapun itu yang merasa
kehilangan sosoknya. Semoga kasih Allah menyertai kita
semua. Amin.