Monday, February 17, 2020

Jenazah Menjelang Hari Kasih Sayang

Laporan Jeni Laamo dari Kupang

Satu hari sebelum Hari Kasih Sayang, NTT kembali menerima dua jenazah PMI. Kedua jenazah ini diterbangkan dari Kuala Lumpur pada 12 Februari 2020 dengan tujuan Jakarta dan tiba tanggal 13 Februari 2020 di Kupang. Satu Jenazah tiba sendirian, sedangkan jenazah lainnya tiba dengan didampingi oleh teman sekerjanya di Malaysia.

Jenazah pertama adalah seorang pria berusia 40 tahun yang berasal dari Ende yang meninggal di negara tempatnya bekerja yaitu Malaysia pada tanggal 29 Januari 2020 pukul 14.55 waktu Malaysia karena radang saluran pernafasan. Ia diperkirakan bekerja di Malaysia selama 20-an tahun. Tidak ada yang tahu secara pasti berapa lama ia mengais rejeki di sana karena keluarga yang datang menjemput jenazah siang ini tidak begitu tahu kapan ia berangkat ke Malaysia. Yang mereka tahu bahwa ia sudah lama bekerja di sana. Jenazah ini juga tidak memiliki anak atau istri, ia membujang selama hidupnya.

Jenazah kedua adalah seorang pria berusia 39 tahun, asal Ende. Ia meninggal karena serangan jantung pada tanggal 10 Februari 2020, pukul 19.10 waktu Malaysia. Begitulah penyebab kematian yang tertera di Surat Kematiannya. Namun berbeda dengan kronologi kematian yang diceritakan oleh sang pendamping jenazah, yang mengatakan bahwa ia meninggal karena kecelakaan kerja, tergilas roda saat ia sedang memperbaiki mesin tersebut. Berdasarkan informasi dari teman sekerjanya, almarhum sudah bekerja di Malaysia selama 6 tahun dan memiliki seorang istri yang berangkat terlambat beberapa hari dari suaminya karena kendala dengan passport.


Dalam penjemputan kali ini, hadir juga keluarga, tim jaringan anti Perdagangan Orang di Kupang, diantaranya dari Rumah Harapan ada Kakak Decky dan Yeni, Mama Pendeta Emmy Sahertian, Mama Pendeta Pao Ina-Ngefak, teman-teman dari Ikatan Pelajar Mahasiswa Kabupaten Ende di Kupang, Mama Maria Hinggi dari SBMI, juga dari pihak TVRI. Ada rasa syukur dalam hati karena cukup banyak orang yang datang ke kargo untuk menjemput jenazah, setidaknya untuk hari ini kami tidak perlu lagi mencari tenaga tambahan untuk memindahkan jenazah dari troli bagasi ke mobil jenazah atau meminta bantuan pihak kargo. Semoga ke depannya, teman-teman dari Ikatan Pelajar Mahasiswa Kabupaten Ende di Kupang terus hadir bersama dengan kami di kargo, tidak hanya untuk jenazah yang berasal dari Ende, tapi setiap jenazah yang dipulangkan dari Malaysia.

Kedua jenazah akhirnya dikeluarkan dari kargo pukul 13.35 WITA. Dari troli bagasi, peti jenazah  pertama dipindahkan ke mobil jenazah RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, sedangkan peti jenazah kedua ditarik kemudian dan dipindahkan ke mobil jenazah BP3TKI. Jenazah pertama akan langsung dibawa ke Pelabuhan Bolok dan diberangkatkan ke kampung halamannya, sedang jenazah kedua akan disemayamkan di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang dan besok akan di berangkatkan ke Ende dengan NAM Air dengan tetap didampingi oleh teman sekerjanya.

Keesokan harinya, di hari kasih sayang tanggal 14 Februari 2020, Tim Jaringan Anti Perdagangan Orang merayakannya di Kargo Bandara El Tari Kupang, dengan menyanyikan lagu-lagu rohani tentang arti kasih yang sesungguhnya yang didapat dari Allah, sembari menunggu kedatangan jenazah PMI dari Malaysia, seorang pria berusia 37 tahun yang meninggal pada 11 Februari 2020 lalu pukul 01.30 pagi, waktu Malaysia karena sakit Stroke yang menyebabkan kelumpuhan. Almarhum berasal dari Larantuka. Tidak ada alamat pasti dari jenazah karena tidak ada keluarga yang datang menjemput jenazah di kargo bandara El Tari Kupang. Kepulangannya sendiri dibantu oleh Suster Pauline, Camellian. Suster lah yang ke kantor BP3TKI dan melapor.


Di hari ini yang harusnya penuh cinta ini, kami malah berduka, karena satu lagi Putra NTT dipulangkan dalam peti jenazah. Ini menjadi jenazah ke-7 yang dijemput oleh Tim Jaringan Anti Perdagangan Orang selama tahun 2020 ini. Dalam kesempatan tersebut hadir Mama Pendeta Emmy Sehartian, Mama Pendeta Pao Ina Bara Pa-Ngefak, Kakak Decky dan relawan Rumah Harapan, dan teman-teman dari Ikatan Pelajar Mahasiswa Kabupaten Ende (IPELMEN) di Kupang. Tidak satu pun yang ada di kargo mengenal almarhum. Semua hadir di sana hanya atas nama kemanusiaan dan hati nurani.  Pihak pemerintah pun dengan sigap membantu keluarga mengurus proses penarikan peti jenazah dari kargo. Tidak sepenuhnya pemerintah menutup mata, karena lihatlah, sesungguhnya masih ada orang-orang yang tetap bertahan berdiri karena kasih akan sesama. Semoga kasih itu tetap menyala dalam hati.

Pukul 13.08 WITA, peti jenazah yang berbalut terpal itu akhirnya dikeluarkan dari kargo. Selain bantuan dari mahasiswa asal Ende yang tergabung dalam IPELMEN, juga ada bantuan dari keluarga jenazah sebelumnya yang siang hari ini kembali menyapa kargo karena harus mengirimkan jenazah tersebut ke kampung halamannya dengan pesawat NAM Air. Mereka juga tetap setia di sana sampai jenazah yang baru datang didoakan oleh Suster Pauline, Camellian. Usai doa dipanjatkan,   mobil jenazah BP3TKI Kupang langsung membawanya ke Pelabuhan Tenau untuk diberangkatkan ke Larantuka dengan kapal. Suster Pauline turut serta, ia duduk di kursi depan mobil jenazah dan diikuti dari belakang oleh teman-teman IPELMEN yang dengan setia menyertai sampai peti dikeluarkan dari mobil jenazah dan dibaringkan di atas kapal. Tidak ada lagi yang mendampingi peti itu, namun kami percaya bahwa proses kepulangannya akan berjalan dengan baik sampai ia diterima oleh keluarganya.
Entah siapa itu sebenarnya, mungkin dia seorang bapak yang mencari nafkah di Negeri Jiran, atau seorang kakak yang berusaha untuk meringankan beban orangtuanya, atau dia seorang anak yang tidak ingin menyusahkan keluarganya sehingga mengambil keputusan untuk menjadi seorang pekerja migran. Entah dia berapa lama bekerja di Malaysia, sebagai apa dengan gaji berapa. Tidak ada yang benar-benar mengetahuinya dengan pasti. Semuanya terlihat abu-abu. Namun apapun itu, ia telah kembali ke Nusa Tenggara Timur, meskipun tanpa nyawa, meskipun dalam peti, meskipun membuat luka dan sedih yang membuncah, bumi pertiwi tetap merentangkan tangan menyambut. Semoga Tuhan Allah memberikan kekuatan dan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan dan siapapun itu yang merasa kehilangan sosoknya. Semoga kasih Allah menyertai kita semua. Amin.