Di
seluruh dunia, orang katolik sedang merawat Ibu Bumi, Rumah kita bersama
berdasarkan semangat Laudato Si.
A.
Tindakan nyata yang dilakukan setelah berusaha
memahami Laudato Si?
Tindakan aksi nyata Laudato Si’ untuk perjuangan menyelamatkan Ibu Bumi biasanya
meliputi tiga lapisan: perubahan pribadi, aksi komunitas dan pengaruh publik.
1. Perubahan pribadi
1)
Mengurangi
penggunaan plastik sekali pakai, membawa botol minum sendiri, dan berbelanja
dengan tas kain.
2)
Menghemat
energi: mematikan lampu/alat listrik saat tidak digunakan, memilih lampu LED
hemat energi dan mengurangi pendingin ruangan.
3)
Mengadopsi
pola makan ramah lingkungan, seperti mengurangi konsumsi daging atau membeli
produk lokal dan organik.
4)
Menggunakan
transportasi ramah lingkungan: berjalan kaki, bersepeda, berbagi kendaraan,
atau memanfaatkan transportasi umum.
2. Aksi komunitas di
paroki/sekolah
1)
Membentuk Paroki Eko - Eco-Parish
atau Sekolah Eko - Eco-School yang mempraktikkan pengelolaan sampah,
penghijauan, dan hemat energi.
2)
Menyelenggarakan
Misa dan doa bertema ekologi, termasuk Season of Creation setiap 1
September–4 Oktober.
3)
Menanam
pohon di lahan Gereja, pekarangan sekolah atau wilayah tandus.
4)
Membuat
kebun paroki atau sekolah untuk sayur organik sebagai sumber pangan dan
edukasi.
5)
Mengadakan
lokakarya tentang Laudato Si’ dan pertobatan ekologis untuk umat, OMK dan
kelompok kategorial.
3. Pengaruh publik dan advokasi
1)
Bergabung
dengan kampanye internasional seperti Laudato Si’ Movement untuk
mendesak kebijakan iklim yang adil.
2)
Mendukung
gerakan divestment yaitu langkah menarik atau
memindahkan investasi dari perusahaan atau sektor tertentu karena alasan moral,
sosial, atau lingkungan, lalu mengalihkannya ke sektor yang dianggap lebih etis
atau berkelanjutan. Dalam konteks Laudato Si’ dan gerakan
lingkungan, divestment biasanya berarti:
a) Menarik modal dari industri bahan bakar fosil (batubara,
minyak, gas) yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.
b)
Mengalihkan
dana itu ke energi terbarukan (matahari, angin, air),
proyek hijau, atau inisiatif sosial yang positif.
Hal ini sudah dilakukan oleh beberapa keuskupan dan ordo
religius.
3)
Berpartisipasi
dalam aksi damai menuntut perlindungan hutan, laut dan hak masyarakat adat.
4)
Menjalin
kerja sama lintas agama untuk aksi lingkungan, misalnya bersih-bersih pantai
atau gerakan hemat energi bersama.
Menariknya, di banyak tempat umat Katolik tidak hanya fokus pada aspek
lingkungan fisik, tetapi juga keadilan sosial ekologis: membantu masyarakat
miskin yang paling terdampak perubahan iklim ini sejalan dengan pesan Laudato
Si’ bahwa merawat Bumi tak bisa dipisahkan dari merawat sesama, terutama
yang rentan.
Benua |
Contoh Tindakan Nyata |
Lokasi / Pelaksana |
Eropa |
- Keuskupan
mengumumkan divestment dari perusahaan bahan bakar fosil.-
Gereja-gereja di Irlandia dan Italia memasang panel surya.- Program Eco-Parish
di Inggris mengurangi sampah dan meningkatkan keanekaragaman hayati halaman
gereja.- Paroki di Spanyol mengadakan doa dan aksi damai menentang perusakan
hutan Amazon. |
- Keuskupan Glasgow,
Skotlandia.- Keuskupan Assisi, Italia.- CAFOD &
Eco-Congregation, Inggris.- Paroki Madrid, Spanyol. |
Afrika |
- Penanaman pohon
skala besar untuk melawan desertifikasi yaitu, proses perubahan
lahan subur atau semi-subur menjadi gurun
atau tanah tandus yang hampir tidak bisa mendukung kehidupan tanaman. - Program sumur bor ramah lingkungan
untuk air bersih.- Pelatihan pertanian organik di komunitas paroki.- Doa
bersama lintas agama untuk perlindungan hutan. |
- Caritas Kenya & Laudato Si’ Movement di
Nairobi.- Keuskupan
Ouagadougou, Burkina Faso.- Paroki di Malawi.- Komunitas Katolik di Kamerun. |
Asia |
- Penanaman mangrove
untuk mencegah abrasi.- Aksi bersih-bersih sungai dan pantai oleh OMK.-
Sekolah Katolik mengintegrasikan Laudato Si’ ke dalam kurikulum.-
Perlawanan damai terhadap tambang merusak lingkungan.- Misi pastoral ke
desa-desa terdampak banjir akibat perubahan iklim. |
- Komunitas Katolik
di Filipina (Mindoro & Palawan).- OMK Jakarta dan Surabaya, Indonesia.- Jesuit-run
schools di India.- Komunitas Gereja Katolik di Timor Leste. |
Amerika Utara |
- Gereja-gereja
menggunakan energi terbarukan. Keuskupan Kanada
membentuk Creation Care Teams.- Pendidikan ekologi integral di sekolah Katolik. Aksi protes damai melawan
proyek pipa minyak yang merusak lingkungan. |
- Paroki di California dan New York, AS.- Keuskupan
Toronto, Kanada.- Jesuit Schools Network USA.- Catholic Climate Covenant,
AS. |
Amerika Latin |
Pertahanan hutan
Amazon bersama masyarakat adat. Misa di tepi sungai yang tercemar untuk
mengajak pertobatan ekologis. Pendidikan petani lokal
tentang agroekologi. Pembuatan bank bibit tradisional. |
- REPAM (Red
Eclesial Panamazónica) di Brasil, Peru, Kolombia.- Paroki di Manaus,
Brasil.- Komunitas Jesuit di Ekuador.- Caritas Peru. |
Australia dan Oceania |
Gereja memasang
sistem penampungan air hujan. Penanaman kembali spesies pohon lokal. Pengurangan
jejak karbon di sekolah Katolik. Aksi solidaritas untuk negara-negara Pasifik
yang terancam tenggelam. |
- Keuskupan Parramatta, Australia.- Paroki di
Auckland, Selandia Baru.- Catholic Earthcare Australia.- Komunitas
Katolik di Fiji dan Kiribati. |
B. Merawat
Rumah Bersama: Perjalanan Enam Benua Pasca-Laudato Si’
Sejak Laudato Si’ diluncurkan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2015,
sebuah gelombang pertobatan ekologis mengalir ke seluruh penjuru dunia. Gereja
Katolik, yang hadir di hampir setiap sudut bumi, menjawab seruan itu dengan
tindakan nyata yang lahir dari iman dan cinta pada ciptaan.
- Di Eropa,
lonceng gereja berdentang mengiringi perubahan radikal: Keuskupan Glasgow dan
Assisi mengumumkan divestment dari industri bahan bakar fosil, langkah
simbolis sekaligus praktis untuk meninggalkan ketergantungan pada energi kotor.
Di pedesaan Italia, atap gereja tua kini memancarkan cahaya dari panel surya.
Sementara itu, di Inggris, program Eco-Parish mengubah halaman gereja
menjadi taman keanekaragaman hayati, tempat kupu-kupu dan lebah kembali
berumah.
- Di Afrika, bumi
yang rapuh dihadapkan pada desertifikasi dan kelangkaan air. Komunitas Katolik
di Kenya menanam ribuan pohon untuk menghijaukan tanah gersang, sementara di
Burkina Faso, sumur bor ramah lingkungan membawa air bersih ke desa-desa
miskin. Di Malawi, pertanian organik yang diajarkan di paroki menjadi harapan
baru bagi petani kecil dan di Kamerun, doa lintas agama mempersatukan umat
untuk melindungi hutan tropis.
- Di Asia,
ombak Laudato Si’ menyapu dari Teluk Bengal hingga Laut Timor. Di
Filipina, umat Katolik menanam hutan mangrove untuk menahan abrasi dan badai.
Di Indonesia, OMK Jakarta dan Surabaya menggelar aksi bersih-bersih sungai dan
pantai, menjadikan kegiatan itu bagian dari perayaan iman. Di India,
sekolah-sekolah Katolik memasukkan ekologi integral ke dalam pelajaran,
sementara di Timor Leste, para pastor berjalan kaki berhari-hari mengunjungi
desa yang terisolasi banjir, membawa bantuan sekaligus pesan pengharapan.
- Di Amerika Utara, lonceng gereja membunyikan seruan perawatan ciptaan.
Paroki-paroki di California dan New York beralih ke energi terbarukan dan
keuskupan di Kanada membentuk Creation Care Teams untuk menggerakkan
umat di tingkat lokal. Di kampus-kampus Jesuit, mahasiswa mempelajari teologi
ciptaan sambil merancang proyek keberlanjutan. Di pinggiran Dakota, umat
Katolik berdiri bersama komunitas adat menolak pipa minyak yang mengancam tanah
leluhur mereka.
- Di Amerika Latin, suara umat berpadu dengan detak jantung Amazon. REPAM
(Red Eclesial Panamazónica) bekerja bahu-membahu dengan masyarakat adat
mempertahankan hutan. Di Brasil, Misa diadakan di tepi sungai yang tercemar,
menjadi doa sekaligus protes terhadap pencemaran. Di Ekuador, para Jesuit
mengajarkan agroekologi yang memulihkan tanah dan martabat petani. Bank bibit
tradisional didirikan di Peru untuk melestarikan keanekaragaman pangan warisan
leluhur.
- Di Australia dan Oceania, langkah-langkah kecil dan besar berpadu menjaga bumi
dan laut. Keuskupan Parramatta memasang sistem penampungan air hujan di gedung
gereja, sementara paroki di Auckland menanam kembali spesies pohon lokal yang
terancam punah. Catholic Earthcare Australia mengurangi jejak karbon di
sekolah-sekolah Katolik. Di pulau-pulau kecil Fiji dan Kiribati, umat Katolik
bersuara di forum internasional, meminta dunia bertindak sebelum tanah mereka
tenggelam.
Dari Assisi hingga Amazon, dari Nairobi hingga Nusa Tenggara, dari
Manhattan hingga Melbourne, umat Katolik bergerak sebagai satu keluarga besar
semesta. Mereka menyadari bahwa merawat bumi bukan sekadar tugas untuk
mencintai lingkungan, melainkan tindakan iman ekaristi yang diperpanjang dalam
kerja harian menjaga ciptaan. Dalam setiap penanaman pohon, setiap sumur air
bersih, setiap aksi protes damai, gema Laudato Si’ terus terdengar:
“Bumi, rumah kita bersama, adalah seperti saudara yang kita kasihi dan seperti ibu yang merangkul kita.” (Laudato Si’ nomor 1)
Kalau kita melihat realitas di enam benua, masih ada banyak pekerjaan rumah
besar agar Rumah Kita Bersama tidak terus meluncur ke arah kehancuran.
Berdasarkan pesan Laudato Si’ dan situasi lapangan, prioritas yang perlu
dilakukan adalah gabungan aksi darurat dan perubahan jangka panjang:
1. Eropa
1)
Mengurangi
ketergantungan pada energi fosil lebih cepat, bukan sekadar target jangka
panjang.
2)
Merehabilitasi
ekosistem yang rusak akibat industrialisasi berabad-abad.
3) Mengubah
pola konsumsi yang masih sangat tinggi, termasuk fast fashion dan
pemborosan pangan.
4) Meningkatkan
solidaritas iklim terhadap negara-negara miskin yang terdampak krisis
lingkungan.
2. Afrika
1)
Menghentikan
deforestasi besar-besaran untuk perkebunan komoditas ekspor.
2)
Memastikan
teknologi energi terbarukan terjangkau dan dapat diakses komunitas desa.
3)
Mengelola
air secara adil di tengah kelangkaan dan kompetisi industri.
4) Memberdayakan masyarakat adat dalam
pengambilan keputusan terkait tanah dan sumber daya.
3. Asia
1)
Mengendalikan
polusi udara dan air di kota-kota megapolitan.
2) Menghentikan
proyek infrastruktur dan tambang yang merusak hutan, sungai dan ekosistem
pesisir.
3)
Memperluas
pendidikan ekologi integral di sekolah dan komunitas basis.
4)
Menguatkan
kerja sama lintas agama dalam advokasi lingkungan.
4. Amerika Utara
1)
Mengubah
model ekonomi yang masih sangat bergantung pada konsumsi massal yaitu pola
belanja dan penggunaan barang dan jasa secara besar-besaran oleh masyarakat,
sering kali didorong oleh produksi industri skala besar dan budaya membeli yang
berlebihan.
2) Mengurangi
produksi dan ekspor energi fosil, termasuk fracking (yang dijelaskan di bawah)
3)
Mengembalikan
hak tanah kepada komunitas adat dan memulihkan ekosistemnya.
4) Menghapus
kesenjangan ekologis yang membuat komunitas miskin lebih terdampak polusi dan
bencana.
5. Amerika Latin
1)
Melindungi
Amazon dan hutan tropis lainnya dari perambahan ilegal.
2)
Mencegah
kriminalisasi terhadap pembela lingkungan.
3)
Meningkatkan
ketahanan pangan berbasis pertanian lokal dan berkelanjutan.
4)
Mengintegrasikan
keadilan sosial dan ekologi dalam kebijakan publik.
6. Australia dan Oceania
1) Mengurangi
emisi karbon yang tinggi per kapita, terutama dari sektor tambang dan energi.
2) Melindungi
terumbu karang, seperti Great Barrier Reef, dari pemanasan laut.
3) Mendukung
negara-negara Pasifik yang terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan laut.
4) Mengembangkan
sistem pangan lokal yang tidak bergantung penuh pada impor.
Apa itu fracking?
Fracking adalah singkatan
dari hydraulic fracturing, yaitu teknik untuk mengambil minyak atau gas
alam dari dalam bumi dengan cara menyuntikkan campuran air, pasir dan bahan
kimia bertekanan tinggi ke dalam batuan (biasanya batu serpih/shale).
Tujuannya adalah memecahkan
lapisan batuan tersebut sehingga minyak atau gas yang terperangkap bisa keluar
dan ditarik ke permukaan.
Masalah utamanya:
1)
Pencemaran air tanah karena bahan kimia
fracking dapat merembes.
2)
Penggunaan air yang sangat besar sehingga
menguras sumber daya air lokal.
3)
Peningkatan
risiko gempa kecil (induced seismicity) akibat tekanan pada lapisan
bumi.
4) Pelepasan
metana, gas rumah kaca yang jauh lebih kuat daripada CO₂, sehingga mempercepat
pemanasan global.
5) Kerusakan
habitat karena pembukaan lahan dan lalu lintas industri di lokasi pengeboran.
Banyak kelompok lingkungan, termasuk jaringan Katolik yang terinspirasi Laudato
Si’, menentang fracking karena dianggap tidak sejalan dengan transisi
energi bersih dan memperburuk krisis iklim.
Sumber: Keterangan - keterangan di atas ini diperoleh dengan bantuan chatgpt.com