Apa yang dapat
membuat seseorang bertahan untuk merajut kehidupannya setiap hari? Kita percaya,
jawabannya adalah dengan iman, harapan, dan kasih yang penuh. Mengimani bahwa
setiap hari adalah anugerah dari-Nya. Kasih yang tak henti dari Sang Pencipta
dan sesama. Harapan bahwa akan tiba hari depan yang lebih baik.
Friday, October 12, 2012
Monday, October 8, 2012
Life Stopped Here
Ini adalah sebuah tulisan
dari seorang Frater asal Malaysia
yang mengunjungi Rumah Singgah Sahabat Insan pada Jumat 29 September 2012
Life Stopped Here
Monday, October 1, 2012
Tentang Lima Perempuan di Rumah Singgah Sahabat Insan
Tidak
seperti minggu lalu, Rumah Singgah Sahabat Insan minggu ini, Jumat (28/9),
penuh dengan buruh migran dan seorang keluarga korban. Tepatnya, enam orang
perempuan yang menjadi pembantu rumah tangga di negara tetangga dan seorang
suami korban yang masih berusaha menuntut keadilan dari agen yang membawa
istrinya bekerja. Lima di antara
mereka berbagi kisah duka mereka saat bekerja.
Bantuan Biaya Persalinan Untuk Orang Terbuang
Pada
awalnya, Mastini didatangi oleh Ibu Yanti (dikenalkan oleh teman Mastini) di tempat kosnya di Medan dan ditawari pekerjaan di Malaysia sebagai PRT dengan gaji 800 ringgit. Setelah ia setuju, beberapa
jam kemudian Ibu Yanti datang kembali dengan membawa seseorang yang mengaku
agen PPTKIS bernama Pak Jupri. Pak Jupri inilah yang membantu untuk mengurus
paspor dan visa untuk Mastini sampai akhirnya sampai di Malaysia.
Bantuan Konsumsi Keluarga Orang Terbuang Yang Menderita Kanker Rahim
Nurlela
pergi bekerja ke Malaysia sejak dua puluh tahun lalu. Pada awalnya komunikasi
dengan keluarga berjalan dengan baik, namun menjelang tahun
ketiga ia sudah tidak bisa berkomunikasi lagi akibat kanker rahim stadium 4 yang
dideritanya. Nurlela bersama Juliana dipulangkan di Bandara Soekarno-Hatta dan keduanya sama-sama dirujuk di Rumah Sakit
Persahabatan.
Mereka sama-sama dirawat dalam satu kamar. Karena sakit yang dideritanya cukup
parah, ia tidak dapat dimintai keterangan tentang riwayatnya selama bekerja di
Malaysia, karena suaranya pun sudah
hilang, bahkan untuk bangun dari tempat tidur saja sudah kesulitan.
Subscribe to:
Posts (Atom)