Melampaui Tugas Pastoral
Friday, December 11, 2009
Pastor Jhon Jonga menerima Yap Thiam Hien Award 2009
Melampaui Tugas Pastoral
Thursday, October 29, 2009
Hasil Beasiswa Sahabat Insan
Friday, October 23, 2009
Pengantar Beasiswa Keupula 2
Wednesday, October 21, 2009
Kampus Mahasiswa
Persiapan Acara Temu Muka serta Proses Pengambilan Gambar
Temu Muka Mahasiswa Dengan Donatur
Tuesday, October 6, 2009
PERJALANAN PULANG NY. AAN KE CIAMIS
Ny Aan adalah salah satu orang terbuang yang mengalami lumpuh setelah bekerja dua tahun delapan bulan di Serawak sebagai pembantu rumah tangga. Ny. Aan adalah seorang ibu yang berusia 56 tahun dengan 6 orang anak yang sudah dewasa dan sudah menikah. Keinginan untuk menabung demi hari tua, itulah yang mendorong Ny. Aan pergi ke Malaysia. Ny. Aan berangkat ke Malaysia bersama seorang tetangga yang sudah bekerja disana. Di Malaysia Ny. Aan mendapat majikan yang baik. Menurut keketerangan Ny. Aan setiap bulan majikannya tidak pernah memberi uang gaji kepadanya. Gajinya selalu diberikan langsung ke Agency yang membawa Ny. Aan ke Malaysia untuk dikirimkan pada keluarganya yang berada di kampung.
Ny Aan mengalami kebinggungan ketika merasa sakit demam dan tiba-tiba kedua kakinya membesar serta tidak dapat berjalan. Ny. Aan ingin berobat ke rumah sakit tapi majikannya hanya memberikan obat dari toko. Karena dirasa penyakit Ny. Aan tidak kunjung membaik maka majikannya mengantarkan Ny. Aan yang dalam kondisi sakit ke perbatasan Malaysia tepatnya di Entikong. Ny Aan diminta pulang sendiri, sesampai di Etikong Ny. Aan minta tolong pada warga sekitar untuk memapahnya kedalam Bus. Malang baginya karena semua dokumen serta harta bendanya diambil orang yang menolongnya di Entikong. Oleh aparat setempat Ny. Aan diantarkan ke Dinas Sosial Propinsi Kalimantan Barat, disini Ny. Aan menginap selama 7 hari sambil memulihkan kesehatannya. Karena lama kondisinya tidak membaik maka dalam keadaan yang masih tidak dapat berjalan Ny. Aan diantarkan ke Pelabuahan Pontianak dan selanjutnya diberangkatkan ke pelabuhan Tanjung Periuk dengan kapal Nusantara.
Hari Sabtu tanggal 19 September 2009 malam Ny. Aan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Ny Aan oleh kesehatan pelabuhan langsung dirujuk ke RSUD Koja Jakarta Utara. Ny. Aan dirawat selama enam hari, dan karena kesehatannya sudah agak membaik oleh pihak RSUD Koja Ny. Aan diperbolehkan pulang. Berhubung tidak ada keluarga yang menemani maka PKR KWI bekerjasama dengan Peduli Buruh Migran mengusahakan kepulangannya ke kampung halaman.
Sabtu 26 September Ny. Aan diantar pulang oleh Peduli Buruh Migran sampai dirumahnya di Kampung Tonggoh, Kelurahan Sadananya, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis. Sesampai dirumah Ny. Aan disambut suami, anak-anak dan familinya dengan isak tanggis. Mereka terharu sekaligus bersyukur karena Ny. Aan kini sudah pulang dalam keadaan yang sehat dan selamat. Selama bekerja di Malaysia Ny. Aan tidak pernah memberi kabar kepada keluarganya dikampung. Dari anak-anaknya kami tahu bahwa selama Ny. Aan bekerja di Malaysia, gaji yang tiap bulan dititipkan ke Agency tidak pernah sampai kepada keluarganya di kampung.
Thursday, September 17, 2009
Kunjungan Perkumpulan Strada ke Keuskupan Bandung
KEMURAHAN HATI STRADA MELUAP SAMPAI KE BANDUNG
Kecuali terdengar bahwa ada gempa, terdengar pula pertanyaan ke PKR KWI, bagaimana menyalurkan sumbangan, bahkan beberapa bertanya tentang nomer rekening keuskupan Bandung.
Seperti dulu ketika gempa menimpa DIY dan sekitarnya, keuskupan Agung Semarang juga membuka rekening untuk menampung kemurahan hati umat.
Demikian perkumpulan Strada juga mengirim dana itu melalui rekening bank dan datang sendiri ke Bandung membawa dokumen bantuan dan sumbangan tunai. Demikian kisahnya:
Hari Rabu, 16 September 2009 pagi sekitar pukul 10.30 WIB Keuskupan Bandung mendapatkan kunjungan dari Perkumpulan Strada Jakarta. Rombongan diterima di Green House. Rombongan ini dipimpin oleh Bapak Saragih yang mewakili Rm. Markus Wanandi selaku pimpinan Perkumpulan Strada. Dalam rombongan ini terdapat pengurus perkumpulan, guru dan siswa-siswi yang mewakili 70-an sekolah yang berada di bawah naungan perkumpulan. Rombongan berjumlah 14 orang yang berasal dari Tangerang, Bekasi dan Jakarta Timur.
Kedatangan mereka di sambut oleh perwakilan dari Keuskupan Bandung yaitu Rm. Darman, Rm. Anton, Salomo, Subay, Ubay, Alex dan Frater Darman yang secara khusus datang dari Garut. Pada awal acara, Bapak Saragih memberikan dokumen bantuan uang yang diberikan untuk penanggulangan bencana gempa bumi 2 September lalu yang menimpa sebagian wilayah Keuskupan Bandung.
Jumlah bantuan uang tersebut adalah Rp. 347.800.000. Bantuan uang ini sudah ditransfer ke rekening keuskupan pada hari sebelumnya dan sejumlah uang tambahan yang diberikan dalam amplop. Dokumen serta uang tersebut diserahkan oleh Bapak Saragih kepada Rm. Darman. Sejumlah uang tersebut adalah sebuah bentuk aksi kepedulian yang melibatkan 24.000 siswa Perkumpulan Strada.
Pada acara tersebut, tim Caritas Bandung (Cariban) yang menjadi animator dalam penanggulangan resiko bencana kali tidak sekedar menerima bantuan saja. Cariban memberi penjelasan mengenai berbagai perkembangan yang informasinya didapat oleh Paroki Tasimalaya, Garut, Santo Paulus Mohamad Toha dan Santo Martinus Margahayu dan hasil survey mandiri Cariban sendiri. Sesi ini sebenarnya bukan sekedar berbagi informasi mengenai situasi terkini belaka, akan tetapi lebih pada semacam penyadaran tentang konsep bencana dan penanganan resiko bencana.
Kedua isu tersebut diperkuat juga dengan penayangan sebuah film boneka berdurasi pendek tentang langkah-langkah mengantisipasi ketika terjadi bencana. Film ini digandakan dan diberikan kepada perkumpulan dengan harapan dapat dijadikan sebagai salah satu muatan dalam sistem belajar mengajar di sekolah-sekolah.
Kehadiran perkumpulan ini adalah berkat bagi Keuskupan Bandung karena kejadian bencana tersebut meyakinkan bahwa Keuskupan Bandung tidak berjalan sendirian. Namun hal ini juga menandakan bahwa tanggung jawab kita bersama untuk menggunakan bantuan-bantuan tersebut sangat dituntut. Kami yakin bahwa semangat bela rasa mereka adalah semangat kita juga.
Sumber: dari email Salomo Marbun yang dikirim ke PKR KWI
Friday, September 4, 2009
Bantuan perawatan untuk Bayi Viona
Viona lahir pada tanggal 22 Juli 2009 pukul 14.45 WIB di Rumah Bersalin Melania, Matraman Jakarta Pusat. Ia lahir dengan bobot 3.3 kg dan panjang 48 cm. Ia merupakan anak dari seorang pekerja asal Kupang, NTT bernama Jamirah. Sebelumnya, Jamirah bekerja di Malaysia selama 2 tahun. Namun, pada suatu hari ia tertangkap oleh Polisi Malaysia dan dimasukkan ke penjara wanita. Setelah enam bulan dalam penjara, Jamirah dideportasi ke Indonesia dalam keadaan hamil 8 bulan. Keberadaan ayah sang janin tidak diketahuinya karena mereka telah terpisah semenjak Jamilah masuk penjara.
Proses kelahiran Viona yang didampingi oleh Suster Gembala Baik Jatinegara berjalan dengan lancar. Dalam proses ini, Suster Rina, RGS mengajukan permohonan bantuan kepada PKR KWI. Setelah mempelajari pengajuan tersebut, PKR KWI membantu biaya kelahiran bayi Viona sebesar Rp. 1.800.000.
Namun, karena bayi tersebut memiliki masalah dengan saluran pembuangannya, maka Suster Magalena, FMM dari yayasan Sekar Asih membawanya ke Balkemas di Roxy. Dokter yang ada disana menyarankan untuk memeriksakan Viona ke RS Carolus. Viona dilayani di UGD dan dokter jaga menyarankan untuk rawat inap. Akhirnya Bayi Viona dirawat di ruang Goretty, dan perkembangan kesehatannya masih menunggu informasi dari dokter yang merawatnya. Untuk biaya perawatan ini, Suster Magdalena dari Yayasan Sekar Asih mengajukan permohonan bantuan kepada PKR KWI, dan PKR KWI membantu sebesar sekitar Rp. 1.500.000.
Pendampingan Salim pulang ke Malingping Banten.
Setelah beberapa hari ditampung di shelter Peduli Buruh Migran (PBM), pada hari Selasa, 1 September 2009 Salim diantar pulang ke kampung halamannya di Malingping, Serang, Banten. Rombongan berangkat dari shelter pada pukul 21.00 WIB. Perjalanan ditentukan malam hari, agar tidak terjebak macet di jalan. Perjalanan ke Malingping ditempuh selama 7 jam.
Sesampai ditempat tujuan, Salim tidak dapat diantar sampai ke rumah karena:
1. Kondisi jalan yang tidak dpat dilalui kendaraan roda 4
2. Jarak dari tempat istirahat menuju rumah Salim memakan waktu 1 jam dengan ojek.
3. Jalanan bebatu dan banyak tanjakan.
Akhirnya, Salim dijemput oleh salah satu keluarganya dan untuk sementara beristirahat di rumah salah satu saudaranya. PBM sendiri kembali ke Jakarta pada pukul 04.00 WIB dan sampai pada pukul 10.00 WIB.
Thursday, August 27, 2009
Salim mengalami patah kaki
Wednesday, August 26, 2009
Pemulangan Rusmayani ke Lombok Timur
Rabu tanggal 5 Agustus 2009, atas biaya dari PKR KWI Raymond Kusnadi dari Peduli Buruh Migran mengantar pulang Rusmayani sampai ke rumahnya di desa Tanjung Teros Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Tuesday, August 25, 2009
PELATIHAN PENDIDIKAN DAMAI
Simpang Ulim adalah sebuah kota kecamatan di kabupaten Aceh Timur. Enam jam perjalanan jauhnya bila ditempuh dengan bus dari kota Banda Aceh. Bila kita menyebut Simpang Ulim, orang Aceh akan langsung mengenal sungai (Krueng dalam bahasa Aceh) Arakundo dan jembatan yang terbentang panjang diatasnya. Mereka pasti juga akan mengingat masa lalu yang kelam dari sungai Arakundo ini. Orang Aceh sendiri akan membelalakkan mata terkejut bila kami mengatakan akan pergi ke Simpang Ulim daerah sekitar sungai Arakundo. Masa lalu Simpang Ulim adalah gelap karena konflik yang pernah terjadi disana. Konflik yang meninggalkan luka dihati penduduknya.
Mengingat latar belakang Simpang Ulim yang demikianlah maka Sahabat Insan bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (LPMP) tergerak untuk menolong dengan mengadakan pelatihan pendidikan damai untuk para guru SD/MIN. Gerakan ini diteguhkan pula oleh kerinduan para kepala sekolah dan guru-guru.
Kamis tanggal 30 Juli 2009 di salah satu ruang kelas SDN 1 Simpang Ulim diadakan pelatihan damai bagi 28 orang guru agama dan PPKN yang mengajar di 14 SD/MIN kecamatan Simpang Ulim. Pelatihan ini diadakan satu hari dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB. Acara ini terkesan sangat padat karena materi yang banyak hanya diberikan dalam satu hari saja. Walau demikian tidak mengurangi semangat dan antusiasme para peserta pelatihan. Materi yang diberikan terdiri dari 12 bagian yaitu: menerima diri, prasangka, sukuisme, perbedaan agama, perbedaan jenis kelamin, perbedaan jenis status ekonomi, perbedaaan kelompok atau geng, memahami keragaman, memahami konflik, menolak kekerasan, mengakui kesalahan dan memberi maaf. Bapak Soleh, salah satu kepala sekolah yang mendampingi proses ini mengatakan materi yang diberikan sangat bagus dan cocok dengan situasi kami. Setelah pelatihan ini, guru-guru akan menularkan ilmu yang sudah didapat kepada anak-anak di sekolah masing-masing. Maka untuk bulan ini telah disepakai sebagian dana beasiswa akan dibelikan buku pendidikan damai yang akan mendukung pembelajaran pendidikan damai kepada anak-anak. Kami berharap dengan pembelajaran ini anak-anak akan mampu memaafkan orang lain dan berdamai dengan siapapun. Yang memberi materi pendidikan damai ini adalah Bapak Firdaus D. Nyak Idin. Beliau adalah agen peace generation Banda Aceh dari trainer 3R SCREAM CC Muhamadiyah Aceh (Keterangan: 3R = Right Responsibility Representative, SCREAM = Support on Child-Rights through Education, Art and Media).
Thursday, August 20, 2009
Kunjungan ke Simpang Ulim
Bantuan komputer untuk CC Lhoknga
Wednesday, August 19, 2009
PELATIHAN PEMANTAPAN METODE PEMBELAJARAN
Mengantar bayi kembar pulang kampung
Mengantar pulang Episanti dan bayi kembarnya.
Bela Rasa Kita Ikut Pelatihan Departemen Sosial
Monday, July 27, 2009
Pelatihan Yang Pernah Diikuti BRK
TIM RELAWAN BELA RASA KITA (BRK) PKR-KWI
Indonesia merupakan sebuah negeri yang rawan bencana. Bencana itu berwujud bencana alam maupun bencana buatan manusia atau gabungan dari keduanya. Bencana alam seperti gempa dan tsunami merupakan bencana yang terjadi semata-mata karena tingkah laku alam yang berada di luar kemampuan manusia untuk mengontrolnya. Untuk bencana seperti itu, manusia hanya dapat menyiapkan diri atau berusaha sedapat mungkin mengurangi korban yang ditimbulkannya, hal itu dilakukan misalnya dalam kegiatan yang disebut social rescue. Memang ada bencana alam yang terjadi karena kelalaian manusia dalam mengelola alam, misalnya tanah longsor yang diakibatkan oleh penggundulan hutan. Tetapi ada juga bencana yang terjadi semata-mata karena ulah manusia, seperti pertikaian antar golongan atau kelompok sebagai akibat penindasan dari pemegang kekuasaan.
Berdasarkan visi utamanya, PKR KWI adalah sebuah bagian dari Konferensi Waligereja Indonesia yang didirikan oleh para uskup pada tanggal 7 Januari, 1999 melalui Surat Keputusan No. 005/II/Pres.K/1999 untuk menanggapi krisis yang dialami oleh bangsa kita. Tujuan PKR-KWI adalah untuk menolong korban dan mereka yang selamat di dalam berbagai bencana dan kekerasan politik di Indonesia berdasarkan cinta kasih, kebenaran dan keadilan. Dalam menjalankan tugasnya, PKR-KWI senantiasa menjaga sifatnya yang independen, lintas agama, non-partisan, terbuka, konstitusional, cinta pada sesamanya secara utuh. Sebagai sebuah lembaga pelayanan kemanusiaan, PKR KWI tidak membedakan dalam menolong korban (tidak memandang suku, ras, agama dan golongan apapun), berpegang teguh pada prinsip-prinsip Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan. PKR KWI secara konsisten akan selalu terlibat aktif dalam mewujudnyatakan proses rekonsiliasi sejati dalam bangsa dan negara kita, sebagai bagian substansial dari agenda jangka panjang kemanusiaan kita: penghormatan hak-hak asasi manusia, demokrasi dan perdamaian di tanah air tercinta ini. Sebagai gerakan masyarakat sipil yang tengah melancarkan ikhtiar-ikhtiar penguatan perjuangan kemanusiaan dan hak-hak asasinya, PKR KWI senantiasa berusaha berpegang-teguh pada prinsip-prinsip self-help/self-advocacy, solidarity networking, otonomi, sustainability dan prinsip “gerakan aktif tanpa kekerasan” (active non-violence movement).
Fokus dalam proses penanganan bencana, PKR KWI sebagai crisis center selalu didukung oleh relawan-relawan yang senantiasa siap membantu untuk merencanakan dan melaksanakan program kerja PKR KWI tanpa mengenal lelah, waktu, dan tempat. Selama proses kerja sama dengan para relawan tersebut berjalan, suka dan duka selama hadir di tengah-tengah para korban dan keluarga korban telah mempersatukan dan mempererat persaudaraan sesama relawan. Dalam bekerjasama sebagai saudara ini kami saling belajar mengamati dengan cermat mana lessons learned yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki pelayanan. Lalu seiring berjalannya waktu dan kebutuhan PKR-KWI membentuk Tim Relawan yang bernama Bela rasa kita yang disingkat (BRK). BRK dibentuk dari sekelompok para mahasiswa yang memiliki interest dan keprihatinan yang sama terhadap bencana dan kepedulian sosial. Terhadap sesama mereka yang menjadi korban Beberapa para mahasiswa dan relawan ini memiliki pengalaman di daerah bencana seperti Tsunami Aceh 2005, Gempa Jogja 2006 dan Banjir Jakarta 2007.
Kegiatan-kegiatan BRK
Tentunya bencana tidak terjadi pada setiap hari, dan bukan keinginan kita untuk adanya bencana. Untuk mengisi kekosongan waktu, kelompok relawan ini tetap melakukan kegiatan rutin seperti pertemuan dan pelatihan pada setiap bulannya. Pertemuan untuk memperkuat interaksi diantara anggota dan pelatihan untuk terus mengingat ilmu pengetahuan plus keahlian yang pernah diikuti. Bila terjadi bencana alam dan kemungkinan besar kita bisa menjangkau, sangat dipastikan tim bencana ini ikut berpartisipasi. Secara tentatif BRK juga ikut berpartisipasi dalam masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang ada, selain itu BRK juga ikut dalam beberapa acara yang merupakan undangan dari beberapa lembaga yang membahas tentang disaster respons. Berikut ini beberapa kegiatan yang pernah diikuti oleh BRK:
- Banjir Jawa-Timur
- Banjir Jakarta
- Penggusuran Taman BMW di Sunter
- Membantu kesehatan korban lapindo yang berada di Jakarta
- Jebolnya Tanggul Situ Gintung
- Mengunjungi salah satu panti asuhan di Kawasan Pasar Minggu, dll
Harapannya semoga dengan hadirnya BRK sebagai tim relawan di tengah-tengah masyarakat dapat menjadi arti bagi yang lain terutama bagi mereka yang menjadi korban baik bencana maupun masalah sosial.
Thursday, July 23, 2009
Thursday, July 2, 2009
Universitas Abulyatama
Rating: | ★ |
Category: | Other |
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
www. wikipedia.org
Universitas Abulyatama
Didirikan 1983
Jenis Perguruan Tinggi Swasta
Rektor Prof.H. Burhanudi Salim,.M.SC.,PH,D
Lokasi Aceh Besar, Nanggröe Aceh Darussalam
Universitas Abulyatama adalah sebuah perguruan tinggi swasta yang terdapat di Aceh Besar, Indonesia,
Pada mulanya universitas ini berbentuk sekolah tinggi, yang dikelola dan didirikan oleh Yayasan Abulyatama Banda Aceh. Yayasan ini juga mengelola pondok pesantren, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah umum, dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, yang semuanya bernama Abulyatama.
Tenaga pengajar universitas ini berasal dari berbagai perguruan tinggi, antara lain sarjana dari UNPAD, ITB, UGM, UI, IKIP Jakarta, UPI, Unsyiah.
Misi utama pendiri Universitas ini ialah membantu anak yatim dan kaum duafa, sesuai dengan namanya, kata Arab Abulyatama berarti “bapak anak yatim”.
Wednesday, July 1, 2009
Universitas Syiah Kuala
Rating: | ★ |
Category: | Other |
www.wikipedia.org
Berdasarkan data yang ada di wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Syiah_Kuala), Universitas Syiah Kuala, disingkat Unsyiah, adalah perguruan tinggi negeri di Banda Aceh, Indonesia, yang berdiri pada 2 Juni 1961. Rektor Unsyiah pada tahun 2007 adalah Prof. Darni M. Daud PhD. Universitas ini terletak di Banda Aceh, Tepatnya di Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam. Kampus Unsyiah berjarak 8 Km kearah timur Kota Banda Aceh, 22 Km dari Bandara Sultan Iskandarmuda, dan 32 Km dari Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya.
Sejarah Ringkas
Universitas Syiah Kuala, merupakan wujud dari keinginan rakyat Aceh untuk memiliki sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri, sebagaimana yang pernah ada dan berkembang pada masa silam.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh telah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang terkenal. Para mahasiswa dan staf pengajar berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Kesultanan Turki, Iran, dan India. Syiah Kuala, yang namanya ditabalkan pada perguruan tinggi negeri di Serambi Mekkah ini, adalah seorang ulama Nusantara terkemuka yang bernama Tengku Abdur Rauf As Singkili di abad XVI, yang terkenal baik di bidang ilmu hukum maupun keagamaan.
Pada tahun 1957, awal Provinsi Aceh terbentuk, para pemimpin pemerintahan Aceh, antara lain oleh Gubernur Ali Hasjmy, Penguasa Perang Letnan Kolonel H. Syamaun Ghaharu dan Mayor T. Hamzah Bendahara serta didukung para penguasa, cendikiawan, ulama, dan para politisi lainnya telah sepakat untuk meletakkan dasar bagi pembangunan pendidikan daerah Aceh.
Tanggal 21 April 1958, Yayasan Dana Kesejahteraan Aceh (YDKA) dibentuk dengan tujuan mengadakan pembangunan dalam bidang rohani dan jasmani guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. YDKA pada awalnya dipimpin oleh Bupati M. Husen, Kepala Pemerintahan Umum pada Kantor Gubernur pada waktu itu, yang kemudian dipimpin oleh Gubernur Ali Hasjmy. YDKA menyusun program antara lain: a. Mendirikan perkampungan pelajar/ mahasiswa di ibukota provinsi dan setiap kota kabupaten dalam wilayah Nanggroe Aceh Darussalam. b. Mengusahakan berdirinya satu Universitas untuk daerah Nanggroe Aceh Darussalam.
Selaras dengan ide tersebut, tanggal 29 Juni 1958, Penguasa Perang Daerah Istimewa Aceh membentuk KOMISI PERENCANA DAN PENCIPTA KOTA PELAJAR/MAHASISWA. Komisi yang dipandang sebagai saudara kandung YDKA ini mempunyai tugas sebagai komisi pencipta, badan pemikir, dan inspirasi bagi YDKA, sehingga komisi ini dipandang sebagai modal utama pembangunan perkampungan pelajar/mahasiswa.
Komisi pencipta diketuai oleh Gubernur Ali Hasjmy dan Letkol T. Hamzah sebagai wakil ketua. Hasil karyanya yang pertama adalah menciptakan nama DARUSSALAM untuk kota pelajar/mahasiswa, dan SYIAH KUALA untuk Universitas yang didirikan. Seterusnya berbagai usaha dilakukan oleh YDKA bersama Komisi Pencipta untuk mewujudkan pembangunan Darussalam dan Universitas Syiah Kuala.
Tekad pemerintah dan rakyat Aceh untuk membangun kembali dunia pendidikan Aceh, telah terpatri dengan kokoh didalam dada, sehingga setahun kemudian, pada tanggal 17 Agustus 1958 telah dilangsungkan upacara peletakan batu pertama kota pelajar/ mahasiswa (KOPELMA) Darussalam oleh Menteri Agama K.H. Mohd. Ilyas atas nama pemerintah pusat, seminggu kemudian diikuti dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung di Darussalam yang dilakukan oleh Menteri PDK Prof. Dr. Priyono.
Setahun kemudian keinginan dan cita-cita rakyat Aceh untuk memiliki sebuah perguruan tinggi telah menjadi kenyataan. Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam secara resmi dibuka Presiden Soekarno pada tanggal 2 September 1959, diiringi pembukaan selubung Tugu Darussalam dan peresmian pembukaan fakultas pertama dari Universitas Syiah Kuala, yaitu Fakultas Ekonomi. Tanggal 2 September ini selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, yang diperingati setiap tahun oleh rakyat Aceh, hari yang mengandung makna kebangkitan kembali pendidikan di daerah ini.
Pada pembukaan dan peresmian Kopelma Darussalam, Presiden Soekarno menyatakan bahwa Darussalam sebagai pusat pendidikan daerah Aceh adalah lambang iklim damai dan suasana persatuan, hasil kerjasama antara rakyat dan para pemimpin Aceh, serta sebagai modal pembangunan dan kemajuan daerah Aceh khususnya, dan Indonesia umumnya.
Sejarah telah membuktikan bahwa tekad bulat telah mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan, dan kenyataan ini telah diabadikan dalam guratan pada Tugu Darussalam melalui tulisan tangan seorang pemimpin negara.
Mulai saat itu, semua komponen rakyat Aceh ikut mencurahkan pikiran dan tenaga serta bekerja bahu membahu dalam membangun Darussalam sehingga berdirinya Universitas Syiah Kuala. Polisi, tentara, pegawai, anak sekolah, rakyat di sekitar perkampungan Darussalam, turut serta bergotong royong dengan penuh keikhlasan untuk mendirikan dan menyumbangkan tenaga bagi pembangunan Darussalam, yang dipandang sebagai “Jantung Hati Rakyat Aceh"?.
Cikal bakal Unsyiah yang dimulai dari Fakultas Ekonomi, dilanjutkan dengan pembentukan Fakultas Kedokteran Hewan dan Ilmu Peternakan pada tahun 1960. Unsyiah, sebagai sebuah universitas secara resmi baru dinyatakan pada tanggal 21 Juni 1961 melalui SK Menteri PTIP No. 11 Tahun 1961 dan pengesahaannya melalui Keputusan Presiden No. 161 tanggal 24 April tahun 1962. Bersamaan dengan SK pembukaan Unsyiah, maka dibuka pula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.
Pengembangan Unsyiah dilanjutkan dengan pendirian Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran, Fakultas MIPA, dan Fakultas FISIP. Disamping 9 buah Fakultas dengan jenjang Strata 1 tersebut, hingga saat ini Unsyiah telah memiliki program profesi untuk dokter dan dokter hewan, program diploma 3 (D-III) Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas MIPA, program diploma 2 (D-II PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian, serta kelas paralel S1 FKIP.
Selain itu, Universitas Syiah Kuala juga telah membuka program Pasca Sarjana (PPs) Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Magister Manajemen (MM), Konservasi Sumber Daya Lahan (KSDL), Manajemen Pendidikan (MP), dan Magister Teknik (MT). Pada tahun ajaran 1998/1999, Universitas Syiah Kuala telah menerima mahasiswa baru untuk Program Doktor (S3) dalam bidang ilmu ekonomi.
Sejak didirikan, Unsyiah berturut-turut dipimpin oleh Kolonel M. Jasin dengan sebutan Pj. Presiden, Drs. Marsuki Nyak Man dengan sebutan ketua Presidium, Drs. A. Madjid Ibrahim sebagai Rektor, seterusnya Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA., Prof. Dr. Abdullah Ali, M.Sc., Dr. M. Ali Basyah Amin, MA., Prof. Dr. Dayan Dawood, MA., Prof. Dr. Abdi A. Wahab, M.Sc., dan kini Unsyiah berada dibawah pimpinan Rektor Darni M. Daud PhD.
Profil IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
Rating: | ★ |
Category: | Other |
Sejarah Singkat IAIN Ar-Raniry
Lahirnya IAIN Ar-Raniry didahului dengan berdirinya Fakultas Syari'ah pada tahun 1960 dan Fakultas Tarbiyah tahun 1962 sebagai cabang dari IAIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta. Di samping itu pada tahun yang sama (1962), didirikan pula Fakultas Ushuluddin sebagai Fakultas swasta di Banda Aceh. Setelah beberapa tahun menjadi cabang dari IAIN Yogyakarta, fakultas-fakultas tersebut berinduk ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama enam bulan sampai IAIN Ar-Raniry diresmikan. Pada saat diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1963, dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1963.
Sebagai IAIN ketiga di nusantara setelah IAIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Ar-Raniry terus maju dan berkembang. Hal ini terlihat, ketika IAIN Ar-Raniry diresmikan (5 Oktober 1963) baru memiliki tiga fakultas, yaitu Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin, namun baru berusia 5 tahun telas diresmikan pula Fakultas Dakwah (tahun 1968) sebagai fakultas dakwah pertama di lingkungan IAIN di Indonesia. Pada tahun 1968 ini pula, IAIN Ar-Raniry ditunjuk sebagai induk dari dua fakultas agama berstatus negeri di Medan (cikal bakal IAIN Sumatera Utara) yaitu Fakultas Tarbiyah dan Syari'ah yang berlangsung selama 5 tahun.
Untuk menyamai dengan IAIN-IAIN lain, pada tahun 1983, Fakultas Adab resmi menjadi salah satu dari 5 fakultas di lingkungan IAIN Ar-Raniry.
IAIN adalah singkatan dari Institut Agama Islam Negeri dan kata Ar-Raniry yang dinisbahkan kepada IAIN Banda Aceh adalah nama seorang Ulama besar dan mufti yang sangat berpengaruh pada masa Sultan Iskandar Tsani ( memerintah tahun 1637-1641). Ulama besar tersebut nama lengkapnya Syeikh Nuruddin Ar-Raniry yang berasal dari Ranir (sekarang Rander) di Gujarat, India. Beliau telah memberikan konstribusi yang amat berharga dalam pengembangan pemikiran Islam di Asia Tenggara khususnya di Aceh.
Dalam historitasnya sejak berdiri, IAIN Ar-Raniry sebagai lembaga pendidikan tinggi, telah menunjukkan peran dan signifikansinya yang strategis bagi pembangunan dan perkembangan masyarakat. Alumninya yang sudah merata ditemukan pada hampir seluruh instansi pemerintah dan swasta (termasuk di luar Aceh), tidaklah berlebihan untuk disebutkan kalau lembaga ini telah berada dan menjadi "jantong hate masyarakat Aceh".
Sejak diresmikan pada tahun 1963, IAIN Ar-Raniry telah dipimpin oleh beberapa rektor, yaitu:
1. A. Hasjmy, alm. (1963-1965)
2. Drs. H. Ismuha, alm. (1965-1972)
3. Ahmad Daudy, MA (1972-1976) sekarang Prof. Dr. H. Ahmad Daudy, MA
4. Prof. A. Hasjmy, alm. (1976-1982).
5. Prof. H. Ibrahim Husein, MA (1982-1987 dan 1987-1990).
6. Drs. H. Abd. Fattah, alm. (1990-1995).
7. Prof. Dr. H. Safwan Idris, MA, alm(1995-2000).
8. Prof. Dr. H. Al Yasa Abubakar, MA (Plh) (2000-2001)
9. Prof. Dr. H. Rusjdi Ali Muhammad, SH (Mei 2001 s/d 2005)
10.Prof. Drs. H. Yusny Saby, MA., Ph. D (Juli 2005 sampai sekarang).
Perkembangan kepemimpinan fakultas-fakultas dalam lingkungan IAIN Ar-Raniry adalah sebagai berikut :
1. Fakultas Syari'ah
a. Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, alm. (1960-1962)
b. Drs. H. Ismuha, alm. (1962-1971 dan 1971-1973).
c. Drs. Hasballah A. Latif, alm. (1973-1976 dan 1976-1977).
d. Drs. H. Ismuha, SH, alm. (1977-1980).
e. Drs. M. Ali Muhammad, alm. (1980-1982).
f. Drs. Hasballah A. Latif, alm. (1982-1985).
g. Prof. Dr. H. Ismuha,SH, alm. (1985-1988).
h. Drs. H. Abd. Fattah, alm. (1988-1991).
i. Drs. Muchtar Hasyim, alm. (1991-1993).
j. Drs. H. Muhammad Sulaiman (1994-2000).
k. Drs. H. A. Hamid Sarong, SH, MH (2000-2004 dan 2004-2008)
l. Drs. Nazaruddin A. Wahid, MA (Juni 2008 sampai sekarang)
2. Fakultas Tarbiyah
a. H. Ibrahim Husein, MA (1962-1963, 1963-1967, 1967-1970, 1970-1972 dan 1972-1973).
b. Drs. Ramly Maha (1973-1975 dan 1975-1977).
c. Drs. A.R. Ishaq, alm. (1977-1978,1978-1980 dan 1980-1982).
d. Drs. M. Saleh Husein, alm. (1982-1985 dan 1985-1988).
e. Drs. Ramly Maha (1988-1991).
f. Drs. M. Ali Wari (1991-1996)
g. Drs. Amir Daud (1996-2000).
h. Dr. Warul Walidin Ak, MA. (2000-2001).
i. Prof. Dr. H. M. Hasbi Amiruddin, MA (2001-2004)
j. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA (2004-2008)
k. Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA (Juni 2008 sampai sekarang).
3. Fakultas Ushuluddin
a. H. Usman Yahya Tiba, LT, alm. (1963-1966,1965-1968 dan 1968-1972).
b. Dr. M. Daud Remantan, alm. (1972, 1976, 1975-1977 dan 1977-1978).
c. H. Ahmad Daudy, MA (1978-1980).
d. Dr. M. Daud Remantan, alm. (1980 -1982).
e. Drs. Said Mahmud AR, alm. (1982-1985 dan 1985-1988).
f. Dr. M. Daud Remantan, alm. (1988-1989).
g. Drs. Tgk. H. Ismail Yacob (1989-1991 dan 1991-1994).
h. Drs. Hasbalah Ahmad, alm. (1994-1996).
i. Drs. Husainy Ismail (1996-2000).
j. Dr. Daniel Djuned, MA (2000-2004)
k. Prof. Dr. H. Daniel Djuned, MA (2004-2008)
l. Dr. H. Syamsul Rijal, M. Ag (Juni 2008 sampai sekarang)
4. Fakultas Dakwah
a. Ali Hasjmy, alm. (1968-1971,1971-1975 dan 1975-1977).
b. Drs. M. Thahir Harun, alm. (1977-1978, 1978-1980 dan 1980-1982).
c. Drs. Syahabuddin Mahyiddin (1982-1985).
d. Drs. Abdurrahman Ali, alm. (1985-1988).
e. Drs. M. Hasan Basry, MA (1988-1991).
f. Drs. Amir Hasan Nasution, alm. (1991-1996)
g. Dr. H. Rusjdi Ali Muhammad,SH (1996-2000)
h. Dr. H. Rusjdi Ali Muhammad,SH (2000-2001)
i. Drs. H. A. Rahman Kaoy (2001-2004)
j. Dr. Hj. Arbiyah Lubis (2004-2008)
k. Drs. Maimun, M. Ag. (Juni 2008 sampai sekarang).
5. Fakultas Adab
a. Drs. A. Gani Sulaiman, alm. (1983-1986).
b. Drs. Syahabuddin Mahyiddin (1986-1988 dan 1988-1991).
c. Drs. M. Razali Amin (1991-1996).
d. Drs. H. Zubeir Raden, MA (1996-2000).
e. Drs. H. Zubeir Raden, MA (2000-2004)
f. Dr. H. Azman Ismail, MA (2004-2008)
g. Prof. Dr. Misri A. Muchsin, M. Ag (Juni 2008 sampai sekarang).