Saturday, May 25, 2019

Bukber Berkah Bersama Bisu dan Tuli


Yogyakarta-Acara buka puasa bersama alias “Bukber” di bulan Ramadhan merupakan suatu cara yang efektif untuk mempererat hubungan harmonis antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya khusus kalangan umat muslim, sebagian besar masyarakat Indonesia juga mempergunakan momen buka puasa bersama untuk bertemu, saling berbagi dan memberikan motivasi satu dengan yang lainnya di bulan yang penuh Rahmat. Begitu juga halnya “Bukber” yang diadakan oleh Pusbisindo (Pusat Bahasa Isyarat Indonesia), komunitas DAC (Deaf Art Community) dan komunitas Ceritasyarat dengan teman-teman bisu dan tuli di Umbulharjo, Yogyakarta.

Saya, Arta Purba sebagai perwakilan relawan Sahabat Insan, komunitas yang sama-sama memperhatikan orang-orang tersingkirkan, turut serta dalam acara Bukber ini. Disadari atau tidak, teman-teman bisu dan tuli juga termasuk dalam kelompok yang tersingkirkan. Mereka kerap dikucilkan dan tidak mendapat tempat di dalam masyarakat karena keterbatasan mereka. Oleh karena itu, melalui acara Bukber ini diharapkan dapat membuka ruang bagi mereka (bisu dan tuli) untuk berinteraksi dengan yang lainnya secara lebih dekat dan transparan tanpa membeda-bedakan. 
Hal ini juga ditekankan oleh ketua organisasi Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia) Bidang Kepemudaan se-Indonesia, Phieter Angdika ketika membuka acara. Mahasiswa Universitas Sanathadarma jurusan Sastra Bahasa Indonesia semeter IV tersebut menyapa semua peserta dengan menggunakan isyarat dengan bantuan seorang penerjemah untuk sekaligus memperkenalkan bahasa isyarat kepada semua peserta tanpa terkecuali.
 
Phieter Angdika membuka acara Bukber
Ia mengajak hadirin menggunakan kesempatan “Bukber” untuk berkomunikasi langsung dengan teman-teman bisu dan tuli. Menurut pria yang juga bekerja sebagai Peneliti Junior Bahasa Isyarat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia ini, tidak ada kata terlambat bagi peserta yang baru pertama kali bergabung dalam komunitas untuk mempelajari bahasa isyarat dengan bantuan beberapa rekan relawan bisu dan tuli yang sudah mahir menjadi penerjemah bahasa isyarat.  

Pada saat santap bersama, teman-teman bisu dan tuli yang merupakan perwakilan dari berbagai universitas di Yogyakarta berusaha berkomunikasi dengan peserta “Bukber” lainnya dengan bantuan relawan dari berbagai komunitas. Meskipun sedikit sulit, namun komunikasi menggunakan bahasa isyarat lumayan mengasyikkan bagi pemula maupun awam karena kerterbukaan untuk saling memberi dan menerima. Suasana semakin cair ketika komunikasi berlangsung dengan efektif dipenuhi canda dan tawa. 

Teman-teman bisu dan tuli memperkenalkan bahasa isyarat melalui percakapan sederhana yang digunakan sehari-hari seperti memperkenalkan nama, mengucapkan terima kasih, meminta maaf dan memberikan tepuk tangan sebagai pujian serta penggunaan bahasa isyarat seputar bulan puasa.  

Usai santap malam, acara dilanjutkan dengan games tebakan singkat. Dalam satu putaran, akan ada lima peserta yang bukan bisu dan tuli maju ke depan untuk memperagakan apa yang tertulis di kertas undian dengan menggunakan bahasa isyarat. Sementara teman-teman bisu dan tuli akan berusaha menebak apa yang dimadsud oleh orang tersebut. Peserta yang berhasil memperagakan dengan baik dan lucu akan keluar sebagai pemenang dan mendapatkan hadiah.   

Games tebakan singkat oleh peserta Bukber
Acara dilanjutkan dengan sharing mengenai pesan Ramadhan dan diskusi seputar acara Bukber. Peserta diajak memberikan masukan dan harapan rencana kegiatan ke depannya sebagai sebuah gerakan nyata untuk mendukung dan membantu teman-teman bisu dan tuli baik dalam kehidupan bermasyarakat, dunia pendidikan kampus dan bebagai kegiatan lainnya. Semua peserta memberikan saran dan masukan pada selembar kertas kemudian dikumpulkan kepada panita penyelenggara untuk dikaji lebih rinci. 

Ketua Pusbisindo, Laura, mengungkapkan rasa syukurnya atas terselenggaranya kegiatan “Bukber” bisu dan tuli ini. Melalui kegiatan bersama seperti ini, menurutnya sangat membantu para penyandang bisu dan tuli untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas dan tak melulu "hanya" dengan sesama mereka. Dengan demikian, dapat semakin menumbuhkan rasa percaya diri dan menghilangkan sekat pemisah di antara penyandang bisu dan tuli dalam interaksi sosial di masyarakat. 

Wanita yang sudah memimpin sejak 2009 ini juga menjelaskan secara singkat visi Pusbisindo untuk mengadvokasi pemerintah dalam penggunaan bahasa isyarat alamiah bagi semua anak-anak bisu dan tuli di Indonesia. Menurutnya, pertumbuhan psikologi, mental dan fisik anak bisu dan tuli sangat tergantung dari pola berkomunikasinya sejak kecil. Oleh karena itu, bagi orangtua, kerabat atau siapa saja yang memiliki anak bisu ataupun tuli, ada baiknya mempelajari bahasa isyarat melalui program PLJ Pusbisindo sehingga bisa memperkenalkan bahasa isyarat dan berkomunikasi dengan anak bisu dan tuli sejak dini.

Program ini, menurutnya sudah mulai direalisasikan secara luas di dalam masyarakat melalui pendidikan anak usia dini, SD hingga ke tingkat Perguruan Tinggi. Ia juga mengapresiasi berbagai komunitas yang peduli dengan para penyandang bisu dan tuli seperti HMTI (Himpunan Mahasiswa Tuli Indonesia) untuk ikut mengadvokasi kampus, DAC yang fokus dalam mengembangkan bakat seni khusus bisu dan tuli, serta komunitas Ceritasyarat.

Ia juga mengapresiasi PSIBK (Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus) yang sudah disediakan di beberapa kampus, salah satunya Universitas Sanata Darma  untuk memfasilitasi mahasiswa tuli dan bisu.  


Peserta Bukber Bisu dan Tuli di Umbulharjo, Yogyakarta
Ia berharap semoga dengan gerakan advokasi bersama ini, semakin terbuka ruang yang lebar dan kesempatan yang sama bagi para penyandang bisu dan tuli di dalam masyarakat, di pemerintahan dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.