Tanggal 16 Juli 2022, Suster Laurentina SDP, Romo Marcel, Romo Louis Montero, Jeni Laamo dan Kakak Lia berkunjung ke
Oenlasi, Timor Tengah Selatan. Mereka membawa bantuan sosial berupa pakaian layak
pakai dan sembako untuk dibagikan kepada korban terdampak bencana. Dari Kupang
untuk bisa sampai ke Pastoran Paroki S. Fransiskus. X, Noetoko membutuhkan
waktu kurang lebih lima jam perjalanan. Bantuan sosial ini dibawa menggunakan mobil
Keuskupan PSE dan satu mobil pick up
karena mobil jenazah (yang biasanya digunakan untuk membawa barang-barang) harus mengantar jenazah PMI yang hari ini tiba di Kupang, sehingga Suster
memutuskan untuk menyewa satu mobil sehingga semua bantuan yang sudah disiapkan
bisa dibawa dan dibagikan kepada korban bencana.
Rombongan diajak oleh Romo Marcel singgah di salah satu rumah umat yang ada di Cabang Oenlasi. Di sana mereka disuguhi sirih pinang, sesuai dengan adat istiadat suku Timor di NTT. Sirih pinang menjadi makanan wajib yang ditawarkan kepada setiap tamu yang datang ke rumah, dan tamu diwajibkan untuk mengambilnya. Tidak harus dimakan, hanya perlu mengambil dan menyimpannya itu sudah lebih dari cukup. Suguhan dilengkapi dengan kopi dan teh serta pisang goreng yang masih panas. Sungguh nikmat di saat mereka harus berperang dengan daerah dingin seperti ini. Sambil menyantap hidangan yang disuguhkan, mereka bercerita banyak hal bersama dengan umat di sini.
Satu jam berlalu dan kami melanjutkan perjalanan ke Noetoko. Untuk bisa sampai ke Pastoran Paroki Noetoko, mobil harus melewati kali yang airnya mengalir lembut. Syukurlah sedang tidak banjir sehingga rombongan bisa melewatinya.
Sampai di pastoran paroki, mereka kembali disuguhi teh, kopi, ubi rebus dan ubi goreng. Romo juga menyiapkan makan siang. Rombongan diterima dengan hangat oleh umat dan selanjutnya bantuan-bantuan yang sudah di-packing itu diturunkan dan ditaruh dengan rapi. Totalnya ada 50 paket. Untuk 8 paket dipisahkan karena paket itu dikhususkan untuk 8 KK yang kehilangan rumah mereka. Satu per satu nama Kepala Keluarga dipanggil. Suster dan Romo diminta untuk menyerahkannya kepada mereka. Hingga nama terakhir disebut dan semua bantuan tersampaikan, tim bisa bernapas lega. Syukur kepada Allah karena kegiatan bantuan sosial hari ini dapat berjalan dengan lancar. Senyum bahagia terpancar dari penerima bantuan yang terdampak bencana longsor ini.
Selanjutnya mereka pergi ke lokasi bencana. Tepatnya berada di Kampung Balu, Desa Fenun, RT/RW 15/8, Dusun 4. Bencana alam longsor ini menyebabkan 38 KK terdampak bencana. Ada 8 KK yang rumahnya hilang sama sekali. Di lokasi bencana ini pun tim bertemu dengan Ibu Emi Nomleni (Ketua DPR NTT) yang juga sedang mengantar bantuan bagi korban berupa sembako. Menurut Ibu Emi, untuk saat ini bantuan difokuskan kepada kebutuhan pangan masyarakat yang terdampak dan bantuan selanjutnya adalah untuk memenuhi kebutuhan papan. Ibu Emi masih melakukan pengarahan dan rombongan Suster memutuskan untuk segera melihat lokasi bencana. Tim naik sampai ke atas bukit dan dari sini bisa melihat lokasi bencana secara keseluruhan. Hanya ada tanah longsor yang menutupi rumah-rumah warga. Keterangan dari warga setempat bahwa kejadian naas ini terjadi pada subuh, 3 Juli. Syukurlah tidak ada korban jiwa dari peristiwa ini karena diselamatkan oleh seorang anak disabilitas yang saat tengah malam hendak buang air kecil dan melihat tanah yang retak di sekitar rumah. Anak itu lalu memberitahukan hal tersebut kepada ayahnya dan ayahnya segera menyuruh orang-orang untuk meninggalkan rumah mereka dan mencari tempat yang aman. Jika sebelumnya ada jalan beraspal yang menghubungkan RT 15 dan RT 16, sekarang ini tertutup akibat longsor.
Sebagai tanda terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, masyarakat setempat memberikan selendang kepada para Romo, Suster dan relawan yang hadir. Mereka juga melakukan penerimaan secara adat sebelum akhirnya rombongan pamit dan menuju tempat penginapan di Paroki Fatulunu.
Puji Tuhan kegiatan Bakti Sosial ini berjalan dengan lancar. Semoga Allah Bapa menguatkan dan memampukan mereka, masyarakat yang terdampak akibat bencana longsor ini, yang kehilangan rumah juga hewan ternak dan kebun, untuk terus bertahan dan berjuang terus, untuk bisa tetap melanjutkan hidup. Memang apa yang terjadi pada mereka adalah sesuatu yang tidak bisa untuk mereka perbaiki namun setidaknya hidup harus terus berjalan. Apa yang bisa mereka lakukan saat ini, itulah yang perlu untuk dilakukan. Semoga Allah Bapa memberkati dan menyertai mereka selalu. Amin.