23 Juli mendatang akan diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Dan bila mengutip Pedoman Hari Anak Nasional tahun 2021, yang dipublikasikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, peringatan Hari Anak Nasional merupakan momentum yang penting yang menggugah kepedulian dan pasrtisipasi dari seluruh komponen bangsa Indonesia dalam menjamin pemenuhan hak anak atas hak hidup, tumbuh berkembang dan berpastisipasi secara wajar sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Bincang-bincang ini akan menelaah lebih jauh sub tema: Bunda Maria Mendampingi Korban Kekerasan, dengan contoh-contoh yang terjadi di lapangan. Tanpa disadari, selama ini kekerasan terjadi di sekitar kita, dan kekerasan itu banyak ragamnya. Malam ini perbincangan lebih difokuskan pada tema kekerasan seksual.
Sebagai pengantar, Romo Ismartono, SJ menguraikan cara merenungkan tema ini. Tentu kita tidak dapat menemukan dalam kitab suci alkisah tentang Bunda Maria mendampingi anak korban kekerasan. Tapi cara berpikirnya begini. Yang jelas kita tahu bahwa Bunda Maria mencintai Yesus, dan Yesus mencintai anak-anak sehingga ada kalimat yang berbunyi "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalangi mereka sebab yang memiliki Kerajaan Allah.(Mat 19:14 atau Markus 10:14) Kehadiran Yesus dalam segala jaman terwujud dalam Gereja, dan bagi kita orang Katolik, Gereja dibimbing oleh Paus. Maka untuk mengetahui sikap Yesus di jaman ini, kita mencermati apa yang dikatakan atau diprihatinkan oleh Gereja lewat Paus Fransiskus.
Apa yang diprihatinkan sekarang ini?
Pelecehan terhadap anak, kekerasan kepada mereka itu bukan barang baru. Dikutip dari wikipedia, dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh Uskup Agung Silvano Maria Tomasi pada bulan September 2009, Tahta Suci menyatakan, "Kita tahu sekarang bahwa dalam 50 tahun terakhir antara 1,5% dan 5% dari Klerus Katolik telah terlibat dalam kasus pelecehan seksual", menambahkan bahwa angka ini sebanding dengan kelompok dan denominasi lain. Sebuah artikel tahun 2010 di majalah Newsweek melaporkan bahwa angka kekerasan terhadap anak-anak oleh orang dewasa Katolik serupa dengan yang terjadi pada populasi orang dewasa pada umumnya.
Kejadian-kejadian tersebut mengena pada Gereja Katolik. Umat Katolik Prancis malu. Rata-rata 330 ribu anak dilecehkan oleh pekerja Gereja. Rata-rata 4000 per tahun (diberitakan pada tanggal 5 Oktober 2021). Salah satu contoh, ada mantan Romo yang melecehkan anak laki-laki sebanyak 75 orang selama puluhan tahun.
Francois Devaux, seorang yang mendirikan persekutuan La Parole Liberee, mengatakan kepada wakil-wakil Gereja dalam peristiwa publik: "Kamu harus membayar semua kejahatan ini. Anda adalah aib bagi kemanusiaan. Di neraka ini, telah terjadi kejahatan massal yang keji. Tapi ada yang lebih buruk lagi: pengkhianatan kepercayaan, pengkhianatan moral, pengkhianatan terhadap anak-anak." Dia menuduh Gereja pengecut dan mengutuk sistemnya yang menyimpang.
Bapa Suci sendiri malu juga dengan kejadian pelecehan seksual di Prancis 6 Oct 2021. Apa yang Bapa Paus lakukan? Berdoa kepada Bunda Maria. Semoga Maria Yang Maha Kudus, Bunda yang penuh kelembutan dan belas kasih, membantu kita untuk melaksanakan, dengan murah hati dan menyeluruh, tugas kita untuk dengan rendah hati mengakui dan memperbaiki ketidakadilan di masa lalu dan untuk tetap setia dalam pekerjaan melindungi mereka yang paling dekat dengan Hati Yesus. (dari Vatikan, 2 Februari 2015 pada Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah).
Tidak hanya berdoa, Paus Fransiskus juga melakukan 7 langkah untuk mengatasi masalah ini:
1) Mendirikan Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak di Bawah Umur.Komisi ini pertama kali diumumkan pada Desember 2013, dengan tujuan menawarkan proposal dan prakarsa yang dimaksudkan untuk meningkatkan norma dan prosedur untuk melindungi anak-anak dan orang dewasa yang rentan. Dalam Komisi ini, ditunjuk sejumlah orang berkualifikasi tinggi yang terkenal karena pekerjaan mereka di bidang ini. Pada pertemuan di Bulan Juli dengan orang-orang yang telah menderita pelecehan seksual oleh para Imam, Paus Fransiskus sangat tersentuh oleh kesaksian mereka tentang kedalaman penderitaan mereka dan kekuatan iman mereka. Pengalaman ini menegaskan kembali keyakinan bahwa segala sesuatu yang mungkin harus dilakukan untuk membersihkan Gereja dari momok pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur dan untuk membuka jalur rekonsiliasi dan penyembuhan bagi mereka yang dilecehkan. "Kita tidak menunjukkan kepedulian kepada anak-anak kecil. Kita meninggalkan mereka. (16 Agustus 2018).
2) Menambah anggota agar lebih banyak yang terlibat
Untuk alasan ini, Desember (2013) yang lalu, Bapa Suci menambahkan anggota baru ke Komisi tersebut, untuk mewakili Gereja-Gereja Khusus di seluruh dunia. Hanya dalam beberapa hari, semua anggota akan bertemu di Roma untuk pertama kali.
3) Sarana Baru: Setiap Tingkat
Bapa Suci percaya bahwa Komisi akan menjadi sarana baru yang penting dan efektif untuk membantu Paus mendorong dan memajukan komitmen gereja di setiap tingkat: Konferensi Waligereja, Keuskupan, Institut Hidup Bakti dan Serikat Hidup kerasulan, dan lainnya, untuk mengambil langkah apa pun yang diperlukan untuk memastikan perlindungan anak di bawah umur dan orang dewasa yang rentan, dan untuk menanggapi kebutuhan mereka dengan adil dan belas kasihan.
4) Hal Tersebut Dimohon Untuk Jadi Prioritas
Keluarga perlu mengetahui bahwa Gereja melakukan segala upaya untuk melindungi anak-anak mereka. Mereka juga harus tahu bahwa mereka memiliki hak untuk berpaling ke gereja dengan kepercayaan penuh, karena itu adalah rumah yang aman dan terjamin. Oleh karena itu, prioritas tidak boleh diberikan kepada jenis perhatian lain, apa pun sifatnya, seperti keinginan untuk menghindari skandal, karena sama sekali tidak ada tempat bagi pelayanan mereka yang melecehkan anak di bawah umur.
Gereja yang bisa dipercaya sebenarnya adalah ungkapan dari Paus Benediktus XVI, ketika beliau berkunjung ke Irlandia dan menemukan kondisi yang parah di sana. "Anda telah sangat menderita dan saya benar-benar minta maaf. Saya tahu bahwa tidak ada yang benar-benar membatalkan kesalahan yang telah Anda alami. Kepercayaan Anda telah dikhianati dan martabat Anda telah dilanggar. Kita semua tersinggung oleh dosa dan kegagalan beberapa anggota Gereja" - Paus Benediktus XVI (Paragraf 6 Surat Paus Benedictus XVI, kepada umat Katolik di Irlandia, pada tanggal 19 Maret 2010).
"Saat Anda menggunakan doa ini dalam keluarga, paroki, dan komunitas Anda, semoga Perawan Maria yang Terberkati melindungi dan membimbing Anda masing-masing menuju persatuan yang lebih erat dengan Putranya, yang disalibkan dan bangkit. Dengan kasih sayang yang besar dan keyakinan yang teguh pada janji-janji Tuhan, saya dengan hormat memberikan Berkat Apostolik saya kepada Anda semua sebagai janji kekuatan dan kedamaian di dalam Tuhan." (Dari Vatikan, 19 Maret 2010, pada Hari Raya Santo Yosef, Paus Benediktus XVI).
5) Memastikan Konferensi Waligereja menetapkan sarana praktis.
Segala upaya juga harus dilakukan untuk memastikan bahwa ketentuan Surat Edaran Kongregasi untuk Ajaran Iman tertanggal 3 Mei 2011 benar-benar dilaksanakan. Dokumen ini diterbitkan untuk membantu Konferensi Waligereja dalam menyusun pedoman untuk menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur oleh para imam. Juga penting Konferensi Waligereja menetapkan sarana praktis untuk secara berkala meninjau norma-norma mereka dan memverifikasi bahwa norma-norma itu sedang mereka patuhi.
6) Para gembala dan penanggung jawab komunitas agama harus bersedia untuk bertemu dengan para korban dan orang yang mereka cintai.
Adalah tanggung jawab Uskup Diosesan dan Pemimpin Besar untuk memastikan bahwa keselamatan anak di bawah umur dan orang dewasa yang rentan terjamin di paroki dan lembaga Gereja lainnya. Sebagai ekspresi dari tugas Gereja untuk mengungkapkan belas kasih Yesus kepada mereka yang telah menderita pelecehan dan terhadap keluarga mereka, berbagai Keuskupan, Institut Hidup Bakti Serikat Hidup Kerasulan didesak untuk mempersiapkan program-program untuk pelayanan pastoral yang mencakup penyediaan bantuan psikologis, pendampingan dan perawatan rohani. Para gembala dan penanggung jawab komunitas agama harus bersedia untuk bertemu dengan para korban dan orang yang mereka cintai; pertemuan semacam itu adalah kesempatan berharga untuk mendengarkan mereka yang sangat menderita dan untuk meminta pengampunan mereka.
7) Komunikasi dan kerja sama antar mereka yang prihatin
Untuk semua alasan ini, Bapa Suci minta kerja sama yang erat dan lengkap dari Komisi Perlindungan Anak di Bawah Umur. Pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka termasuk memberikan bantuan melalui program pendidikan, pelatihan dan pengembangan tanggapan yang memadai terhadap pelecehan seksual.
Anak-anak kecil menandai kehadiran-Nya.
Sebagai penutup suratnya, Paus Fransiskus menulis demikian:
"Semoga Tuhan Yesus menanamkan dalam diri kita masing-masing, sebagai pelayan Gereja, cinta dan kasih sayang yang sama untuk anak-anak kecil yang menandai kehadiran-Nya sendiri di antara kita, dan yang pada gilirannya memerintahkan kepada kita tanggung jawab khusus untuk kesejahteraan anak-anak dan orang-orang dewasa yang rentan.
Bagaimana Bunda Maria melindungi anak korban kekerasan?
1. Bunda Maria mengasihi Yesus, dan Yesus mengasihi anak-anak.
2. Pada setiap jaman, Yesus mewujud dalam Gereja Katolik yang dipimpin oleh Paus.
3. Sebagai umat beriman, kita mengikuti anjuran Paus yang sangat prihatin akan nasib anak-anak di jaman ini. Keprihatinan paus itu ditujukan kepada para imam yang sebetulnya menajdi pelayan di dalam Gereja, malah melecehkan anak-anak yang sebetulnya harus mereka lindungi.
4. Bunda Maria menjadi Bunda Penolong, yang kepadanya Pimpinan Gereja selalu berdoa, juga ketika sedang ditimpa kesedihan ini. Kita bersatu di dalam doa itu.
5. Petunjuk Paus;
- Perjuangkan keadilan,
- Lindungi anak-anak yang adalah milik Yesus,
- Untuk pelecehan yang sudah terjadi usahakan penyembuhan dan rekonsiliasi sebagai keprihatinan dasar dan utama
- Sebagai usaha pencegahan: peleceh seksual tidak boleh melayani
- Kaum muda bisa mengusahakan pencegahan dan penyembuhan
Namun dalam keadaan demikian, Gereja masih memiliki harapan untuk masa depannya. Salah satu harapannya adalah untuk kaum muda seperti tercantum dalam Christus Vivit (2019):
"Syukur kepada Allah, para imam yang bersalah atas kejahatan mengerikan ini bukanlah mayoritas. Sebaliknya, sebagian besar terdiri dari mereka yang melakukan pelayanan dengan setia dan murah hati. Saya meminta orang muda untuk membiarkan diri disemangati oleh mayoritas ini. Dalam hal apapun, jika kalian melihat seorang imam dalam bahaya karena kehilangan sukacita dalam pelayanannya, karena mencari kompensasi kasih sayang atau mengambil jalan yang salah, beranilah mengingatkan komitmen mereka kepada Allah dan umat-Nya, wartakanlah Injil kepadanya dan berilah semangat untuk tetap berada di jalan yang benar.
Dengan cara demikian, kalian memberikan suatu bantuan yang tak ternilai pada aspek mendasar: upaya preventif yang dapat mencegah pengulangan kekejaman ini. Awan kelabu ini juga menjadi sebuah tantangan bagi orang muda yang mencintai Yesus Kristus dan gereja-Nya karena mereka dapat berkontribusi banyak untuk menyembuhkan luka jika mereka mempergunakan kemampuan mereka untuk membawa pembaruan, mendesak, menuntut konsistensi dan kesaksian, untuk kembali bermimpi dan menciptakan hal-hal baru." (Christus Vivit, 100).
Dalam bentuk yang baik dan tertata, terdapat buku Vos Estis Lux Mundi, Motu Proprio dari Paus Fransiskus yang sudah dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh KWI.
"Kejahatan penyalahgunaan seksual melukai Tuhan kita, menyebabkan kerusakan fisik, psikologis dan spiritual bagi korban, dan merugikan komunitas orang beriman. Agar semua gejala ini dalam segala bentuk tidak terjadi lagi, diperlukan pertobatan hati yang terus menerus dan mendalam yang dibuktikan dengan tindakan nyata dan efektif, yang melibatkan setiap orang dalam Gereja, sehingga kekudusan pribadi dan komitmen moral dapat mendukung untuk mengembangkan kredibilitas yang penuh dari warta Injil dan efektivitas misi Gereja."
Anjuran Paus ini tidak mudah. Banyak yang enggan untuk melakukan. Diberi waktu selama 3 tahun untuk mewujudkan sebuah lembaga dengan segala perlengkapannya. Tapi Vatikan terus menerus melaporkan perkembangan terkininya. Tahun 2010 Paus Fransiskus mengumpulkan para gembala dan kembali menegaskan untuk terus melayani. Usaha terus, tidak mundur atau berhenti meski ada yang menghambat. Yang menghambat tidak mustahil orang-orang kita sendiri. Paus Fransiskus mengatakan tidak akan mundur lagi.
Keuskupan Agung Jakarta mengundang kita semua untuk melaksanakan panggilan Bapa Suci tadi, antara lain panggilan berkarya untuk menjadi fasilitator inti. Namun jika tidak memenuhi panggilan ini, minimal umat sudah tau apa keprihatinan Gereja yang tentu saja menjadi bahan kita berdoa kepada Bunda Maria.