Tuesday, December 14, 2010
Puncak Merapi
Pendidikan Konservasi Lingkungan di Sabang
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai bentuk keikutsertaan anak dalam melestarikan lingkungan. Secara rinci, tujuan kegiatan ini adalah:
- Memberikan pengetahuan dan informasi kepada generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan,
- Membuka wawasan generasi muda untuk peduli terhadap lingkungan sekitar,
- Meningkatkan peran serta generasi muda terhadap usaha pencegahan terjadinya bencana alam,
- Mengetahui sampai dimana kepedulian dan tindakan kita dalam menjaga kelestarian lingkungan,
- Menciptakan generasi muda yang memiliki wawasan konservasi dan peduli lingkungan untuk persiapan terhadap pencegahan pemanasan global.
Sekembalinya dari pelatihan ini, para siswa diharapkan mampu menjadi pelajar yang peduli terhadap lingkungan hidup dan ancaman pemanasan global, serta menularkan ilmu yang didapatkan kepada teman-teman lainnya.
Sunday, December 12, 2010
Bantuan bibit sayuran
Friday, December 10, 2010
Pelayanan Rumah Singgah Tahun 2010
Selama tahun 2010, Rumah Singgah yang dikelola oleh Peduli Buruh Migran telah melayani beberapa orang terbuang. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang. Berikut nama-nama yang dilayani oleh Rumah Singgah tersebut:
No. | Nama | Umur | Alamat/Keterangan | |
1. | Arianto | 21 Tahun | Ende NTT (patah tangan dan kaki) | |
2. | Yuliani | 25 Tahun | Palu Sulawesi (depresi) | |
3. | Agus | 23 Tahun | | |
4 | Leonardus | 28 Tahun | Flores NTT (depresi) | |
5. | Bejo | 35 Tahun | Madiun (patah kaki) | |
6 | Natmiatun | 23 Tahun | Lombok Timur NTB (patah tulang belakang) | |
7 | Zaini | 25 Tahun | | |
8 | Kholimi | 23 Tahun | Jember (depresi) | |
9 | Anges | 21 Tahun | Kupang NTT (human trafficking) | |
10 | Dian | 25 Tahun | Salatiga (depresi) | |
11 | Suri | 30 Tahun | Madiun (depresi) | |
12 | Ribka | 23 Tahun | | |
13 | Shiva | 18 Tahun | Cibinong (depresi) | |
14 | Mustakim | 23 Tahun | Cilacap (depresi) | |
15 | Heru | 19 Tahun | Lampung (depresi) | |
16 | Tan Lie Im | 34 Tahun | | |
17 | Sani | 24 Tahun | | |
18 | Meriana | 19 Tahun | Kupang NTT (human trafficking) | |
19 | Susianti | 18 Tahun | Makasar (human trafficking) | |
20 | Rumijah | 35 Tahun | | |
21 | Mardiono | 32 Tahun | Blitar (depresi) | |
22 | Basuki | 27 Tahun | Kalimantan Timur (depresi) | |
23 | Endang | 29 Tahun | Purwokerto (depresi) | |
24 | Nengseh | 24 Tahun | | |
25 | Bagus | 27 Tahun | Situbondo Jatim (depresi) | |
26 | Yulia | 21 Tahun | Belu NTT (human trafficking) | |
27 | Mira | 26 Tahun | Cianjur (depresi) | |
Tempat yang dikunjungi di Yogyakarta
Thursday, December 9, 2010
Distribusi bantuan di dusun Jambon
Ambulan untuk Paroki Sumber
Wednesday, December 8, 2010
Kunjungan ke Yogyakarta
Di Yogyakarta, Sr Yani bergabung dengan Sr. Eugenia, PBHK yang sejak awal terjadinya letusan Merapi telah terlibat aktif memberikan pertolongan kepada para korban. Rencana awal, tim Sahabat Insan akan bergabung dengan Karinakas untuk membantu mendistribusikan bantuan. Namun, ternyata jadwal distribusi Karinakas telah selesai, dan mereka sedang menyusun laporan dan rekap. Oleh sebab itu, Sr. Eugenia mencari komunitas lain yang masih melakukan distribusi.
Pada hari pertama, Sahabat Insan bergabung dengan tim MSC yang akan memberikan bantuan ke dusun Babadan, desa Seketi, Kecamatan Sawangan Magelang. Tim ini terdiri Br. Maxi, MSC, Br. Petter, MSC, Sr. Ludovika, PBHK serta Bapak Adji yang membantu menyediakan transportasi. Di dusun ini terdapat 85 KK. Mereka tidak mengungsi, namun hasil perkebunannya rusak akibat abu Merapi, sehingga mereka kehilangan potensi penghasilan. Di Posko Babadan ini, dibagikan beberapa paket Sembako.
Selanjutnya, Sahabat Insan mengikuti tim MSC melihat sumur warga yang tertimbun abu Merapi di dusun Jarakan desa Gondo Wangi Kecamatan Sawangan, Magelang. Disana kami sekaligus mengunjungi orang tua dari Rm Eka, Pr yang pernah menjadi Pastor Paroki di Aceh saat Sahabat Insan mengadakan program beasiswa untuk anak sekolah. Tim juga sempat melihat lahar dingin yang melintas di sekitar tempat tersebut, tepatnya di dusun Gunung Lemah desa Gondo Wangi kec. Sawangan kab. Magelang. Setelah itu, rombongan menuju desa Butuh dusun Jambon kecamatan Sawangan, Magelang untuk survey bantuan yang akan diberikan oleh PBHK.
Pada hari kedua, Sr. Yani dan Tanti berkunjung ke Stadion Maguwohardjo Yogyakarta untuk melihat keadaan disana. Di stadion tersebut masih terdapat sekitar 500 pengungsi. Sebagian besar dari mereka adalah penduduk yang tinggal sekitar 5 s/d 10 km dari Merapi. Selain pengungsi yang terdiri atas kakek-nenek sampai anak-anak, terlihat tumpukan pakaian bekas yang tidak terpakai, personel yang memasak di dapur umum, barang-barang bantuan, dan jemuran baju para pengungsi. Seorang nenek yang mengungsi sejak sebulan yang lalu mengatakan bahwa baju yang melekat di badannya adalah satu-satunya barang yang dia bawa ketika menyelamatkan diri. Ketika ditanya mengapa tidak mengambil dari pakaian bekas, Nenek tersebut mengatakan bahwa dia sudah terbiasa memakai jarit dan kebaya, sehingga tidak nyaman jika harus memakai kaos atau rok.
Sore harinya, Sahabat Insan membantu mengepak bantuan sembako di Susteran PBHK yang terletak di Deresan. Bantuan sebanyak 60 paket tersebut akan diberikan kepada warga Jambon. Paket sembako terdiri atas beras, gula, teh, dan makanan ringan.
Keesokan harinya, Kamis tanggal 1 Desember 2010, Sahabat Insan bergabung dengan Susteran PBHK beserta seorang Bruder MSC membawa bantuan tersebut dengan satu mobil bak terbuka serta satu mobil Kijang. Pada saat sampai di lokasi, para penerima bantuan sudah menunggu. Setelah sedikit prakata dari Sr. Ludovika, PBHK, bantuan sembako langsung diberikan kepada masing-masing KK / wakilnya.
Setelah selesai memberikan bantuan, tim kemudian berkunjung ke Gereja St. Maria Lourdes dan Susteran Abdi Kristus (AK) yang terletak di desa Sumber kec. Dukun kab. Magelang. Lokasi ini terletak 9 km dari gunung Merapi. Disini kami diterima dengan baik oleh tiga orang Suster yang sedang membersihkan sisa-sisa abu yang masih tampak di tempat tersebut. Secara kebetulan, kami bertemu dengan Ambulan yang disumbangkan oleh umat melalui KWI pada saat terjadi gempa Jogja tahun 2006 yang lalu. Ambulan tersebut dipinjamkan oleh Karinakas untuk transportasi Paroki Sumber.
Dari tempat tersebut, Sahabat Insan beserta rombongan sempat mengunjungi Kali Belan desa Suradadi kecamatan Mungkid, Magelang. Di tempat ini hamparan sawah penduduk berubah menjadi lautan batu saat hujan deras mengguyur puncak Merapi. Kunjungan kemudian dilanjutkan di desa Ringin Putih kecamatan Turi kabupaten Sleman, yang beberapa penduduknya mengungsi di Susteran PBHK saat gunung Merapi meletus.
Sunday, December 5, 2010
Dibalik keindahan merapi
Friday, December 3, 2010
Kekuatan Lahar Dingin Merapi
Friday, November 26, 2010
Monday, November 22, 2010
Perhatian Bagi Warga Yang Tidak Mengungsi
Sunday, November 21, 2010
Pertolongan Bagi Korban Merapi
Monday, November 15, 2010
Kegiatan di Rumah Singgah
Friday, November 12, 2010
Korban Merapi Yang Kurang Mendapat Perhatian
Tuesday, November 2, 2010
Mendampingi Korban Letusan Merapi
Pendampingan tersebut penting mengingat anak-anak disana membutuhkannya, supaya mereka tidak jenuh di pengungsian dan supaya anak-anak tersebut tidak kemana-mana, mengingat ibu-ibu mereka sibuk memasak di dapur umum, sementara bapak-bapak mereka menjaga ternak di dusun.
Para relawan juga sempat membantu memasak di dapur umum, juga mengantar makanan ke dusun-dusun tempat bapak-bapak menjaga ternak dan harta mereka.
Friday, October 29, 2010
Alamat Pengiriman Bantuan untuk Merapi dan Mentawai
Bantuan dalam bentuk barang untuk Merapi dan Mentawai dapat langsung ditujukan ke alamat sebagai berikut :
Bantuan Merapi : KARINA KAS
Komplek Realino
Jl. Affandi / Gejayan Yogyakarta – 55281
Bantuan Mentawai : PSE- CARITAS PADANG
Jl. Wolter Monginsidi No. 4D Padang
Salam,
Ismawanti Arif
Project Officer
Caritas Indonesia (Karina KWI)
Jl. Agus Salim 22 D-E, Jakarta - Indonesia
Mobile : +62 813 8877 0168
Ph : (62-21) 3193 0518, Fax : (62-21) 3193 1135
wanti@karina.or.id
www.karina.or.id
Thursday, October 28, 2010
Bantuan untuk korban Merapi
Berdasar informasi yang kami dapat, setelah erupsi Merapi, KARINAKAS mengidentifikasikan beberapa kebutuhan yang diperlukan oleh para pengungsi.
Berikut daftarnya:
1. Tikar
2. Sarung
3. Tenda
4. Masker
5. Senter
6. Peralatan Dapur
7. Obat tetes mata
8. Obat batuk
9. Multivitamin
10. Air bersih
11. Makanan cepat saji/siap saji
12. Masker.
Secara terbatas,KARINAKAS sudah mendistribusikan
1. Air Bersih
2. Makanan instan
3. Masker
4. Obat nyamuk bakar
5. Minyak goreng
6. Susu
Tentunya masih banyak yang bisa kita lakukan.
Harapannya,kami dapat menolong 10000 survivors. Maka, apabila ada umat atau paroki yang tergerak untuk terlibat bersama kami, silakan mendonasikan bantuan ke:
1. Bank CIMB NIAGA cabang SUDIRMAN Yogyakarta
A.n Keuskupan Agung Semarang qq Gempa PGPM Kidul Loji
No rek 018-01-00505-00-1
2. Bank Mandiri cabang Semarang Pandanaran
A.n Keuskupan Agung Semarang.Karina Kas
No rek 135-00-4500045-0
3. Bank BCA KCU Semarang
A.n Keuskupan Agung Semarang qq Karina
No rek 009 509 3006
Bantuan dalam bentuk barang dapat disampaikan ke:
Kantor KARINAKAS
Kompleks Realino
Jl. Affandi/Gejayan Yogyakarta-55281
Kontak person:
Y. Baskoro 0813 2871 3052 (y.baskoro@gmail.com)
R. Anang S. 0812 2691 227 (rogatianusasetiyargo@gmail.com)
PS: silakan disebarluaskan berita ini supaya semakin banyak orang terlibat dan berbela rasa. Terima kasih.
Salam,
Albert Deby
Communication Officer
Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang
Friday, September 24, 2010
Kisah Orang Terbuang Penderita AIDS
Kiara diajak bekerja di Malaysia oleh seorang calo tenaga kerja dari Cimahi. Ia dijanjikan untuk bekerja di Kuala Lumpur sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji 600 RM. Tahun 2007 ia diberangkatkan ke Jakarta dan langsung dibawa ke Tanjung Pinang. Ketika itu usia Kiara baru genap 21 tahun. Sesampai di Tanjung Pinang, ia dibuatkan dokumen palsu dengan memakai alamat di Tanjung Pinang. Setelah semua dokumen siap, Kiara bersama 13 temannya dibawa ke Malaysia dengan menggunakan kapal Ferry. Di pelabuhan Pasir Gudang, ia langsung dijemput oleh seorang agen dan dibawa ke penampungan sementara.
Setelah satu minggu di penampungan, Kiara dibawa ke hotel dan dipaksa untuk melayani para lelaki hidung belang. Malam itu, Kiara baru mengetahui bahwa dirinya telah dijual sehara 3000 RM untuk membayar semua hutang-hutangnya. Ia tidak berani berontak karena ancaman dari bosnya bahwa ia akan dipenjarakan jika tidak menurut.
Pada bulan Juli 2010, kondisi Kiara mulai kelihatan tidak sehat, sering pusing, berat badannya menurun, batuk-batuk dan gatal di sekujur tubuhnya. Hasil tes di laboratorium menunjukkan ia terinfeksi HIV bahkan sudah AIDS (saat ini kondisinya: mulut sudah penuh jamur, sekujur tubuhnya gatal-gatal, rambut rontok, batuk darah dan susah berbicara).
Karena kondisi tersebut, ia dibuang oleh bos-nya di perkebunan. Setelah terlunta-lunta beberapa lama, ia akhirnya dipulangkan ke Tanjung Priok pada tanggal 8 September bersama 304 TKI lainnya. Karena kondisinya sangat lemah, oleh Peduli Buruh Migran ia dibawa ke RS Polri Kramat Jati, dan masih dirawat sampai hari ini.
(Berdasarkan penuturan kawan Kiara)
Thursday, September 23, 2010
Proses Pemakaman Pujiono
Friday, August 13, 2010
Wisuda Mahasiswa
Thursday, August 12, 2010
Monday, August 9, 2010
Wednesday, July 21, 2010
Bantuan untuk Pemakaman Pujiono
Pujiono merupakan anak dari buruh tani yang sangat miskin. Orang tuanya tinggal di Way Bungur, Lampung Timur. Karena kemiskinannya, kedua orang tua Pujiono tidak mampu menyekolahkan anaknya. Pada bulan Januari 2010, Pujiono diajak ke Batam oleh seseorang yang menjanjikan akan membiayai seluruh pendidikannya. Demi masa depan anaknya, kedua orang tuanya menyetujui ajakan tersebut.
Pada bulan Maret 2010, Pujiono menelpon Bapaknya untuk memberitahukan bahwa di Batam ia tidak disekolahkan, namun akan dijual kepada tekong di Malaysia. Namun, karena menolak rencana tersebut, maka ia kemudian dipekerjakan di rumah makan tanpa mendapatkan gaji. Pekerjaan yang dibebankan kepada Pujiono sangatlah berat untuk anak seusianya. Lama kelamaan, ia tidak kuat lagi bekerja dan sakit-sakitan. Kondisi tersebut membuat majikannya sering marah-marah dan memukulinya. Karena tidak tahan, akhirnya Pujiono melarikan diri.
Pada bulan Juni 2010, ia mencoba melarikan diri ke Pelabuhan, namun ditangkap oleh Polisi Batam karena tidak memiliki identitas, dan dibawa ke kantor polisi daerah tersebut. Namun, karena kondisinya semakin memburuk, Pujiono sempat dilarikan ke rumah sakit di Batam. Beberapa waktu kemudian ia diantar ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan dirujuk ke RSPA Bambu Apus Jakarta.
Bulan Juli 2010, sakitnya semakin menghebat, dan pada tanggal 15 Juli 2010 ia dirujuk ke RS Polri Kramat Jati. Namun ternyata nyawanya tak tertolong lagi. Pujiono meninggal pada tanggal 19 Juli 2010 dan dimakamkan di Lampung.
Monday, July 19, 2010
Thursday, July 15, 2010
Seluruh Program Bantuan Langsung Telah Selesai Dilaksanakan
Saat ini, seluruh program pemberian bantuan langsung telah selesai dilaksanakan. Pemberian bantuan terakhir, yaitu tahap ke-4 dilakukan pada bulan Juni 2010. Untuk tahap ini, bantuan didistribusikan ke 18 sekolah, yang tersebar di kecamatan Sampoinet, Setia Bakti, Krueng Sabe, Teunom, Jaya dan Panga. Lokasi-lokasi tersebut berjarak antara 20 - 85 km dari kantor LPM Pesisir. Pada tahap ini, tim Sahabat Insan ikut mendampingi pemberian bantuan di beberapa SD dan MIN. Tampak raut muka anak-anak yang ceria saat menerima bantuan-bantuan tersebut.
Setelah program selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyusun laporan pertanggungjawaban kepada donatur. Laporan pertanggungjawaban ini terdiri atas rekapitulasi bantuan yang telah diserahkan dari tahap 1 s/d 4, dana yang telah digunakan serta hasil yang telah dicapai. Dari laporan ini donatur akan menilai dan mengevaluasi apakah program telah dijalankan dengan baik atau tidak.
Monday, June 21, 2010
Pendampingan Orang Terbuang
Thursday, June 17, 2010
Bantuan Langsung Perlengkapan Sekolah
Januari 2010 Sahabat Insan memulai program baru yaitu memberikan bantuan langsung perlengkapan sekolah kepada anak-anak Sekolah Dasar korban tsunami dan konflik. Program pemberian bantuan langsung ini dilaksanakan berdasarkan permohonan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ( LPM Pesisir) yang disetujui oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya. Sebelum pelaksanaan permohonan tersebut kami juga melakukan survai lapangan apakah memang benar anak-anak memerlukan bantuan yang diusulkan. Bantuan langsung yang mereka usulkan berupa: seragam sekolah merah putih dan pramuka beserta kerudung, sepatu dan kaos kaki, tas sekolah, tempat pensil, pena, pensil, pengaris, penghapus dan buku tulis serta beberapa sepeda.
Untuk melaksanakan program yang diusulkan kami minta lembaga memberikan data lengkap, pasphoto, fotocopy raport dari masing-masing anak disertai dengan
Proses penyampaiaan bantuan kepada anak adalah demikian: Setelah kelengkapan data anak kami terima. Barang-barang kami hitung ditempat pemasanan sesuai dengan jumlah pesanan lalu kami kirimkan ke Banda Aceh melalui jasa pengiriman ELTEHA. Kurang lebih sepuluh hari barang-barang tersebut sampai di ELTEHA Banda Aceh. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir mengambil barang-barang tersebut di Banda Aceh dan membawanya ke Patek. Perjalanan ke Patek ditempuh dalam waktu kurang lebih 5-6 jam. Teman-teman dari LPM Pesisir akan mengepak barang-barang sesuai dengan ukuran dan jenis kelamin yang terdapat dalam daftar penerima pada tahap tersebut. LPM Pesisir akan mengantarkan barang-barang tersebut ke sekolah-sekolah penerima bantuan. Anak-anak penerima bantuan akan membubuhkan jam jempol dalam bukti penerimaan bantuan. Setelah anak-anak yang terdaftar dalam tahap pertama menerima semuanya, maka LPM Pesisir akan mengirimkan bukti penerimaan bantuan kepada kami di Jakarta. Kami akan memeriksa laporan tersebut dan mengirimkan barang untuk tahap berikutnya, begitu seterusnya.
Beberapa kendala yang kami alami dalam penyaluran bantuan antara lain jarak tempuh dari kantor ke sekolah-sekolah yang lumayan jauh ditambah dengan kondisi jalan yang sedang dalam perbaikan. Panas dan debu yang kerap menemani kami dalam perjalanan. Daerah terpencil yang tidak ada sinyal juga menyulitkan kami mengadakan komunikasi dengan pihak sekolah. Kadang kami sudah datang ke sekolah tetapi anak-anaknya sudah pulang. Apabila muridnya hanya sedikit guru atau warga sekitar yang mempunyai kendaraan akan menjemput anak-anak. Kalau muridnya banyak dan jarak rumahnya jauh tidak mungkin akan dijemput, itu berarti kami harus kembali lagi untuk meenyerahkan bantuan. Untuk mencapai beberapa sekolah kami harus mengunakan rakit penyebrangan karena melewati sungai yang lebar dan berarus deras. Ada juga sekolah yang tidak bisa dicapai dengan kendaraan roda empat sehingga harus berjalan kaki dan barang-barang diangkut dengan sepeda motor. Syukur bahwa pemerintah daerah mendukung program ini sehingga melibatkan dinas-dinas terkait dan masyarakat setempat untuk membantu penyaluran bantuan sampai ke sekolah-sekolah yang sulit dijangkau. Kendala yang selama ini tidak bisa teratasi adalah bila terjadi banjir, bila situasi demikian maka kami akan menunda pengiriman bantuan.
Tentang bantuan sepeda. Kami melakukan pemesanan sepeda di Banda Aceh dengan pertimbangan lebih praktis dan aman. Sepeda yang kami pesan adalah 50 unit, 27 sepeda putri dan 23 sepeda putra. Pembagian bantuan sepeda dilaksanakan pada bulan Maret di kantor LPM Pesisir. Kriteria penerima sepeda adalah anak dari keluarga kurang mampu yang jarak tempuh dari sekolah kerumahnya lebih dari 1,5 kilometer.
Bulan Februari sampai Juni kami telah menyalurkan bantuan langsung perlengkapan sekolah kepada 3.000 (tiga ribu) anak SD/MIN yang tersebar di 52 sekolah dalam 6 Kecamatan di Kabupaten Aceh Jaya. Dengan rincian sebagai berikut: Kecamatan Jaya; 14 Sekolah jumlah siswa 869 anak, Kecamatan Sampoiniet; 6 Sekolah jumlah siswa 279 anak, Kecamatan Krueng Sabee; 5 Sekolah jumlah siswa 283 anak, Kecamatan Setia Bakti; 11 Sekolah jumlah siswa 603 anak, Kecamatan Panga; 5 Sekolah jumlah siswa 262 anak, Kecamatan Teunom; 11 Sekolah jumlah siswa 704 anak.
Wednesday, June 16, 2010
KISAH ORANG TERBUANG
Agnes Keba itulah namanya. Agnes adalah orang terbuang dari Malaysia yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta pada hari Jumat tanggal 14 Mei 2010 bersama ratusan orang terbuang lainnya. Kami mendapatkan Agnes sedang mengendong bayinya dalam keadaan lelah, bingung dan takut di pelabuhan. Setelah kami dekati Agnes mengaku tidak berani pulang ke kampung karena sekarang mempunyai seorang bayi sedangkan ia belum menikah, takut digantung orang tua tuturnya. Karena situasi ini kami menawarkan untuk singgah sementara di Shelter Peduli Buruh Migran dan Agnes menyetujui.
Dalam usia yang masih muda, 17 tahun Agnes bertekad bekerja ke Malaysia karena ingin membantu ekonomi keluarga. Pendapatan Ayahnya sebagai petani tidak menentu, sementara ke empat adiknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Agnes berangkat ke Malaysia tahun 2006 melalui agen tenaga kerja resmi dengan kontrak kerja selama 2 tahun. Selama dua tahun itu Agnes bekerja sebagai PRT di salah satu keluarga. Setiap bulan Agnes menyisihkan gajinya untuk dikirim kepada orang tua di kampung. Sementara sebagian besar uang gaji itu untuk membayar hutang kepada agen tenaga kerja yang telah membawanya ke Malaysia. Setelah dua tahun kontrak kerjanya selesai Agnes belum ingin pulang ke kampung maka Agnes memperpanjang masa tinggalnya di Malaysia selama satu tahun. Satu tahun ini Agnes tidak lagi bekerja sebagai PRT tapi bekerja sebagai pelayan di rumah makan. Pendapatan dari rumah makan ini masih Agnes kirimkan untuk orang tua di kampung. Satu tahun berlalu dan masa ijin tinggal di Malaysia sudah habis. Agnes tidak lagi memperpanjang ijin tinggalnya karena mahal. Karena ijin tinggal di Malaysia sudah habis Agnes tidak lagi diperbolehkan bekerja di rumah makan. Agnes mencari pekerjaan lain dan mendapatkan pekerjaan di kedai.
Dua tahun bekerja di kedai telah mengubah hidupnya. Agnes tidak lagi kontak dan mengirim uang kepada keluarga. Sejak bekerja di kedai ini Agnes berkenalan dengan seorang lali-laki Indonesia dari Jawa Timur bernama Mohammad Arif Firdaus. Kedekatan hubungan Agnes dengan Arif makin lama makin erat karena sama-sama bekerja disatu tempat. Mereka juga memutuskan untuk menyewa satu bilik untuk berdua. Mereka bekerja ditempat yang sama dan pulang ke bilik yang sama. Kedekatan hubungan itu membuat Agnes mengandung. Mengetahui Agnes mengandung mereka berjalan saja seperti biasa tetap bekerja dan tinggal dalam satu bilik. Bulan keenam kandungan Agnes, saat masih bekerja mereka berdua ditangkap oleh polisi Malaysia dan dimasukan penjara karena tidak mempunyai surat ijin tinggal dan tidak mempunyai surat nikah. Mereka dimasukan dalam penjara yang berbeda, Agnes di penjara perempuan dan Arif di penjara laki-laki. Sejak masuk penjara Arif tidak lagi mau mengakui bahwa yang dikandung Agnes adalah anaknya. Agnes sangat kecewa, dihadapan polisi Malaysia tetap bertahan dan mengatakan bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Arif. Sampai Agnes melahirkanpun Arif masih belum mengakui bahwa bayi itu adalah anaknya.
Beberapa waktu setelah Agnes tinggal di Shelter Peduli Buruh Migran dan mendapat pendampingan dari Mbak Lily, kami berbicara lagi kepada Agnes apakah benar-benar akan meninggalkan bayinya di Jakarta. Karena keputusannya sudah bulat untuk tidak membawa bayinya pulang maka kami mengantar Agnes untuk menyerahkan ke Panti Asuhan Mekar Lestari Jl. Commercial III No. 1 Sektor 1.5 Bumi Serpong Damai, Tangerang. Agnes sendiri masih akan tinggal di Jakarta untuk memulihkan kesehatan dan belajar menjahit. Sementara itu kami mengontak Pastor Wismontero penangungjawab JPIC Keuskupan Kupang untuk membantu mencarikan keluarga Agnes yang berada di Kupang. Berkat bantuan team JPIC Keuskupan Kupang Agnes dapat berkontak lagi dengan keluarganya. Kepada keluarga Agnes mengatakan dengan jujur tentang keadaan diri yang sebenarnya, bahwa ia pulang dengan membawa seorang bayi tanpa Ayah dan bayi itu sekarang sudah diserahkan ke Panti Asuhan. Keluarga bisa menerima keadaanya Agnes dan meminta supaya bayinya dibawa pulang ke kampung. Sebelum pulang kampung kami mengantar Agnes menjemput bayinya di Panti Asuhan Mekar Lestari.
Shelter untuk orang terbuang.
Kunjungan Kepada Penerima Bantuan Sahabat Insan
Tuesday, June 15, 2010
Pertolongan Bagi Orang Terbuang
Penyerahan Bantuan Langsung Tahap IV
Perjalanan yang kami tempuh untuk mencapai sekolah-sekolah mereka lumayan jauh, kurang lebih 3 - 4 jam dengan kendaraan roda empat. Jalanan masih berbatu dan berdebu.
Distribusi bantuan langsung ini terlaksana berkat kerjasama Sahabat Insan dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Dinas Pendidikan Aceh Jaya.
Wednesday, May 5, 2010
Laporan Kegiatan Dewan Kesehatan Rakyat
Susahnya Mendapatkan Kesehatan Gratis
Selasa, 27 April 2010 13:18
JAKARTA - Nasib warga miskin di Ibu Kota seakan tidak pernah ada habisnya. Janji pelayanan kesehatan gratis hanya enak didengar saat kampanye presiden atau pilkada. Setelah itu: warga miskin tetap tersisihkan!
Di bawah panasnya terik matahari, laki-laki tua itu berjalan pelan-pelan, dituntun seorang perempuan yang sama rentanya menuju sebuah lapangan yang dinaungi tenda sederhana, Sabtu (24/4) lalu. Ia baru saja mendapatkan pengobatan gratis karena sakit asam urat dan darah tinggi. Sesampainya di bawah tenda itu, ia tak mau buang-buang waktu. Menyambar alat pengeras suara, ia pun langsung bertanya.
“Kami ini orang miskin. Katanya kami dapat jaminan kesehatan. Tetapi kok nyatanya kami selalu harus bayar,” kata seorang laki-laki itu tanpa menyebut nama. Namun, yang pasti, ia berasal dari Kelurahan Gunung Sahari Selatan, Kecamatan Kemayoran.
Ia tidak sendirian. Keluhan yang sama juga dilontarkan banyak warga miskin yang sedang berkumpul saat itu. Bertempat di kawasan kumuh, di Gunung Sahari, Kemayoran, Jakarta Pusat, ratusan warga tidak mampu ketika itu memang tengah berdialog dengan sejumlah pejabat negara. Ada Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Siti Fadilah Supari, anggota DPRD Komisi E dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Iman Satria, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AM Fatwa, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Angelina, dan Koordinator Gakin Dinas Kesehatan Jakarta di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Muktiono.
Temanya persoalan klasik, “Mencari Jalan Keluar Problematika Kesehatan Rakyat Miskin di DKI”. Dialog tersebut digelar oleh Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Jakarta Pusat bersama warga Kemayoran dan bekerja sama dengan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Pegusaha Sofyan Wanandi dan Yayasan Kristen Bina Mandiri.
Muhyi dari Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat mengatakan, kabar tentang jaminan kesehatan gratis bagi warga miskin di DKI sudah lama terdengar. Namun, pada praktiknya, hal tersebut susah sekali dilaksanakan. Banyak warga tak mampu yang sakit tidak mendapatkan pelayanan yang optimal dari Rumah Sakit. Bahkan, umumnya, warga tak mampu masih dipungut biaya oleh rumah sakit sebagai jaminan.
“Kami pernah menolong seseorang ke rumah sakit. Dia tidak mampu, tetapi dia dimintai uang jaminan. Akhirnya pakai uang kami sendiri Rp 200.000 untuk menjamin. Bagaimana jalan keluar kami? Sebagai rakyat miskin, katanya kami dapat jaminan?,” tanya Muhyi, kader DKR Jakarta Pusat.
Musadat dari Kelurahan Tanah Tinggi. Ia mengaku, pengurusan jaminan kesehatan di rumah sakit pusat ataupun daerah sering sekali berbelit-belit. Bahkan, perlakuan yang tidak menyenangkan dari karyawan rumah sakit membuat pasien miskin banyak yang tidak berani menjalani perawatan di rumah sakit, sekalipun terkadang penyakitnya sudah kronis.
“Banyak pasien miskin takut kalau ke rumah sakit. Kata mereka seram, suka dibentak-bentak,” katanya.
Pakai SKTM
Menanggapi persoalan tersebut, Muktiono mengatakan, pengurusan jaminan kesehatan tidak terlalu sulit sepanjang warga tersebut benar-benar tidak mampu. Banyak kesulitan di rumah sakit selama ini umumnya terjadi karena warga yang menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) berkategori mampu.
“Banyak yang dulunya aktivis LSM sekarang menjadi calo. Itu yang tidak kita inginkan, makanya terlihat susah. Padahal, mereka itu merugikan masyarakat miskin,” katanya.
Iman menambahkan, supaya masyarakat miskin mendapatkan akses kesehatan gratis, partisipasi warga harus segera dibangun melalui pengaktifan desa-desa siaga. Oleh karena itu, ia mendorong supaya DKR bekerja sama dengan semua elemen masyarakat mengaktifkan partisipasi rakyat.
“Supaya rakyat miskin dapat tertolong, sedangkan yang kaya tidak memanfaatkannya,” katanya.
Sementara itu, Siti Fadilah Supari menyarankan, pengelolaan dana jaminan kesehatan tidak boleh dilakukan oleh pihak ketiga seperti asuransi. Sebaliknya, pengelolaan itu harus dilakukan oleh negara secara langsung, supaya tidak terjadi keefisienan anggaran.
“Pengelolaannya harus transparan. Kalau pengelolaanya seperti Jamkesmas oleh negara maka kebocoran dapat diminimalkan,” kata Siti.
Ketua DKR Jabodetabek Agung Nugroho menegaskan, banyaknya hambatan dari birokrasi dan rumah sakit tak boleh membuat rakyat menyerah. Sebaliknya, rakyat tetap harus berani. Pasalnya, jaminan kesehatan merupakan hak warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Apalagi, sejak puluhan tahun rakyat telah membayar pajak.
“Sehingga pajak itu harus kembali lagi kepada yang punya, untuk kesejahteraan rakyat,” katanya. (tutut herlina)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/susahnya-mendapatkan-kesehatan-gratis/
Bantuan Kegiatan Pelayanan Kesehatan (Dewan Kesehatan Rakyat)
Thursday, April 22, 2010
Kegiatan di Shelter Bambu Apus
Mereka yang terbuang itu, TKI yang dideportasi selama tinggal di Shelter Bambu Apus sedapat mungkin dipenuhilah rohani maupun jasmani mereka antara lain dengan pelatihan ketrampilan.
Monday, April 19, 2010
TKI Deportasi
Friday, April 16, 2010
Distribusi Bantuan Langsung Tahap II
Thursday, April 15, 2010
Pembagian Bantuan Langsung Tahap II
KECAMATAN JAYA : SD SANGO, SD SABET, SD ALUE MIE, SD RUMPET
KECAMATAN SETIA BAKTI : SD RIGAIH LAMA, SD KAMPONG BARO
KECAMATAN KRUENG SABEE : SD BUNTHA, SD PANGGONG
KECAMATAN PANGA : SD ALUE PANDE, SD PANGA PUCOK
KECAMATAN TEUNOM : SD PASI TIMON, SD ARAH RAYA, SD SARAH JAYA, SD BINTAH, SD SEUMIRA
Wednesday, April 7, 2010
Tuesday, April 6, 2010
Pengepakan Bantuan Tahap III
Wednesday, March 31, 2010
Tuesday, March 30, 2010
Bantuan sepeda untuk anak SD kecamatan Sampoiniet
Monday, March 22, 2010
Tiada henti pelayanan di pelosok Nanggroe Aceh Darussalam (Bagian kedua)
Patek
Selama beberapa pekan di Banda Aceh, Sahabat Insan berkunjung ke kantor LPM Pesisir, 6 jam perjalanan dari Banda Aceh dilalui dengan angkutan umum. Kondisi jalan yang belum selesai membuat perjalanan harus dilakukan dengan hati-hati karena hari itu hujan turun membuat kondisi jalan berlumpur dan licin.
Pada hari yang sama LPM Pesisir sedang mengadakan pelatihan guru yang bertujuan untuk memajukan kreatifitas guru dalam mengajar. Pelatihan mode pembelajaran partisipasif melalui pendekatan modul 3Rs dan SCREAM diharapkan guru mampu mengembangkan model pembelajaran yang inovatif sehingga murid dapat mengerti dengan baik. Selama ini guru mengajar terlalu monoton sehingga membuat murid bosan dengan cara belajar yang sama. Pelatihan ini sudah pernah dijalankan di kabupaten Aceh Timur dengan model pembelajaran yang sama, kali ini Sahabat Insan dan LPM Pesisir mengadakan pelatihan di Kabupaten Aceh Jaya agar setiap guru yang mengajar di pelosok dusun dapat memahami metode pembelajaran yang inovatif.
Keesokan harinya tim bersama rekan-rekan LPM Pesisir, tim melakukan pembagian bantuan langsung perlengkapan di dua sekolah. Sekolah pertama yang tim datangi adalah SDN Gunong Menasah, sebanyak 36 siswa menerima paket bantuan berupa perlengkapan sekolah. Ibu Wakil Bupati Aceh Jaya pada hari tersebut juga membantu membagikan dan memberikan bantuan transportasi untuk tim, bantuan kendaraan mudahkan akomodasi pembagian yang terletak di pelosok. Sebagai mantan seorang guru Ibu Wakil Bupati sangat bersimpati dengan bantuan ini, harapannya semoga dengan bantuan ini anak-anak di pelosok dapt terbantu, karena saat ini siswa di pelosok sangat kesulitan untuk mencukupi kebutuhan penunjang belajar karena jauh dari permukiman.
Beranjak dari SDN Gunong Menasah, tim bersama dengan Ibu wakil Bupati berangkat menuju SDN UPT 2 Patek B. Jarak antara SDN Gunong Menasah dengan SDN UPT 2 Patek memakan waktu perjalanan 20 menit. Terletak diantara pematang sawah berdiri sekolah yang tidak terawat, beberapa siswa mengenakan pakaian seadanya dan tanpa alas kaki sambil belajar. Setibanya kami disekolah disambut oleh kepala sekolah dan guru beserta siswa yang melihat kehadiran tim, sebanyak 32 siswa di SD ini mendapat bantuan yang sama. Sasaran beasiswa berupa bantuan perlengkapan sekolah saat ini merupakan pertama kali di kecamatan Setia Bakti. Anak-anak terlihat antusias saat kedatangan tim, beberapa murid yang menerima langsung membuka dan melihat peralatan sekolah yang mereka terima.
Bersama dengan LPM Pesisir, pelayanan Sahabat Insan bergerak menuju kabupaten Aceh Jaya berpindah dari kabupaten Aceh Timur. Pelayanan di kabupaten Aceh Jaya melanjutkan program beasiswa dengan membantu sebanyak 3000 siswa SD yang terbagi di 6 kecamatan yang terdapat di kabupaten Aceh Jaya.
Friday, March 19, 2010
Pendampingan Keupula
Hari ini 19 Maret 2010, dua puluh tiga orang mahasiswa penerima Beasiswa Keupula mengikuti kegiatan pendampingan yang dibawakan oleh Tim Personal Growth. Pertemuan yang akan berlangsung hingga Minggu ini merupakan lanjutan dari pertemuan sebelumnya pada Desember 2009 lalu.
Jika pada pertemuan pertama para penerima beasiswa dibantu untuk semakin mengenal diri pribadi, kali ini mereka diajak untuk mengenal kesuksesan dan cara mencapainya. Pada pertemuan ini pula mereka didorong untuk lebih aktif dalam berekspresi dan mengemukakan pendapat. Hampir semua sesi akan diisi dengan sharing, diskusi dan presentasi.
Sebelum masuk ke materi, penerima beasiswa diminta untuk menyampaikan harapan dan kecemasan mereka atas pertemuan pendampingan ini. Kemudian pada sesi pertama, Ratih Ibrahim, salah satu anggota Tim Personal Growth menjelaskan kepada penerima beasiswa bahwa sebagai calon pemimpin Aceh mereka harus dapat mempengaruhi dunia lewat setiap hal kecil maupun besar yang mereka lakukan. Impact The World, Touch The Future!
(vic)
Pendampingan Penerima Beasiswa Keupula
Yellow House, 19-21 Maret 2010
Pendampingan dilakukan oleh tim fasilitator dari Personal Growth http://www.facebook.com/personal.growth
Thursday, March 11, 2010
Tiada henti pelayanan di pelosok Nanggroe Aceh Darussalam (Bagian pertama)
Bertemu langsung dengan murid calon penerima bantuan Sahabat Insan, merupakan agenda perjalanan Sahabat Insan ke Aceh di bulan Februari. Sepuluh hari tim Sahabat Insan, Suster Eugenia PBHK bersama Nino mengunjungi anak-anak penerima beasiswa Sahabat Insan di
Di tahun 2010 terdapat perubahan anak-anak calon penerima beasiswa yang dikelola oleh perguruan katolik dimana anak yang duduk di kelas 3 SMU tidak mendapatkan beasiswa dan diganti calon penerima beasiswa yang baru. Perubahan tersebut dikarenakan pihak lembaga ingin memberi kesempatan kepada anak-anak yang masih kekurangan. Total penerima beasiswa dari lembaga perguruan katolik tahun ini sebanyak 110 anak yang mencakup SD, SMP, dan SMU dari sekolah katolik maupun diluar sekolah katolik.
Kamis (18/03), bertempat di aula TK Karya Budi, suster Fermina SCMM selaku pimpinan lembaga perguruan katolik membuka acara dengan memberikan penjelasan mengenai persyaratan yang harus dilakukan oleh calon penerima beasiswa. Suster Fermina juga menyampaikan agar dalam pengumpulan laporan hendaknya tepat waktu sehingga bulan selanjutnya dapat menerima beasiswa. Bersama dengan suster Eugenia dari Sahabat Insan melakukan pembagian perdana untuk anak-anak penerima beasiswa Sahabat Insan. Dalam sambutannya suster Eugenia menekankan dalam pembuatan laporan, anak-anak diajak untuk belajar membuat laporan keuangan dan bertanggungjawab atas apa yang mereka gunakan.
Setelah membagikan beasiswa bersama lembaga perguruan katolik, tim Sahabat Insan memasuki daerah Lhoknga. Dua tahun sebelumnya Sahabat Insan dan CC Lhoknga telah bekerjasama dan menyalurkan beasiswa dengan memasuki setiap gampong daerah tersebut. Namun 2 tahun berjalannya program beasiswa banyak ditemui kendala karena tiap gampong jaraknya yang berjauhan sehingga beasiswa tidak berjalan efektif.. Setelah mengevaluasi, tahun ke tiga ini CC Lhoknga memutuskan untuk menyalurkan bantuan melalui sekolah agar pelaksanaan dan pengumpulan laporan dapat berjalan dengan lancar. Kunjungan selama dua hari di daerah Lhoknga, tim mengunjungi beberapa sekolah dan calon penerima beasiswa Sahabat Insan.
Hari pertama tim mendatangi tujuh sekolah diantaranya MIN Lampuuk, SDN Srimusim, SMP 2 Lhoknga, SDN 1 Lamlhom, MIN lamlhom, SDN 2 Tanjong, dan SDN 1 Tanjong. Selama perjalanan menggunakan sepeda motor, tim bersama rekan dari CC Lhoknga menjelajahi daerah yang dahulu termasuk daerah konflik.
Saat berkunjung, sambutan hangat diberikan kepada tim yang datang dengan maksud menjelaskan persayaratan beasiswa yang harus dijalankan. Terdapat beberapa sekolah yang menghendaki melalui beasiswa ini, tidak hanya pendidikannya namun anak-anak juga dapat terpenuhi kesehatannya. Beberapa sekolah akan melakukan perbaikan gizi untuk anak-anak dengan program setiap 3-4 bulan memberikan makan yang bergizi bagi anak-anak. Saat ini proses beasiswa diserahkan sepenuhnya kepada CC Lhoknga dan bekerjasama dengan sekolah untuk memnuhi kebutuhan pendidikan maupun kesehatannya.
Hari kedua tim mendatangi delapan sekolah diantaranya SDN 1 Lhoknga, MTSN Lhoknga, SDN Maimun Saleh, SMAN 1 Lhoknga, SMP 1 Lhoknga, SD Kreung Raba, MIN Lhoknga, dan SD Keude Bieng. Sesampainya di SMP 1 Lhoknga, tim disambut oleh kepala sekolah dan mengatakan ”selama ini bentuk beasiswa seperti ini yang saya tunggu”, itulah sepenggal ungkapan yang diucapkan membuat tim bersemangat untuk bekerja lebih baik lagi.
Memang beasiswa kali ini diperuntukkan bagi anak-anak yang berperestasi, Sahabat Insan menghargai usaha yang dilakukan anak-anak untuk belajar dengan harapan dapat membangun Aceh dikemudian hari. Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah SMAN 1 Lhoknga, menurutnya “Kasian yang sudah berusaha belajar dan berprestasi tidak dihargai dengan bantuan beasiswa, selama ini bantuan atau beasiswa hanya diberikan kepada anak yang kurang mampu dan yatim”. Kepala sekolah sangat berterimakasih kepada Sahabat Insan yang memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi, karena selama ini bantuan dari lembaga sosial lain hanya membantu anak yatim. Namun akibat yang ditimbulkan diluar dugaan, banyak anak yatim mendapat bantuan tidak melanjutkan sekolah karena sudah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Hal tersebut disayangkan kepala sekolah, karena anak-anak yang sering mendapat bantuan tidak mempunyai semangat untuk belajar.
Agar beasiswa tidak salah sasaran, Sahabat Insan selalu mendata anak-anak dengan mengunjungi langsung dengan anak-anak. Selama ini Sahabat Insan juga melakukan pendekatan kekeluargaan terhadap penerima beasiswa agar anak-anak dapat mengenal Sahabat Insan lebih dekat.
Monday, March 8, 2010
Pengepakan Bantuan Langsung Tahap II
Thursday, February 25, 2010
Kunjungan wakil bupati Aceh Jaya
Wednesday, February 24, 2010
Pemberian Bantuan Langsung Perlengkapan Sekolah
Pelatihan Guru
Monday, February 22, 2010
Kunjungan ke Sekolah SMP dan SMU Lhoknga
Sunday, February 21, 2010
Kunjungan sekolah beasiswa Sahabat Insan di Lhoknga
Saturday, February 20, 2010
Pembagian Beasiswa Wilayah Banda Aceh
Thursday, February 18, 2010
Serah Terima Sepeda Motor
Monday, February 15, 2010
CONFUCIUS, WORDS OF WISDOM
Confucius lahir pada masa saat peperangan terjadi di seluruh bagian di negeri Cina. Nama sebenarnya adalah Kong (the master, the teacher), dan dipanggil Kong-fu-tse. Seorang misionaris kemudian memberinya nama Latin Confucius.
Pada umur 3 tahun, ayahnya meninggal dunia, dan dia hidup bersama Ibunya. Confucius mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan. Dia terlihat menonjol dibandingkan anak-anak lainnya. Walau pun miskin, tapi semangat belajarnya tinggi dan rasa ingin tahunya sangat besar. Dia bertanya dan belajar kepada siapa saja yang dianggap mampu memenuhi hasrat keingintahuannya.
“ Belajarlah terus menerus sampai orang menutup peti mati kita”
Hidupnya penuh cobaan. Puncak kesedihan dialaminya saat Ibu yang dicintainya meninggal dunia. Dia merasa menjadi orang bernasib paling buruk di dunia ini. Tapi saat itu merupakan awal baginya untuk menjadi seorang filsuf. Dia mengurung di kamarnya selama tiga tahun untuk mempelajari buku-buku pengetahuan.
“Garis keturunan bukanlah penentu takdir. Nasib kita ditentukan oleh kebaikan yang kita tabur”
Dengan bekal ilmu yang dimilikinya, Confucius menolak untuk menyepi di gunung dan bertapa.
“ Aku tidak bisa bergaul dengan burung-burung dan hewan-hewan di gunung. Aku manusia, harus berada di antara manusia”
Dan Confucius mulai berkelana menyebarkan ilmunya. Dalam setiap ajarannya, beliau selalu menekankan pentingnya pendidikan, terutama bagi rakyat kecil.
“Ketika rakyat terpelajar, perbedaan kelas akan lenyap”
“Pendidikan adalah makna dari hidup”
“Kualitas manusia akan ditentukan oleh pendidikan”
“Ketika pangeran dan raja tidak berkualitas, mereka harus diturunkan derajatnya. Sebaliknya, jika ada rakyat jelata yang pandai dan berkualitas, mereka harus dinaikkan derajatnya”
Setiap kali mengajar, Confucius selalu mendorong murid-muridnya untuk belajar , belajar dan belajar.
“Keagungan diturunkan oleh karakter, bukan oleh keturunan”
Menurut Confucius, perbedaan antara manusia unggul dan manusia rendah adalah:
1) Manusia unggul melakukan yang benar, manusia rendah melakukan yang salah
2) Manusia unggul menuntut dirinya sendiri, manusia rendah menuntut orang lain
3) Manusia unggul menerima nasib buruk dengan tenang, manusia rendah menerimanya dengan mengeluh.
“Teladan dan kasih sayang dari keluarga akan menyebar ke masyarakat, dan menular ke lingkup yang lebih luas lagi. Begitu juga dengan kemanusiaan dan kebaikan hati”
Setelah berkelana dari satu tempat ke tempat lain, Confucius akhirnya menjadi penasehat Duke King, salah satu penguasa saat itu. Sejak saat itu, Cina menjadi negeri yang tenteram dan damai. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Saudara Duke King yang iri dengan kesuksesannya kemudian mengirimkan wanita-wanita penggoda. Duke King menjadi terlena dan mengabaikan negaranya. Melihat kenyataan tersebut, Confucius akhirnya meninggalkan tempat tersebut dengan bersenandung
“Nyanyian wanita mengalahkanku, dan tarian wanita melemahkanku”
Akhirnya Confucius kembali berkelana. Pada suatu hari, dia menemui seorang wanita sedang menangisi suami dan anaknya yang dimakan harimau. Confucius kemudian bertanya mengapa wanita tersebut tidak pindah saja ke kawasan pemukiman penduduk. Ternyata, wanita tersebut lebih takut lagi kepada penguasa negeri tersebut sehingga memilih untuk tinggal di hutan.
“Pemerintah yang menindas lebih menakutkan daripada serangan harimau”
Menjelang akhir hidupnya, Confucius akhirnya mengingkari perkataannya sendiri, dan memilih untuk menyepi di gunung. Disana beliau tetap membagikan ilmunya kepada murid-muridnya. Tentang hal ini, Confucius berkata:
“Sekarang aku tahu, bahwa Surga punya kehendak-Nya sendiri”
Dalam setiap pengajarannya, Confucius tetap menekankan bahwa kerja keras, pendidikan dan kesempatan adalah sarana untuk berhasil. Manusia adalah makhluk yang penting karena diberi kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri serta diberi kesempatan untuk membentuk karakter.
Pada usia 15 tahun, Confucius mulai belajar tanpa henti disertai rasa ingin tahunya yang sangat besar. Pada usia 40 tahun, beliau tahu kemana tujuan yang hendak ditempuhnya. Di usia 60 tahun, Sang Guru sangat tunduk pada kebenaran. Dan pada akhir hayatnya, di usia 70 tahun, beliau tahu keinginan hatinya tanpa melanggar kebenaran.