Monday, July 1, 2019

Jenazah ke-34

#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (26)

Aku dan Suster Laurentina PI kembali menyambut kedatangan mayat di Negeri Cendana, pada Selasa (18/9/2018). Setelah beberapa waktu vakum dari aktivitas penjemputan jenazah, kami kembali disibukkan dengan penjemputan jenazah atas nama AMP asal Dusun Mageuta RT RW 03/02 Desa Lelal Kec Lela Kab Sikka NTT. Kabar duka penjemputan jenazah diinformasikan secara mendadak ketika kami sedang mengurus beberapa kasus PMI lainnya yang sedang bermasalah.

Jenazah AMP diinformasikan meninggal di Malaysia karena coronary arteries disease dan akan tiba pada pukul 12.00 WITA. Pihak keluarga melalui Jaringan Koalisi Peduli Migran NTT meminta pertolongan kepada BP3TKI untuk mengurus kepulangan jenazah secara sangat mendadak. Suster Laurentina PI  segera menghubungkan pihak keluarga dengan BP3TKI.

Tanpa mengulur waktu, kami segera berangkat menuju ke Kargo Bandara El Tari Kupang. Sesampainya di sana, kami bertemu dengan pihak BP3TKI dan menanti kedatangan jenazah AMP beserta keluarga.
 
Berdasarkan informasi yang kami peroleh, jenazah kelahiran 1969 ini dikatakan tidak bekerja, sehingga menurut BP3TKI dengan status tidak bekerja tersebut sangat sulit untuk mengurus kepulangannya. Namun ketika pihak keluarga tiba di kargo, mereka menjelaskan bahwa semasa hidupnya AMP sudah bekerja selama 15 tahun sebagai buruh bangunan di Malaysia. Wajar saja jika jenazah dikatakan tidak bekerja karena pekerjaan sebagai buruh bangunan tidak memiliki PT yang tetap dan mereka bekerja berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya berdasarkan proyek yang ada.

Berdasarkan pengakuan keluarga, mereka sudah berusaha mengumpul dana pemulangan jenazah dari Malaysia ke Kupang sebesar Rp.17.000.000 dan berharap agar BP3TKI bersedia membantu pemulangan jenazah dari Kupang menuju ke kampung halamannya. Permohonan tersebut akhirnya bisa dikabulkan oleh BP3TKI untuk membantu mendanai proses pemulangan jenazah dari Kupang menuju ke Maumere pada Rabu (19/9/2018).

Saat menunggu jenazah, salah satu keluarga berkisah bahwa jenazah AMP memiliki 4 orang anak (1 perempuan dan 3 laki-laki). Anaknya yang pertama sedang studi di Undana, anak kedua baru lulus SMA tahun ini, anak ketiga dan keempat masih duduk dibangku SMP.

Selama bekerja di Malaysia, AMP tidak pernah pulang ke kampung halamannya. Meskipun demikian, ia secara rutin selalu mengirim uang belanja untuk menghidupi anak dan isterinya.

Tidak berapa lama kemudian, jenazah yang terbungkus dalam peti putih tersebut akhirnya diturunkan dari kereta kargo pada pukul 13.25 WITA. Keponakannya, seorang wanita tak mampu menahan isak tangis ketika peti omnya dipindahkan dari kereta kedalam ambulans.
Keluarga menjemput AMP dalam isak tangis dan air mata di Kargo Bandara El Tari Kupang
Sanak saudara yang juga berasal dari kampung yang sama dengan jenazah turut membantu mengangkat peti jenazah ke dalam ambulans. Jenazah kemudian disambut dalam doa oleh keluarga yang dipimpin oleh Suster Laurentina PI. 

Setelah doa selesai, jenazah kemudian disemayamkan sementara di Rumah duka milik salah satu keluarga dekatnya di daerah Penfui. Pihak keluarga juga berniat untuk mengadakan misa khusus untuk mendoakan jenazah.

Keesokan harinya, Rabu (19/8/2018) kami tiba di Kargo untuk memberangkatkan jenazah PMI pada pukul 09.45 WITA. Namun ketika tiba di Kargo, peti jenazah belum ada dan baru tiba dari rumah duka pada pukul 10.03 WITA. Selama satu malam, jenazah menginap di rumah keluarganya yang tidak jauh dari Kargo.

Setibanya di kargo, peti jenazah dipindahkan dari ambulans ke dalam ruang jenazah sambil menunggu kedatangan kereta kargo untuk memindahkan jenazah ke mesin X-Ray sebelum dimuat ke dalam pesawat. 

Salah satu nona yang mengaku keponakan AMP mengaku bekerja di Makasar dan sedang berlibur kekampung halamannya di Maumere. Namun sehari sebelum kembali untuk bekerja ke Makasar, ia terpaksa harus menunda kepulangannya karena berita duka dari omnya AMP.

“Saya memutuskan untuk tidak jadi pulang ke Makasar begitu mendengar berita duka ini. Jadi ya saya yang menjemput ke Kupang untuk penghormatan terakhir pada om yang tidak pernah pulang selama 15 tahun,” ujarnya. 

Ia juga bertekad untuk menemani sang jenazah kembali ke Maumere menggunakan pesawat NAM Air.

“Nanti saya juga akan pergi ke kampung bersama om. Saya mau antar om sampai keperistirahatan terakhir. Kalau semua sudah selesai baru saya akan kembali bekerja,” ujarnya lagi.

Tidak lama kemudian, Suster Laurentina PI mengajak kami untuk berdoa bersama melepaskan kepergian jenazah AMP.

“Saudara saudari yang ada ditempat ini, mari kita serahkan keberangkatan jenazah AMP ke dalam tangan kasih Tuhan agar semuanya bisa lancar,” serunya. 
Peti jenazah AMP dimasukkan melalui mesin X-Ray di Keberangkatan Kargo
Lalu jenazah diangkut ke mobil dan dipindahkan ke dalam mesin X-Ray. Ketika seluruh badan peti sudah lewat dengan selamat dari mesin X-Ray, kami berpamitan dengan semua keluarganya. Sebagian besar mereka menyambut dengan hangat sambil mengucapkan terimakasih.

Doa yang masih sama, semoga jenazah AMP dan semua jenazah PMI yang sudah kami sambut bisa beristirahat dengan tenang di sisi kanan Allah Bapa dan semoga tidak ada duka lagi.

***