#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (34)
Hari
ini, Kamis (18/10/2018) aku mengawali hari dengan misa pagi bersama dengan suster
Penyelenggaraan Ilahi di kapel Biara Kupang, NTT. Usai
misa, kami memasak makanan pagi di dapur asrama. Kali ini, menu sarapan pagi
kami adalah nasi goreng. Usai memasak nasi goreng, kami menyapu halaman dan
menyiram tanaman.
Setelah semua pekerjaan pagi sudah selesai, kami berempat
santap pagi bersama di dapur asrama. Menu pagi ini terasa sangat nikmat karena
kami menyantapnya penuh dengan sukacita. Mungkin kejadian kemaren siang
mengajarkan kami arti bersyukur tanpa banyak memberikan komentar ini dan itu.
Ya, dengan bersyukur hidup terasa lebih bahagia tanpa mendengarkan komentar
keluhan ini dan itu.
Siangnya,
Suster Laurentina PI berangkat ke kargo seorang diri untuk menjemput jenazah
atas nama EA, sementara aku mengerjakan kasus lain terkait permasalahan PMI. Karena
kekurangan tenaga, maka kami harus melakukan pembagian tugas dengan baik. Sangat
banyak PMI yang bermasalah di Malaysia dan sedang di tangani oleh Jaringan Koalisi
yang ada di negara penempatan. Untuk mempermudah proses pemulangan mereka ke tanah
air, maka kami harus menjalin kordinasi yang baik dengan seluruh jaringan kemanusiaan
dengan visi dan misi yang sejalan.
Jenazah EA dipindahkan dari kereta Kargo ke mobil jenazah |
Tak
banyak informasi yang diketahui tentang jenazah EA yang meninggal di negara
penempatan Malaysia karena mengalami penyakit maag kronis. Menurut Suster
Laurentina PI, jenazah EA di jemput oleh keluarga besar Amtiran (salah satu
suku yang berpengaruh di Amarasih yang berasal dari Desa Desmigatif Kupang).
Pria asal Desa Marbaun Amarasi, Kupang ini meninggal sesudah bekerja di
Malaysia selama kurang lebih 2 tahun.
Ketika
jenazah tiba di Kargo, seperti biasa, jenazah akan dipindahkan dari kereta Kargo
ke ambulans. Suster Laurentina PI dan keluarga yang sudah menanti, menyambutnya
dalam doa secara katolik. Isak tangis tentu saja menggiring kepergian jenazah hingga
ke rumah duka yang juga berada di wilayah Kupang.
Suara
sirene akan melengking di sepanjang jalan hingga menuju ke rumah duka. Rombongan
menggiring dengan menaiki pick up yang
disulap menjadi kendaraan umum. Rencananya jenazah akan segera dimakamkan di hari
yang sama.
***