Aku
mengawali hariku dengan mengikuti misa hari ini Jumat (14/12/2018) yang
dimpimpin oleh Pater Bololong OCD. Usai mengikuti misa, kami santap pagi dan
merapikan peralatan makan bersama dengan para suster Penyelenggaraan Ilahi.
Lalu aku segera menuju kantor Yayasan Sosial Penyelenggaraan Ilahi (YSPI) untuk
mengerjakan berbagai tugas bersama dengan Suster Laurentina PI.
Setelah
itu, kami beranjak ke Kargo Bandara El Tari Kupang pada pukul 10.00 WITA untuk Pelayanan
Kargo. Sesampai disana, kami melihat jenazah VD yang tiba di Kupang pada Rabu (12/12) lalu sudah terbungkus rapi menggunakan
terpal hitam untuk diberangkatkan ke daerah asalnya di Daratan Flores, NTT.
Semuanya
dilakukan untuk mengtisipasi adanya kebocoran ataupun bau saat berada di dalam
bagasi. Sembari menunggu jenazah dimasukkan ke dalam mesin X-Ray, kami juga menunggu kedatangan seorang jenazah PMI yang
bekerja di Malaysia namun meninggal di Batam. Dalam surat yang dikirimkan oleh
teman-teman jaringan di Batam, jenazah tersebut bernama YN, namun nama yang
sebenarnya adalah LN.
Jenazah LN tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT |
“Nama
YN merupakan nama kakaknya yang masih hidup bukan nama si almarhum. Dia sengaja
menggunakan nama itu sebagai identitas palsunya waktu di Malaysia,” ujar salah
satu pria yang mengaku sebagai sepupunya saat menunggu kedatangan jenazah di
kargo.
“Lalu
kenapa dia tidak pakai namanya yang sebenarnya?” tanya Suster Laurentina PI.
“Tidak
tahu juga suster. Saya juga tidak pernah berkomunikasi dengannya. Siang ini baru
mendapat kabar kalau ia meninggal, makanya saya langsung kesini,” jawabnya
singkat.
Sebelum
jenazah LN tiba, kami terlebih dahulu memberangkatkan jenazah VD menuju ke
Bandara Maumere dan akan dijemput oleh perwakilan BP3TKI Kupang hingga dihantarkan ke daerah asalnya.
“Sebelum
peti dibawa ke mesin X-Ray, mari kita
berdoa bersama untuk jenazah yang akan diberangkatkan siang ini,” ujar Suster
Laurentina PI sambil mengajak keluarga dari LN untuk berdoa bagi arwah VD.
Setelah
jenazah VD sudah lolos melalui pemeriksaan mesin X-Ray, kami kembali ke ruang jenazah menanti kedatangan jenazah LN.
Pada pukul 11.00 WITA, wanita yang mengaku sebagai isteri LN datang bersama
beberapa keluarga lainnya untuk menunggu kedatangan jenazah yang transit di Batam.
Ia mengaku bernama AN. Wanita yang berasal dari Kalimantan ini mengatakan sudah
memiliki anak yang berusia 7 bulan meskipun belum menikah secara agama dan hukum dengan LN.
“Saya
isterinya suster. Kami sudah berada di Malaysia selama kurang lebih 7 tahun,”
ujarnya.
Ia
menceritakan sedikit tentang kisah pertemuannya dengan LN. Mereka bertemu di
sebuah kebun sayur ketika sama-sama bekerja disana.
“Kami
sama-sama kerja di kebun sayur di Malaysia. Lalu kami kawin tapi belum nikah
gereja. Setelah hamil, saya diminta LN untuk pulang terlebih dahulu di kampung
halamannya di Malaka, NTT. Jadi saya pulang saat anak saya masih di dalam kandungan,”
ujarnya.
Ia
mengatakan bahwa LN ingin isteri dan anaknya bisa bersama-sama dengannya
melanjutkan kehidupan di kampung halaman.
“Dia
bilang mau menyusul saya dan anak saya di kampungnya, makanya saya pulang
terlebih dahulu. Paspor saya lengkap, tapi paspor dia tidak ada, makanya ia
tidak bisa pulang bersama dengan saya suster,” tutur isterinya sambil
berkaca-kaca.
Ia
menceritakan bagaimana ketika ia mengurus suaminya saat sakit ketika masih
bersama-sama di Malaysia,
“Dia
pernah sakit, tapi sakit demam. Terakhir kali telepon, dia mengaku sakitnya
parah, pokoknya lebih parah dari yang sebelumnya, tapi dia tidak mau kasih tau
apa penyakitnya. Lalu ia minta saya kirim foto saya dan anak saya yang baru
lahir, tapi saya tidak mau kirim. Saya mau dia pulang suster,” ujarnya lagi.
Isterinya
mengaku curiga dengan permintaan suaminya saat meminta fotonya bersama anaknya dan
memilih untuk tidak mengabulkannya.
“Saya
takut dengan permintaannya yang aneh-aneh suster. Dia mau agar saya kirim foto saya dan anak. Memangnya dia mau kemana? Mau matikah?” ujarnya sambil menyesali
semuanya.
“Ya
sudah mama jangan terlalu sedih. Tuhan punya rencana,” ujar Suster Laurentina PI
menenangkan sambil mengelus punggungnya.
Ia
mengutarakan niatnya pada Suster Laurentina PI untuk segera kembali ke kampung
halamannya di Pontianak, Kalimantan Barat ketika acara pemakaman suaminya selesai.
“Saya
mau kembali ke Pontianak dan saya bawa anak saya ini. Saya mau anak saya
dibabtis katolik walaupun kami belum nikah gereja,” ujarnya.
Ia berniat untuk membesarkan anaknya seorang
diri. Ia juga sangat rindu dengan ketiga anaknya dari hasil pernikahan
sebelumnya dengan suami pertamanya.
“Jadi
mama sudah punya anak juga di Kalimantan?” tanyaku penasaran.
“Ya,
saya punya 3 anak dan sudah remaja,” ujarnya sambil menunjukkan sebuah foto
yang disimpan di handphonenya.
“Wah,
ketiga puteri mama cantik dan putih ya,” jawabku.
Ingin
kubertanya lebih dalam mengenainya dan kisah hidupnya sehingga bisa sampai di
Malaysia, tetapi disaat yang bersamaan, peti jenazah telah tiba dan kami harus
segera menjalankan misi pelayanan Kargo.
Tepat
pukul 13.08 WITA jenazah LN sudah berada di kereta Kargo. Isteri dan keluarganya
menjemput LN dengan air mata. Meskipun sedih, isterinya tampak berusaha untuk
menahan tangisnya.
Ia
terlihat begitu sedih dan bingung namun tak mengeluarkan suara sedikitpun. Aku
bisa merasakan bagaimana perasaannya yang merupakan seorang asing dan tiba di
kampung halaman suaminya yang asli Timor tanpa ada ikatan pernikahan yang sah.
Ia melahirkan di tempat mertuanya tanpa didampingi suami. Ketika bayinya baru
berusia 7 bulan, ia harus kehilangan kekasihnya itu untuk selama-lamanya.
Kami
menyambut jenazah dengan doa yang dipimpin Suster Laurentina PI dan diikuti
oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT Willem Foni beserta jajarannya, Dinas
Nakertrans Provinsi NTT Thomas beserta jajarannya dan juga perwakilan dari
BP3TKI. Setelah doa selesai, mobil ambulans BP3TKI segera melaju dengan cepat
menuju ke Malaka.
Ini
merupakan jenazah yang ke-48 selama aku berada di Kupang. Aku harap tidak lagi
ada pertambahan jenazah menjelang natal dan tahun baru ini. Biarlah mereka,
para PMI bisa merasakan suasana natal dan tahun baru di negara penempatannya dengan
tenang dan tenteram tanpa harus menderita ataupun kehilangan nyawa.
Setelah
didoakan, jenazah LN segera dibawa ke kampung halamannya di NTT melalui
jalur darat. Semoga perjalanan yang akan mereka tempuh selama 8 jam
bisa berjalan dengan baik dan lancar
Mobil jenazah LN berangkat menuju ke Malaka, NTT |
***