Wednesday, July 17, 2019

Jenazah ke-48

#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (39)

Aku mengawali hariku dengan mengikuti misa hari ini Jumat (14/12/2018) yang dimpimpin oleh Pater Bololong OCD. Usai mengikuti misa, kami santap pagi dan merapikan peralatan makan bersama dengan para suster Penyelenggaraan Ilahi. Lalu aku segera menuju kantor Yayasan Sosial Penyelenggaraan Ilahi (YSPI) untuk mengerjakan berbagai tugas bersama dengan Suster Laurentina PI.

Setelah itu, kami beranjak ke Kargo Bandara El Tari Kupang pada pukul 10.00 WITA untuk Pelayanan Kargo. Sesampai disana, kami melihat jenazah VD yang tiba di Kupang pada Rabu (12/12) lalu sudah terbungkus rapi menggunakan terpal hitam untuk diberangkatkan ke daerah asalnya di Daratan Flores, NTT.

Semuanya dilakukan untuk mengtisipasi adanya kebocoran ataupun bau saat berada di dalam bagasi. Sembari menunggu jenazah dimasukkan ke dalam mesin X-Ray, kami juga menunggu kedatangan seorang jenazah PMI yang bekerja di Malaysia namun meninggal di Batam. Dalam surat yang dikirimkan oleh teman-teman jaringan di Batam, jenazah tersebut bernama YN, namun nama yang sebenarnya adalah LN.
Jenazah LN tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT
“Nama YN merupakan nama kakaknya yang masih hidup bukan nama si almarhum. Dia sengaja menggunakan nama itu sebagai identitas palsunya waktu di Malaysia,” ujar salah satu pria yang mengaku sebagai sepupunya saat menunggu kedatangan jenazah di kargo.

“Lalu kenapa dia tidak pakai namanya yang sebenarnya?” tanya Suster Laurentina PI.

“Tidak tahu juga suster. Saya juga tidak pernah berkomunikasi dengannya. Siang ini baru mendapat kabar kalau ia meninggal, makanya saya langsung kesini,” jawabnya singkat. 

Sebelum jenazah LN tiba, kami terlebih dahulu memberangkatkan jenazah VD menuju ke Bandara Maumere dan akan dijemput oleh perwakilan BP3TKI Kupang hingga dihantarkan ke daerah asalnya.

“Sebelum peti dibawa ke mesin X-Ray, mari kita berdoa bersama untuk jenazah yang akan diberangkatkan siang ini,” ujar Suster Laurentina PI sambil mengajak keluarga dari LN untuk berdoa bagi arwah VD.

Setelah jenazah VD sudah lolos melalui pemeriksaan mesin X-Ray, kami kembali ke ruang jenazah menanti kedatangan jenazah LN. Pada pukul 11.00 WITA, wanita yang mengaku sebagai isteri LN datang bersama beberapa keluarga lainnya untuk menunggu kedatangan jenazah yang transit di Batam. Ia mengaku bernama AN. Wanita yang berasal dari Kalimantan ini mengatakan sudah memiliki anak yang berusia 7 bulan meskipun belum menikah secara agama dan hukum dengan LN.

“Saya isterinya suster. Kami sudah berada di Malaysia selama kurang lebih 7 tahun,” ujarnya.

Ia menceritakan sedikit tentang kisah pertemuannya dengan LN. Mereka bertemu di sebuah kebun sayur ketika sama-sama bekerja disana.

“Kami sama-sama kerja di kebun sayur di Malaysia. Lalu kami kawin tapi belum nikah gereja. Setelah hamil, saya diminta LN untuk pulang terlebih dahulu di kampung halamannya di Malaka, NTT. Jadi saya pulang saat anak saya masih di dalam kandungan,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa LN ingin isteri dan anaknya bisa bersama-sama dengannya melanjutkan kehidupan di kampung halaman.

“Dia bilang mau menyusul saya dan anak saya di kampungnya, makanya saya pulang terlebih dahulu. Paspor saya lengkap, tapi paspor dia tidak ada, makanya ia tidak bisa pulang bersama dengan saya suster,” tutur isterinya sambil berkaca-kaca.

Ia menceritakan bagaimana ketika ia mengurus suaminya saat sakit ketika masih bersama-sama di Malaysia,

“Dia pernah sakit, tapi sakit demam. Terakhir kali telepon, dia mengaku sakitnya parah, pokoknya lebih parah dari yang sebelumnya, tapi dia tidak mau kasih tau apa penyakitnya. Lalu ia minta saya kirim foto saya dan anak saya yang baru lahir, tapi saya tidak mau kirim. Saya mau dia pulang suster,” ujarnya lagi.

Isterinya mengaku curiga dengan permintaan suaminya saat meminta fotonya bersama anaknya dan memilih untuk tidak mengabulkannya.

“Saya takut dengan permintaannya yang aneh-aneh suster. Dia mau agar saya kirim foto saya dan anak. Memangnya dia mau kemana? Mau matikah?” ujarnya sambil menyesali semuanya.

“Ya sudah mama jangan terlalu sedih. Tuhan punya rencana,” ujar Suster Laurentina PI menenangkan sambil mengelus punggungnya.

Ia mengutarakan niatnya pada Suster Laurentina PI untuk segera kembali ke kampung halamannya di Pontianak, Kalimantan Barat ketika acara pemakaman suaminya selesai.

“Saya mau kembali ke Pontianak dan saya bawa anak saya ini. Saya mau anak saya dibabtis katolik walaupun kami belum nikah gereja,” ujarnya.

  Ia berniat untuk membesarkan anaknya seorang diri. Ia juga sangat rindu dengan ketiga anaknya dari hasil pernikahan sebelumnya dengan suami pertamanya.

“Jadi mama sudah punya anak juga di Kalimantan?” tanyaku penasaran.

“Ya, saya punya 3 anak dan sudah remaja,” ujarnya sambil menunjukkan sebuah foto yang disimpan di handphonenya.

“Wah, ketiga puteri mama cantik dan putih ya,” jawabku.

Ingin kubertanya lebih dalam mengenainya dan kisah hidupnya sehingga bisa sampai di Malaysia, tetapi disaat yang bersamaan, peti jenazah telah tiba dan kami harus segera menjalankan misi pelayanan Kargo.

Tepat pukul 13.08 WITA jenazah LN sudah berada di kereta Kargo. Isteri dan keluarganya menjemput LN dengan air mata. Meskipun sedih, isterinya tampak berusaha untuk menahan tangisnya.

Ia terlihat begitu sedih dan bingung namun tak mengeluarkan suara sedikitpun. Aku bisa merasakan bagaimana perasaannya yang merupakan seorang asing dan tiba di kampung halaman suaminya yang asli Timor tanpa ada ikatan pernikahan yang sah. Ia melahirkan di tempat mertuanya tanpa didampingi suami. Ketika bayinya baru berusia 7 bulan, ia harus kehilangan kekasihnya itu untuk selama-lamanya.
          
Jenazah LN disambut dalam doa oleh Suster Laurentina PI dan keluarga
Kami menyambut jenazah dengan doa yang dipimpin Suster Laurentina PI dan diikuti oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT Willem Foni beserta jajarannya, Dinas Nakertrans Provinsi NTT Thomas beserta jajarannya dan juga perwakilan dari BP3TKI. Setelah doa selesai, mobil ambulans BP3TKI segera melaju dengan cepat menuju ke Malaka.   
         
Ini merupakan jenazah yang ke-48 selama aku berada di Kupang. Aku harap tidak lagi ada pertambahan jenazah menjelang natal dan tahun baru ini. Biarlah mereka, para PMI bisa merasakan suasana natal dan tahun baru di negara penempatannya dengan tenang dan tenteram tanpa harus menderita ataupun kehilangan nyawa. 

Mobil jenazah LN berangkat menuju ke Malaka, NTT
Setelah didoakan, jenazah LN segera dibawa ke kampung halamannya di NTT melalui jalur darat. Semoga perjalanan yang akan mereka tempuh selama 8 jam bisa berjalan dengan baik dan lancar

***