Hari
ini, Sabtu (6/10/2018) aku mengawali hari dengan doa pagi bersama para suster
di susteran PI. Doa dipimpin oleh Suster Laurentina PI. Usai berdoa, kami
santap pagi bersama.
Setelah
santap pagi, aku melanjutkan aktivitasku seperti biasanya menyiram tanaman dan
menyapu halaman depan biara. Setelah itu, aku mengerjakan beberapa tugas kantor
dan bersiap-siap menuju ke Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT untuk menjemput
dua jenazah sekaligus yakni jenazah HO asal Kolbano Timor Tengah Selatan
(TTS) dan jenazah atas nama TGK asal Larantuka.
Namun
ketika kami hendak berangkat, kami mendapatkan kabar bahwa jenazah atas nama HO sudah tiba lebih cepat dari jadwal yang ditentukan di Kargo dengan menggunakan penerbangan Batik Air. Tak ada
satupun dari anggota Koalisi Peduli Migran NTT yang menyambut jenazah HO. Untung
saja keluarga dari jenazah datang menjemput, sehingga mereka berdoa untuk
mengurus keberangkatan jenazah tanpa kami.
Ketika
kami tiba di kargo, jenazah atas nama HO sudah berangkat bersama dengan
keluarga menuju ke daerah Kolbano. Kami terlewat! Informasi penjemputan jenazah
juga sangat terbatas. Kami menunggu untuk kedatangan jenazah selanjutnya.
“Maaf suster,
jenazah sudah berangkat. Informasinya salah,” ujar perwakilan BP3TKI, Pak
Stefanus.
“Yah, mau
bagaimana lagi pak. Bukan kesalahan kita juga. Kita tunggu untuk kedatangan jenazah
yang satu lagi aja,” jawab Suster Laurentina PI sembari duduk di bawah pohon
beringin.
Ya seperti biasanya, kami harus sabar menunggu untuk kedatangan jenazah di Kargo
Bandara. Apalagi jika musim kemarau seperti ini, kota Kupang sangat tandus dan
kering. Terik matahari sangat menusuk bahkan hingga ke sumsum. Tanaman akan
tampak kering dan layu, bahkan sebagian besar pohon meranggas nyaris tanpa daun.
Pada
pukul 13.00 WITA, jenazah TGK akhirnya tiba di Kargo. Kedatangannya disambut oleh
beberapa anggota keluarga dan juga Suster Laurentina PI beserta Oma Pendeta Emmy dan pihak BP3TKI. Tak ada yang mengetahui penyebab kematian jenazahTGK. Para
penjemput jenazah hanya mengetahui bahwa TGK meninggal, kemudian di
kirimkan ke Kupang, untuk selanjutnya dikirim ke Larantuka. Apalagi keluarga
yang datang melayat bukan merupakan keluarga dekat.
Jenazah TGK disambut dalam doa sebelum diberangkatkan ke RSUD W.Z. Yohanes Kupang, NTT |
Khusus
malam ini, jenazah akan menginap di RSUD Yohanes Kupang dan akan diberangkatkan
besok, Minggu (7/10/2018). Malam ini, tidak seperti biasanya, kami tidak datang
mendoakan jenazah di RSUD Yohanes Kupang karena membawa Suster Laurentina PI berobat.
Pekerjaan menghantar dan menjemput jenazah ternyata tak cukup hanya berbekal psikis
yang kuat, melainkan harus diserta fisik yang sehat karena Pelayanan Kargo tak mengenal
pengecualian atas waktu dan usia. Jenazah bisa datang kapan saja dan dalam pelayanan
ini disambut dalam doa oleh siapapun tanpa mengenal batas usia.
Kami
hanya mendoakan jenazah dari biara berharap semoga malam ini ada orang yang tergerak
untuk mendoakan jenazah di RSUD W.Z. Yohanes dan semoga perjalanan besok bisa berjalan
lancar tanpa kekuarangan suatu apapun. Masih dengan harapan yang sama, semoga tak
ada lagi jenazah PMI pada hari mendatang.
***