Yogyakarta-Direktur
Lembaga Studi Realino (LSR), Albertus Budi Susanto, S.J. membuka acara makan
siang bersama dalam rangka peringatan hari Santo Pelindung Bernardinus Realino di
Ruang LSR Universitas
Sanatha Darma (USD). Jl. Affandi, Santren, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta pada Selasa (2/7/2019) pukul 12.00 WITA.
Acara
makan siang bersama ini dihadiri oleh Direktur Sahabat Insan Jakarta Ignatius
Ismartono, S.J, Dosen Sejarah USD Heribertus Heri Setyawan, S.J, sepuluh orang frater Jesuit yang sedang studi Bahasa di Lembaga Bahasa USD
dan staff Realino Sophia Wahyu Widiati, Anicetus Windarto, Antonius Samino, Hugo
Sistha Prabangkara dan Arta Elisabeth.
Budi Susanto, S.J.(ke-3 dari kanan) membuka acara peringatan Santo Pelindung Benardinus Realino |
Peserta menyaksikan pemutaran film sejarah dan karya LSR sejak tahun 1990 |
"Bahwa hari ini merupakan peringatan Santo Pelindung Lembaga Studi Realino yakni Santo Benardinus Realino seorang jesuit yang tamat dari kedokteran dan merupakan ahli hukum. Jadi kita peringati dengan cara yang sangat sederhana dalam bingkai kebersamaan melalui makan siang ala kadarnya," ujarnya.
Ia juga menyambut hangat kedatangan rekan seperjuanganya Ignatius Ismartono S.J. dari Jakarta yang baru tiba pada pukul 11.45 WIB.
"Di tempat ini juga hadir Romo Is selaku sosok yang dahulu bersama mendirikan LSR dengan berbagai perjuangan hingga sekarang. Kita bisa saksikan di pemutaran film yang memuat karya Realino," ujarnya.
Menyambung Romo Budi, Ignatius Ismartono, S.J. mengaku bahwa ia, Romo Budi dan Alm Adi Wardaya, S.J. sepakat untuk mengalihfungsikan Asrama Mahasiswa Realino yang dahulu didirikan oleh Joseph Beek,S.J pada tahun 1957 menjadi sebuah Lembaga Studi Realino pada tahun 1990.
"Dahulu Asrama Realino merupakan asrama khusus laki-laki pada tahun 1957 dan banyak mecetak pemikir-pemikir nasionalis seperti Ahmad Wahid seorang muslim nasionalis. Kemudian seiring perkembangan zaman, asrama beralih fungsi menjadi sebuah lembaga studi yang berfokus pada bidang akademis dan tetap berusaha agar LSR tetap menjadi tempat mendidik para pemikir-pemikir masa depan, kaum intelektual sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki pemikiran terbuka untuk kemajuan bangsa dan tanah air," ujarnya.
Heribertus Heri Setyawan, S.J, memimpin doa pembukaan syukuran santo pelindung dengan memohon doa lewat Santo Benardinus Realino pada bagian akhir doa. Sambil santap siang, seluruh peserta menyaksikan pemutaran film berdurasi 6 menit tentang sejarah dan karya Realino sejak tahun 1990 hingga saat ini.
Ignatius Ismartono, S.J. (jaket krem) menyantap makan siang bersama para romo, frater dan staf LSR |
Budi Susanto S.J berbagi kisah dalam karya di LSR |
Santo
Bernardinus Realino lahir di Carpi, Modena Italia pada tanggal 1 Desember 1530.
Ia merupakan seorang awam biasa yang memutuskan bergabung menjadi anggota Serikat
Yesus ketika almarhum isterinya, Kloside membujuknya meninggalkan karier
duniawi melalui penampakan sebanyak 3 kali. Dorongan tersebut diperkuat dengan
penampakan Ibu Yesus, Bunda Maria dengan isi pesan yang sama.
Sebelumnya,
Bernardinus sangat fokus pada karirnya yang cemerlang. Wajar saja, setelah
menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran dan hukum, ia dipercaya
menjabat sebagai walikota Fellizano, jaksa Aleksandria dan sekretaris kedutaan
Napoli secara berturut-turut.
Santo Benardinus Realino S.J. |
Setelah
permohonannya diterima, Bernardinus mengikuti suatu pendidikan khusus di
Serikat Yesus. Penuh rasa haru, akhirnya ia ditabhiskan menjadi seorang imam
Yesuit dan mendapat tugas pelayanan pertama di Napoli. Sifatnya yang ramah, sopan,
penuh cinta dan terbuka kepada umatnya membuatnya mudah diterima dan disayangi oleh
umat Napoli.
Beberapa
waktu kemudian, ia harus meninggalkan kenyamanannya ketika mendapat tugas
perutusan baru di Lecce, Propinsi Apulia, untuk mendirikan sebuah Kolose. Meskipun
dengan berat hati melepasnya, umat Napoli tetap mendoakan karyanya sebagai seorang
pengajar yang mengampu mata kuliah filsafat dan teologi hingga akhir hidupnya
dalam masa kerja selama 42 tahun.
Berbekal
pribadi yang saleh dengan gaya kepemimpinannya yang kesabaran, pengertian dan penuh
cinta, tak sulit bagi Bernardinus untuk mendapat tempat di hati para umat
Lecce. Apalagi ia juga terkenal sebagai seorang imam tangguh, pengkhotbah
ulung, pembimbing rohani, bapa pengakuan yang disenangi umat dan berbakat mengadakan berbagai mukjizat
penyembuhan.
Bernardinus
juga sangat akrab dengan semua kalangan tanpa batasan usia mulai dari kanak-kanak
hingga orang tua. Ia menjadi penolong dan penghibur yang tidak kenal lelah bagi
orang-orang yang tersingkir.
Ketika
ajalnya mendekat, walikota Lecce mengumpulkan semua pembantunya dan pemimpin-pemimpin
masyarakat setempat untuk berdoa bagi keselamatan jiwa Bernardinus dengan
berkata: “Kota kita telah diberkati Allah dengan satu anugerah istimewa, yakni
pater Bernardinus Realino”.
Diiringi
doa, Bernardinus Realino menghembuskan nafas terakhirnya dalam kedamaian pada
tanggal 2 Juli 1616. Beliau telah mengabdi selama 40 tahun dan telah melakukan
banyak hal dengan hidupnya yang suci, karunia-karunia dan berbagai mukzijat.
Setiap orang terberkati dari pribadinya dari kota ini, juga mereka yang berasal
dari kota lain telah menikmati sedikit kebaikan hati Pater Bernardinus.
Ketika
tiba saat terakhir hidupnya, Bernardinus memanjatkan sebuah doa yang sangat indah "Dari surga kediamanku yang abadi, Aku akan selalu melindungi kota
Lecce dan seluruh umat".
Sumber : Katakombe.Org